EXTRA PART

735 26 26
                                    

Enam tahun kemudian.....

Suara langkah kaki itu kian terdengar, seiring dengan sosok yang muncul dari balik kerumunan orang. Dengan langkah tegapnya, sosok itu berjalan dengan ekspresi datar diantara puluhan pasang mata yang sedang menatapnya memuja.

Setelan jas hitam yang melekat ditubuhnya membuat kesan wibawa  dimata karyawan yang menatapnya. Laki-laki itu berjalan dengan tegas, hendak masuk kedalam lift khusus.

Bugghh

Sosok itu terdiam, berdiri memandang seseorang yang baru saja menabraknya. Dengan kaca mata hitam yang bertengger dihidungnya, sosok itu mengernyit.

"Akh..!"

Perempuan itu memekik saat tubuhnya terjatuh. Dengan sedikit menahan rasa sakit dipergelangan kakinya, perempuan itu menatap sosok yang ada didepannya.

"maaf, saya tidak sengaja" ucapnya berdiri, kemudian berlalu pergi begitu saja.

laki-laki itu masih terdiam, mengamati perempuan yang baru saja menabraknya. Bahkan sampai sosok itu menghilang dari pandangannya, laki-laki itu tetap tak bergeming.



"Van, Revan!"

Seolah tersadar, Revan memutar kepalanya kesamping, dimana Kenzo berada.

"ada apa?" tanya Kenzo penasaran.

"nothing"

Setelahnya Revan berlalu meninggalkan kenzo yang dibuat bingung. Kenapa dengan Revan?

"lah napa tuh anak?"

Tak terasa, enam tahun telah berlalu. Seolah waktu berputar dengan cepat tapi nyatanya tidak. Enam tahun bukan waktu yang singkat, banyak hal yang berubah seiring dengan waktu.

Dengan langkah cepat, Kenzo langsung menyusul Revan yang sudah lebih dulu masuk kedalam lift.

"Lo main tinggal aja" kesalnya setelah berdiri disamping revan. Revan tak menanggapi ucapan Kenzo dan memilih memeriksa berkas yang ada di ipad nya.

tingg

Dengan langkah ringan, revan lagsung berjalan menuju ruangannya. Tepat sebelum membuka pintu ruangannya, Revan berhenti mematung, menatap lurus kedepan dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"D-Dia..?" gumamnya.

"van, lo tuh kebiasaan deh main ilang aj--

Ardho yang baru saja tiba dengan setumpuk berkas ditangannya menghentikan ucapannya. Menoleh kearah Kenzo yang ada disampingnya. "napa tuh orang?" bisiknya

Kenzo mengangkat kedua bahunya, dia juga binggung. Dengan kompak, Ardho dan Kenzo menatap pada objek yang sedang Revan tatap.

Senyum Ardho dan Kenzo sontak mengembang. Mereka saling tatap, kemudian mendekat, berdiri disamping Revan.

"Ekhmm! cewek sapa tuh?" goda Ardho

"Gitu amat natapnya, gebetan lo ya?" ucap Kenzo.

Revan merolingkan bola matanya, malas menanggapi kedua sahabatnya. Memilih segera masuk ke dalam ruangannya, Revan langsung mendudukkan tubuhnya di sofa.

Ardho langsung menyusul Revan, karena tujuan awalnya datang ke lantai ini untuk bertemu Revan. "Ini bos ada berkas yang harus dipriksa" ucapnya menyerahkan tumpukan kertas yang sedari tadi dipegangnya.

Yah. Ardho dan Kenzo bekerja di perusahaan yang Revan dirikan sendiri. Jangan tanya kenapa mereka susah payah harus kerja dengan Revan sedangkan keluarganya mampu membiayai kehidupannya. Alasannya satu. Mereka ingin mandiri, dan memulai semuanya dari nol.

[1] MBGF [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang