48

732 54 39
                                    

Dibelakang panggung Fatim hanya diam tak bergeming, ia masih bingung mengapa dirinya berada disini. Seingatnya terakhir dirinya sedang mengalami kecelakaan, ia merasakan kalau dirinya sudah tidak berada didunia tapi mengapa sekarang ia sedang berada ditempat ini.

'Olimpiade Matematika dan Ipa Fisika tingkat Provinsi periode 2020/2021' tercetak jelas banner perlombaan tersebut yg sukses membuat Fatim melongo.

"Hah? Tingkat provinsi? Perasaan gua baru lomba ini 3 bulan yg lalu, kenapa tiba-tiba gua ada disini lagi?" bingungnya

Sumpah ini diluar nalarnya. Kemana ia 3 bulan terakhir? Tuuu kasih tau tuh gaiss-,

Pikiran Fatim buyar saat speaker disampingnya berbunyi yg cukup membuat Fatim menjadi senam jantung dadakan, untung jantungnya ga ikut berhenti.

"Gilee ga permisi dulu maen asal ngomong" ucapnya misuh-misuh sambil mengusap kedua telinganya. Pengang cuyy.

"Kepada semua peserta lomba babak akhir bisa menaiki panggung karena perlombaan akan segera dimulai" terdengar lagi suara sang pembawa acara dengan semangat 45 nya.

"Pengen kabur aja gua rasanya" dumel Fatim yg berjalan gontai menaiki panggung

"Mari kita sambut kedatangan peserta bertahan kita. Ada Lauren Farasya, dibelakangnya ada Steve Brian, dan terakhir ada Siti Fatimah Halilintar. Beri tepuk tangan yg meriah untuk ke-3 juara bertahan kitaaa" sambutan sang pembawa acara menggelegar disetiap sudut ruangan dan tak lupa dengan suara riuh tepuk tangan dan teriakan yg memanggilkan masing-masing jagoannya.

Mereka bertiga langsung berdiri dimasing-masing tempatnya yg semacam mimbar tersebut.

Fatim mengedarkan pandangannya, terlihat temannya yg bersorak dari kejauhan, matanya terus mengawasi sampai ia berhenti kederetan bangku pendamping. Apa-apaan nihh semua kakak dan abangnya berkumpul tanpa terkecuali, ingin sekali ia menghilang dari bumi detik ini juga.

Merasa ada yg menatapnya Fatim pun melihat kearah samping kanannya, disana terdapat Lauren yg sedang tersenyum kecut kearahnya.

Tatapan keduanya terhenti saat sang pembawa acara kembali membuka suaranya dan memberitahu syarat dan ketentuan perlombaan.

Teman-temannya yg tadinya heboh mendadak diam. Seperti terdapat aura yg membunuh disekujur tubuh Fatim saat pandangan matanya menuju kearah keluarganya.

"Kepada semua peserta diharapkan fokus karena soal akan segera dibacakan. Kalau bisa menjawabnya langsung pencet bel yg berada didepan kalian"

Soal pertama selesai dibacakan ternyata matematika dahulu baru nanti disusul oleh ipa fisika, tanpa pikir panjang Fatim langsung memencet tombol didepannya. Dan menjawabnya lantang.

"10 ponit" juri memberikan point pertamanya untuk Fatim

Entahlah Fatim makan apa, soal yg terbilang cukup sulit langsung dijawabnya seakan hanya ditanya 1+1. Padahal soal baru selesai dibacakan 5 detik yg lalu.

Soal persoal sudah dibacakan. Kini soal tersebut sudah mencapai nomer 15. Dengan kenaikan point yg cukup mengagumkan dari Fatim. Titisan Einstein mah jangan diraguin udahh wkwk.

"Ayoo Fatimm kamu pasti bisa" gumam Iyyah saat melihat adiknya yg telat memencet tombol untuk soal yg ke 15.

"Kenapa tuh bocah ga ada rasa ragu gitu yaa, maen asal pencet doang. Oliq takut dia refleks mencet tapi ga tau jawabannya" ucap Thariq asal

"Hush... Ga boleh berfikir negatif dulu, kita kan udah liat proses belajar Fatim akhir-akhir ini. Tapi iyaa juga sii hehe... Dia nyolong kunci jawaban dari juri apa emang anaknya yg kepinteran?" kekeh Sohwa pelan

Beri Aku Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang