27. tetangga masa gitu

5.4K 443 7
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Hari ini aku ada giat Persit tapi keadaan tubuh sangat tidak memadai. Rasa pusing teramat sangat membuat aku sulit untuk konsentrasi dengan kegiatanku sekarang, bahkan sejak saat aku datang ke kantor Persit pun aku memilih untuk melipir sendirian.

Beberapa anggota Persit memaklumiku, terutama ibu-ibu yang sudah sangat paham dengan keadaan seorang wanita hamil muda. Tapi sebagian juga ada yang merasa aneh dengan sikapku hari ini. Seperti Mbak Dina tetangga baru yang tempo hari baru saja pindah, sedari tadi ia terus merecokiku dengan berbagai pertanyaan.

"Dek kegiatan hari ini apa?"

"Saya kurang tahu mbak"

"Loh kan sudah diinfokan oleh Bu danyon digrup Persit masa engga tau?"

Ingin sekali aku menggetok kepala wanita disebelahku ini. Mengapa pula ia harus menanyakan hal yang sebetulnya sudah ia ketahui, dia juga kan masuk grup kenapa engga dia baca info yang dishare kenapa harus tanya aku!

"Maaf mbak saya tidak buka hp sejak kemarin"

"Apa gunanya hp kalau tidak dipakai, seharusnya kamu itu tau apa yang akan dibahas hari ini, kamu kan ketua kompinya"

Ya engga gitu juga keles... Ada kalanya aku juga tidak tahu apa yang akan dibahas dalam kegiatan Persit ini, tidak semua hal aku ketahui.

"Siap salah mbak saya tidak membuka grup apapun, bahkan handphone pun dipegang suami"

"Kamu itu aneh banget ya, kok bisa anggota Persit kaya kamu dipilih menjadi ketua kompi seharusnya kan yang lebih berpengalaman, yang lebih pintar, yang lebih cerdas" ucap Mbak Dina santai yang membuat beberapa anggota persit lain menoleh ke arahku saat ini.

"Ada apa ini dek?" Tanya ibuku menghampiri kami.

Ibu kalau sedang ada kegiatan Persit seperti ini bukanlah ibuku, tapi seorang ibu komandanku. Maka dari itu tak heran kalau ibu akan menyamakan aku dengan anggota yang lainnya, jadi tidak akan ada pembelaan untukku kalau aku salah. Begitupun kalau aku benar, aku akan dibenarkan layaknya anggota Persit yang lain.

"Siap Bu, ini loh dek Jafran masa tidak tahu menahu info yang disebar lewat grup WA tentang kegiatan hari ini"

"Hari ini memang tidak ada pembahasan berat yang akan disampaikan, hanya kumpul biasa. Saya pun tidak menyampaikan informasi akan ada kegiatan apa yang akan kita bahas hari ini via grup, saya hanya memberitahukan untuk kegiatan kumpul hari ini. Dan satu lagi tolong saling menghormati dan menghargai sesama anggota Persit" tegas Bu danyon.

"Siap salah Bu"

Aku? Hanya diam saja. Mulutku tak mampu menjawab, untuk sekedar tersenyum pun rasanya sulit.

"Saya tahu suami kamu itu atasan suami saya, tapi jangan harap saya akan memanggil kamu dengan embel-embel mbak. Saya tetap senior kamu dalam perihal umur" ucapnya dengan nada berbisik.

Bodo amatlah, aku tidak terlalu perduli. Senior, junior. Aku tidak peduli, toh saling menghargai dan menghormati itu memang harus diterapkan dimanapun kita berpijak. Mau setinggi apapun pangkat suami kita, itu miliknya seorang istri hanya perlu menjaga nama baiknya.

Kegiatan berlangsung tak lama, bahkan aku diperbolehkan pulang duluan karena wajahku sudah sangat pucat pasi seperti mayat hidup. Dengan tergesa-gesa mas Jafran mendatangiku ke kantor Persit untuk menjemput aku setelah mendapat telepon dari mbak Dinda.

Faza? Anak itu hari ini sedang dipinjam mamah papah untuk pergi jalan-jalan entah kemana. Jadi aku bisa mengistirahatkan tubuh ini tanpa gangguan si kakak.

"Istirahat saja jangan melakukan apapun, aku akan kembali bawa makan siang. Pintu aku kunci dari luar, sebentar doang ok" ucap mas Jafran sebelum ia pergi meninggalkan ku sendirian didalam kamar.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu pun tak aku hiraukan, percuma juga toh pintunya dikunci dari luar oleh mas Jafran.

Drrtttt... Ting!

Bergantian bunyi notifikasi pesan  masuk memenuhi layar hpku.

"Mbak Dina?"

Ku buka lima pesan dari tetanggaku, ia bilang bahwa sore hari ini ada olah raga bersama dilapangan dengan ibu-ibu lainnya, aku diminta untuk hadir tapi kalau setidaknya kurang sehat juga tidak apa kalau tidak hadir seluruh anggota Persit memaklumi keadaanku saat ini.

Ok baiklah, aku membalas pesannya singkat. Aku katakan insyaallah saja, sebab mungkin sore nanti kalau badanku kembali fit aku akan hadir tapi kalau tidak, aku akan kembali mengirim pesan maafku kepadanya.

Mas Jafran datang kembali dengan sekantung makanan siap saji dan memaksa aku untuk segera makan. Aku hanya menurut dengan setiap ucapan dan tindakannya yang tidak berhenti menyuapiku dengan makanan.

"Sudah sekarang kamu tidur, aku sudah pasang alarm nanti untuk bangun solat Zuhur. Ingat jangan melakukan hal apapun, pastikan kamu sudah sehat betul kalau mau keluar rumah dan jangan lupa kabari aku. Hp jangan sampai mati!"

"Iya mas"

"Aku pergi lagi, hati-hati dirumah ya. Assalamu'alaikum sayang"

"Waa'alaikumsallam mas, hati-hati juga"

Mas Jafran menghilang dibalik pintu, tanpaku antar menuju halaman rumah.

Semoga saja sakit dikepalaku ini akan mereda secepatnya. Dengan keadaan seperti ini membuat aku sulit untuk melakukan hal apapun, untuk sekedar ke kamar mandi saja aku harus meraba mencari pegangan disekitar agar tak jatuh ataupun oleng.

TBC

Terma kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang