SPECIAL PART ; FANIA STORY

597 27 11
                                    

(Mulmed Carson Lueders Cover WONDER by Shawn Mendes)

Chapter ini spesial part... 

Lebih banyak ke Fania ver di cerita ini...

karena part ini spesial jadi part ini lumayan panjang hampir 3000 kata :v

So selamat membaca....

voment jangan lupa!

------------------

Malam ini angin berhembus dengan kencang. Langit juga nampak mendung, tertutup gumpalan awan hitam. Fania, gadis itu melangkah pelan ditengah gelapnya malam.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 tapi Fania masih setia berjalan seorang diri menyusuri jalanan sepi dengan dikelilingi pepohonan besar di kanan dan kirinya. Setelah hampir tigapuluh menit berjalan kaki, fania tiba ditempat tujuannya.

Deburan suara ombak langsung menyapanya saat kaki telanjannya menginjak pasir putih pantai. Fania merentangkan kedua tangannya, matanya terpejam menikamti hembusan angin malam.

"andai semua semudah yang dibayangkan"

Perlahan matanya terbuka, mengamati betapa cantiknya pemandangan didepannya. Pantulan sinar bulan yang mengenai permukaan air menambah kesan yang indah. Disini sangat sepi, hanya ada Fania seorang diri, tanpa ada penerangan sama sekali, satu-satunya penerangan hanyalah sinar bulan.

Pantai ini sangat terpencil keberadaannya, ada didalam hutan belantara.Fania berjalan, mendekat ke bibir pantai, merasakan kakinya terkena sapuan air laut yang dingin. Tujuan Fania disini adalah untuk menenangkan dirinya.

Fania tersenyum kecut. Jadi seperti ini akhir dari ceritanya? Hhh rasanya mustahil bagi Fania. Tadi, sebelum kesini Fania bertemu dengan Revan yang sedang makan di restoran bersama Lauren dengan mesra.

Tidak, Fania tidak marah ataupun cemburu, hanya saja tadi dia tanpa sengaja bertemu orang tuanya yang juga ada disana bersama Rino dan Maudhi. Yang membuat fania marah adalah, keluarganya, ah ralat mantan keluarganya mengusir dan mempermalukannya.

Fania memandang lautan dengan ombak yang tenang. Dadanya sesak, memori indah bersama orang orang yang disayang seolah berputar begitu saja di bayangannya.

"gak masalah kalian semua benci gue. Tapi satu yang harus kalian inget. Penyesalan pasti datang"

Fania beranjak, mendudukkan dirinya dihamparan pasir. Fania memeluk tubuhnya disaat hembusan angin menerpa tubuhnya. Langit berubah menjadi gelap, suara petir juga mulai terdengar. Fania mendongak, perlahan tetesan air hujan menerpa wajah cantiknya.

Sebelum hujan turun dengan deras, fania memutuskan untuk beranjak pergi. Fania hanya membawa tubuhnya tanpa membawa ponsel, sengaja fania meninggalkan ponselnya. Dia tidak ingin diganggu.

Hujan kian deras membuat fania mau tak mau meneduh dibawah pohon besar ditengah hutan seorang diri. Kaos hitam yang fania kenakan kini sepenuhnya sudah basah. Fania menggosok gosokkan tangannya, menghangatkan dirinya.




Ctarr

Ctarr


Fania sedikit berjingkat saat kilatan cahaya diikuti sudara gemuruh petir terdengar. Sudah dapat dipastikan keadaan gelap gulita. Dirasa hujan sudah mulai reda, fania kembali berjalan dengan kilatan petir sebagai penerangannya.



Dorr

Dorr



Langkah kaki Fania seketika terhenti. Telinganya tidak salah dengar kan? Tadi bunyi apa?

[1] MBGF [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang