07. Teman Asrama

7.5K 549 9
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author

Terima kasih
&
Selamat membaca

Pagi ini rumahku cukup tentram hanya ada suara tepuk tangan milik anak kecil saja yang berasal dari halaman rumah. Mas Jafran sudah pergi sejak subuh tadi setelah pulang dari masjid, dan anakku Faza sedang  duduk anteng selonjoran di depan rumah dengan setoples biskuit renyah dan mainannya menonton para tentara tamtama, Bintara dan perwira yang baru datang dari berbagai kesatuan untuk melanjutkan pendidikan mereka di Pusdik Zeni.

Kesempatan emas untukku mengeksekusi segala penjuru rumah, mengembalikan kerapihan dari kekacauan yang sudah terjadi beberapa jam yang lalu.

"Faza ngapain duduk disitu nak" suara ibu-ibu yang ku tebak adalah warga asrama dekat rumahku.

"Iat ayah (lihat ayah)" jawabnya jujur.

Ya, tujuan faza duduk disana melihat sang ayah yang sedang bertugas dilapangan mengawasi para calon siswa Pusdikzi. Bahkan anak itu sudah membawa kawan-kawan sepermainannya untuk ikut serta menonton sang ayah.

"Za panas nak, duduk sini jangan disitu" seruku.

Matahari mulai naik, sinarnya mulai terasa panas. Meskipun kota Bogor dikenal dengan kota hujan, tapi akhir-akhir ini jarang sekali hujan maklum musim kemarau sudah tiba, jadi hanya akan hujan diwaktu sore atau malam hari saja.

"Ayah nda" ucapnya, sambil menunjuk kearah objek.

"Iya biarin, tapi Faza jangan disitu sini duduknya. Axel sama Muti kemari nak panas sayang" ucapku kepada tiga bocah kecil itu.

Keduanya adalah teman seumuran Faza, Axel dan Muti adalah anak dari tetangga sisi kanan dan kiriku, tak heran jika setiap harinya kedua bocah itulah yang menemani anakku bermain.

Muti adalah anak perempuan satu-satunya diantara mereka, anak yang selalu menengahi Faza dan Axel ketika bertengkar walau kadang ia juga ikut larut dalam pertengkaran dua bocah itu.

Kalau Axel, anaknya sama seperti Faza. Hanya saja ia lebih cuek dengan sekitar lain halnya dengan Faza yang terlihat lebih care terutama dengan perempuan, pada Muti contohnya.

Dulu sewaktu anak bang rehan masih ada personilnya berempat, terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan. Mereka sudah seperti anggota grup band kalau keempatnya sudah menangis. Muti tangisannya lebih melengking, Axel seperti sedang menyanyi rocker, Faza lebih ke suara seriosa, kalau anak bang Rehan lebih mendayu-dayu. Lucu ya hehehe...

Kadang kami selaku para ibu dari keempat bocah itu suka dibuat kelimpungan kalau keempatnya menangis bersamaan. Tapi kini salah satunya telah pergi meninggalkan tiga temannya yang masih sering membuat keributan.

"Nda ayah uang (bunda ayah pulang)" teriak Faza dari depan rumah.

"Assalamu'alaikum bun"

"Waa'alaikumsallam, yah"

"Laper Bun" ujar mas Jafran.

"Yuk makan"

Kami makan siang bersama, mas Jafran kalau waktu makan siangnya lebih senggang ia akan memilih untuk makan dirumah bersama aku dan Faza. Tapi kalau waktunya mepet maka ia akan makan dikantor berbekal nasi kotak bersama rekan-rekannya.

"Ayah... za itut"

"Engga usah panas, diem aja dirumah ok"

"Da mau"

"Za belum bobo siang loh" sahutku.

"Nak itut ayah nda (mau ikut ayah bunda)"

"Bobo dulu, nanti baru ikut ayah"

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang