28. mbak Dina tetangga ku

4.9K 448 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Sore harinya badanku kembali fit, rasa pusing di kepalaku mulai mereda, rasa ingin muntah pun berangsur hilang.

Mas Jafran sudah melarangku untuk ikut kegiatan sore hari ini dengan ibu-ibu Persit lainnya. Tapi si kecil Faza malah terus-terusan merengek agar aku ikut kegiatan. Mungkin memang hanya sekedar main voly tapi cuaca sore hari ini kurang mendukung dengan keadaanku sekarang. Teriknya matahari ditambah harus ikut olah raga membuat aku ragu.

"Za dirumah aja ya"

"Enga au, ayo nda itut nda (engga mau, ayo bunda ikut bunda)" jawabnya sambil terus menarik-narik baju olahraga hijauku.

Anak ini memang paling semangat kalau sudah ada kegiatan Persit, apalagi dilapangan seperti sore hari ini. Alasannya satu, ia bisa pergi kesana kemari dengan teman-teman sebaya lnya.

Berkahirlah aku disini, dilapangan batalyon yang tak jauh dari rumah dinas. Dengan Faza yang tentunya sudah kegirangan seperti cacing kepanasan.

"Assalamu'alaikum ibu-ibu semua, selamat sore" sapaku kepada sebagian ibu-ibu yang sudah bersiap-siap pemanasan dipinggir lapangan.

"Waa'alaikumsallam loh dek Jafran tak kirain engga datang, sudah sehat toh?"

"Siap, Alhamdulillah Bu sudah lebih baik"

"Syukurlah"

"Mbak Jafran mari ikut main voly"

"Siap. Izin mbak, boleh saya izin untuk tidak ikut bermain?"

Aku takut terjadi apa-apa kalau aku main voly, apalagi saat ini dari arah depan, bersebrangan denganku terlihat mas Jafran yang sudah memperhatikan aku dengan tatapan tajam dan menusuk. 

"Siap, boleh kok kalau begitu dipinggir saja mbak"

"Siap. Terima kasih mbak"

Sebagian ibu sudah menuju lapangan, mengisi formasinya. Faza pun sudah hilang dari sisi sampingku entah kemana dengan teman-temannya. Sedangkan aku memilih berkumpul dengan para ibu hamil lainnya.

"Izin bertanya bu" ucap salah satu ibu disampingku.

"Silahkan"

"Izin, sudah berapa bulan kandungannya Bu?"

"Alhamdulillah menginjak satu bulan"

"Wah dek Faza akan jadi kakak sebentar lagi ya dek"

"Iya Bu"

"Saya pikir dek Jafran ini tidak sedang isi, pantas tadi pagi terlihat kurang sehat dari biasanya"

"Siap. Iya bu, akhir-akhir ini saya lebih sering lemas"

"Wajar itu dek, fasenya hamil muda"

Begitulah sedikit banyaknya perbincangan aku dengan ibu-ibu Persit lainnya. Serunya kumpul Persit itu, saat kami bisa bertukar pengalaman, saling memberi masukan, saling mengingatkan dan banyak hal lain yang membuat kami semakin akrab layaknya menemukan keluarga baru.

"Mbak Jafran ngapain datang kemari bukannya sakit?" Ucap Mbak Dina yang baru saja selesai bermain voly.

"Siap. Iya mbak, saya merasa lebih baik dari sebelumnya. Faza juga merengek tadi ingin kemari"

"Biasa ya dek, yang punya kegiatan ibunya yang sibuk anaknya" ucap salah satu ibu yang lain dengan nada bercandaannya.

Kami semua terkekeh, ya begitulah kenyataannya bukan hanya Faza saja ternyata tapi anak yang lain juga sama.

"Alasan aja kamu ini dek, bilang saja kamu malas ikut-ikut kegiatan iyakan?" Ucap Mbak Dina sinis.

"Siap mbak, maaf sebelumnya saya tidak seperti itu, hanya saja kondisi saya memang kurang baik akhir-akhir ini"

"Anak saya tiga, biasa saja tuh waktu pas hamil muda, kamu ini lebay sekali. Persit itu kan harus kuat"

"Izin menanggapi Bu, setiap ibu hamil kan berbeda-beda bu, ada yang lebih lemah ada juga yang biasa saja"

"Saya engga bicara sama kamu ya!"

"Izin Bu saya kan hanya menanggapi, tidak ada niat ikut campur urusan ibu dengan Mbak Jafran, lagi pula menurut saya mbak Jafran tidak pemalas kok. Sebelum saya datang kemari mbak Jafran aktif dalam giat persit"

Aku diam saja, saat mereka beradu mulut. Ingin menengahi pun sulit, karena diantara keduanya tak ada yang memberiku ruang sedikit untuk melerai.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Ucap ibu danyon

"Ini loh Bu, saya kan sedang memberi wejangan kepada dek Jafran kok yang lain malah ikut campur"

"Siap. izin menjawab Bu, saya tidak berniat ikut campur tapi saya hanya memberi tanggapan bahwa apa yang dikatakan Mbak Dina kepada mbak Mera sedikit tidak benar"

Adu mulut itu kembali terjadi, bahkan lebih sengit dari sebelumnya. Ibu-ibu yang semula diam menonton kini mulai ikut-ikutan membelaku membuat mbak Dina menggeram kesal dan menatapku tajam.

"Sudah, sudah. Saya tidak ingin ada keributan disini, selesaikan dengan bijak bisakan?"

"Siap bisa Bu"

"Ada apa sebenarnya? Mengapa dari penjelasan kalian ada beberapa argumen yang berbeda?"

"Izin menjawab Bu?" Ucap Mbak Dinda yang sedari tadi berusaha menengahi.

"Silahkan dek Dinda"

"Siap Bu. Izin, Awalnya dek Dina menyapa dek Mera dan bertanya mengenai keadaan dek Mera, akan tetapi dari setiap kalimat yang terlontar ada unsur yang kurang enak didengar seperti menyudutkan"

"Saya tidak berniat menyudutkan ya dek Dinda!" Ucap Mbak Dina tak terima.

"Ekhemm... Dek Dina saling menghormati bisa?"

"Loh Bu mereka ini kan jauh dibawah saya umurnya, seharusnya merekalah yang menghormati saya"

Ini yang tidak aku suka, senior dan junior selalu ditekankan. Hingga terkadang membuat seseorang yang merasa dirinya lebih tua atau lebih pintar merasa tidak adil dengan posisinya.

"Sepertinya masalah ini tidak bisa diselesaikan disini, jadi saya putuskan nanti malam dek Dina dan dek Jafran juga ibu-ibu yang tadi terlibat untuk hadir dirumah saya. Bisa dipahami?"

"Siap bisa Bu"

Kegiatan sore hari ini dibubarkan dengan paksa tanpa wejangan atau obrolan ringan seperti biasanya. Keadaan yang semula hangat menjadi tegang dan awkard. Aku sendiri jadi merasa tak enak dengan ibu-ibu yang tadi sudah membelaku, mereka jadi ikutan terlibat karena aku.

Tapi meski begitu, mereka merasa biasa saja. Bahkan saat aku meminta maaf pun, dengan senang hati mereka memaafkan dan memaklumi sikap diamku. Ya, aku terkenal dengan sikap pendiam jika ada masalah, aku memilih diam saja sampai aku diberi celah untuk bicara. Seperti itu biasanya, dan orang-orang asrama sudah tahu itu.

Aku juga bukan tipe ibu-ibu yang suka berkumpul. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku dirumah, selama aku tinggal di rumdin belum pernah sekali pun aku tersandung masalah dengan tetanggaku, baru kali ini. Mangkanya sebagian dari mereka banyak yang membelaku.

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang