46. balasan yang setimpal

7.3K 512 37
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Aku masih tidak mengerti dengan situasi saat ini, kami dikumpulkan diruangan yang sepertinya didesain seperti ruang persidangan. Ohh, maaf aku tidak tahu ini ruangan apa namanya, setelah sampai diasrama mas Jafran menarikku kedalam ruangan ini. Dihadapanku ada mbak Dina dan suaminya yang sudah menangis dan terus menyesali perbuatannya yang semena-mena kepada keluargaku. Begitupun dengan sosok laki-laki yang didampingi polisi tengah menunduk memohon maaf kepada mas Jafran terus menerus.

Siang hari tadi saat aku sedang berbincang serius dengan mas Jafran, kami dikejutkan dengan telepon dari atasan mas Jafran, yang katanya ada polisi mencari kami mengenai masalah putri kemarin. Awalnya aku bertanya-tanya, apakah keluarga putri melaporkan mas Jafran ke pihak yang berwajib hingga kini kami harus berurusan dengan kepolisian. Akibatnya, Faza aku tinggal di rumah mamah, karena tak tega kalau harus membangunkannya.

"Maafkan saya mbak, saya sudah banyak berbuat salah, saya sudah sering kali mendzolimi mbak dan keluarga" ucap Mbak Dina.

Satu lagi yang mengejutkan untukku, tentang mbak dina yang fenomenal akan gosip asrama ini, kini dengan lugas dan jelas memanggilku dengan sebutan 'Mbak' biasanya ia paling tak sudi memanggilku dengan embel-embel itu kalau tidak ditegur dulu oleh ibu Persit yang lain. Alasannya satu, dia merasa lebih tua dariku dan lebih berpengalaman dalam dunia Persit. Klasik!

Aku hanya diam mengikuti mas Jafran yang sedari tadi hanya menatap dua sosok laki-laki dewasa dihadapan kami. Yang satu mungkin aku tahu, dia suami dari mbak Dina, sedangkan yang satu lagi aku tidak tahu. Datangnya bersama dengan pak polisi dan atasan mas Jafran.

"Saya dan istri berharap Abang dan mbak dapat memaafkan segala kesalahan kami, sebelum saya benar-benar pergi keluar dari batalyon ini"

Aku masih sulit mencerna kalimat-kalimat yang mereka semua ucapkan. Maksudnya suami mbak Dina ini mau berpamitan kah? Atau memang mau minta maaf soal kemarin?

"Saya dipecat bang"

Darrrr...

Terjawab sudah rasa kebingunganku! Dipecat toh, pantesan sedih! Ehh kok jadi jahat seperti ini. Maaf-maaf, habis aku kesal sekali dengan sepasang manusia dihadapanku sekarang. Masalah dalam keluargaku datang silih berganti akibat mereka, tak salahkan kalau aku menaruh dendam kepada keduanya.

"Bagus! Itu hukuman yang setimpal dengan apa yang sudah kalian lakukan terhadap saya dan keluarga dan kesalahan kamu yang fatal selama berkerja" sahut mas Jafran yang disambut anggukan oleh komandannya dan juga beberapa ibu Persit setingkat ibuku yang saat ini ikut menyaksikan acara yang bisa aku sebut sebagai ajang halal bihalal dan penyesalan.

Sedih sih aku mendengarnya. Susah payah dia masuk tentara sekarang malah dipecat hanya karena masalah adiknya, dan masalah lain yang tidak aku ketahui.

"Apa keuntungannya kalau saya memaafkan kalian bertiga?"

Bertiga? Iya bertiga, sebab putri dirumah sakit, dirawat katanya akibat dehidrasi. Entahlah aku tidak terlalu peduli dengan perempuan licik itu.

"Abang terbebas dari tanggung jawab keluarga kami, juga kami akan pergi jauh dan berjanji tidak akan kembali menampakkan diri dihadapan Abang"

"Yang lain?"

Diam. Semuanya terdiam, kecuali para komandan mas Jafran yang membuat senyum devil, seperti tahu apa yang ada diotak mas Jafran.

"Kalau saya bawa kasus ini ke jalur hukum bagaimana? Bisa diproseskan pak?" Tanya mas Jafran kepada pak polisi yang dijawab dengan anggukan tegas.

"Saya mohon jangan bang, kasihani kami"

"Hah? Kasihani? Untuk apa saya mengkhasiani orang-orang seperti kalian, saya hanya ingin kalian jera dengan apa yang sudah kalian lakukan"

Seketika tangis mbak Dina pecah, meraung-raung meminta maaf seperti anak kecil.

"Saya mempercayakan hukuman yang setimpal untuk kalian kepada yang lebih tahu. Semoga dengan dipecatnya kamu" tunjuk mas Jafran kepada suami mbak Dina "bisa membuat kalian jera dan lebih menjaga lisan juga perbuatan. Jadilah orang baik, bukan orang pintar!"

Semua orang berdiri dan meninggalkan ruangan setelah saling berjabat tangan.

Kalian tahu, aku masih dilanda kebingungan apalagi saat ibu-ibu Persit mengucapkan doa terbaik untuk kelancaran persalinanku dan keutuhan rumah tanggaku. Begitupun dengan para bapak komandan yang menyuruhku untuk lebih menjaga mas Jafran agar tidak genit katanya.

"Mas" panggilku saat kami sudah sampai dirumah.

Tiga hari, mas Jafran dapat cuti selama tiga hari. Entah mengapa ia dapat cuti, padahal biasanya untuk sekedar libur sehari saja susahnya minta ampun. Tapi hari ini ayah dengan baik hati memberinya waktu selama itu, katanya untuk honeymoon. Tak lihat kah anaknya sebentar lagi akan melahirkan, malah disuruh honeymoon!

"Kenapa?"

Dan selama tiga hari itu juga kami tak berencana pergi kemana-mana. Untuk liburan saja tak ada dalam list tiga hari kedepan. Aku hanya takut jika sewaktu-waktu aku melahirkan.

"Laki-laki yang tadi sama pak polisi itu siapa?"

"Ricki"

"Hah?!!!" Teriakku tepat di kuping mas Jafran.

"Tidak sopan teriak-teriak depan suami! Tuli kamu?" Sewot mas Jafran.

"Maaf mas"

"Untung istri" gumamnya, yang masih dapat ku dengar.

"Ngapain tadi dia?"

"Kelihatannya?"

"Minta maaf"

"Nah itu tahu!"

"Ishh... Kan aku cuma memastikan"

"Sudah jelaskan! Ya sudah"

"Emm... Mas"

"Apa lagi?" Ucapnya sambil menelungkupkan mukanya kepada bantal sofa.

"Nasib putri selanjutnya gimana?"

"Ditanggung keluarganyalah"

"Suaminya kan, ehh.. maksudnya pacarnya kan masuk penjara"

Ya, Ricki dijebloskan ke dalam penjara karena dia merupakan seorang pengguna narkotika, dia juga pernah mencuri mobil dan yang terkahir lari dari tanggung jawab setelah menghamili putri. Intinya selama ini Ricki adalah sosok buronan polisi.

"Ya kan putri masih ada keluarganya dek"

"Terus keputusan kamu mengadopsi anaknya gimana?"

"Tidak jadi!"

"Kenapa?"

"Pertama, itu bukan anakku. Kedua, kamu juga mau melahirkan emang sanggup mengurus dua anak sekaligus. Ketiga, semakin banyak anak semakin kamu lupa kalau ada aku yang harus kamu manjakan juga! Bye!" Terangnya jelas sambil masuk kedalam kamar, meninggalkan aku yang masih diam tergagap diruang tamu.

"Mas!!!"

"Apalagi?"

"Faza" pekikku.

"Astagfirullah al'adzim, anakku sayang!!!" Teriaknya heboh.

Dengan gesit mas Jafran mengeluarkan motornya dan pergi meninggalkanku setelah mengucapkan salam sepotong. Iya cuma sepotong, 'samlikum' saking terburu-burunya.

TBC

Terima kasih sudah membaca maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang