59

586 52 56
                                    

"Pergi!"

"Jangan ganggu aku"

"Please, aku cuma mau istirahat"

"Umi.... Fatim capek"

"GO, DON'T ANYONE DARE COME NEAR ME!" teriak Fatim sambil memukulkan udara kosong didepannya

"Please.. Kasih Fatim waktu buat istirahat"

Dirinya kini sudah terisak hebat, getaran tubuhnya semakin kencang, tenggorokannya kini mulai sakit karena sejak tadi ia terus-terusan untuk berteriak.

Beberapa menit kemudian ada seseorang yg menepuk pundaknya. Sebelumnya tadi ada yg menampar dirinya keras, lehernya seperti di cekik. Lalu sekarang ada yg menepuknya?? Jantung Fatim auto kembali maraton dibuatnya.

"Bang Atta..." lirihnya pelan

Goncangan ditubuhnya kembali membuatnya tersadar, ia pasrah saja karena sudah tidak tahu lagi harus bagaimana cara mengatasinya.

"Fatim..."

Fatim terdiam setelah itu, ia ingin melihat siapa yg menepuknya dan memanggil namanya barusan. Tapi kejadian beberapa menit lalu membuatnya kembali mengurungkan niatnya. Tadi juga ada yg memanggil dirinya, suaranya seperti Iyyah tapi saat Fatim membuka selimut yg menutupi dirinya sosok tersebut berada persis didepan wajahnya dan menyeringai seakan mau membunuh Fatim detik itu juga lalu menyiksa dirinya habis-habisan.

"Fatim"

"Ini bang Atta"

Ketakutan Fatim kembali bertambah seperti orang yg memiliki trauma berat.

"Fatim? Heyy... Are you okey? Gausah takut, abang disini buat Fatim"

Fatim kembali menangis sejadinya, ia tidak memperdulikan lagi selang infusan yg membatasi ruang geraknya.

Selimut yg menutupi dirinya tadi sudah digantikan dengan tangannya, kedua tangannya masih menutup erat mukanya terutama bagian mata.

"Umi..." lirihnya lagi

"Fatim... Open your eyes"

"PERGI... ATIM GA SANGGUP, ATIM CAPEK" racaunya

"Coba Fatim buka matanya dulu" dari suaranya ini terdengar seperti Sohwa

Elusan di kedua pipinya seakan menyalurkan kehangatan di dirinya.

"Atim ga usah takut, coba Atim sedikit-sedikit buka matanya" ujar Iyyah

"Kalian siapa sebenarnya? JAWAB! Fatim ga suka yah dipermainkan kaya gini" teriak Fatim frustasi

"Kita saudara kamu. Fatim jangan takut, ada kita disini" ujar Saaih

Dengan gemetar Fatim sedikit mengintip dibalik celah-celah tangannya, terdapat keenam saudaranya yg berkumpul melingkari dirinya.

Perlahan ia turunkan tangannya dan membuka matanya sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan cahaya, wajahnya sudah pucat pasi, matanya merah karena sejak tadi terus-terusan menangis, kondisinya yg tadinya sudah lumayan baik kini kembali drop, tubuhnya pun masih sedikit bergetar.

"Astagfirullah muka kamu kenapa? Siapa yg ngelakuin kaya gini?!" tanya Sohwa panik

Fatim menggelengkan kepalanya, ia masih tidak mau untuk membuka suaranya saat ini, apa lagi saat melihat ekspresi kakak dan abangnya saat ini.

"JAWAB FATIM!" tegas Sohwa karena Fatim yg memilih untuk bungkam

"Sabar, Wa. Fatim butuh waktu buat jelasin semuanya" ucap Atta pelan sambil mengusap bahu kiri Sohwa

Beri Aku Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang