Chapter 1 : Prolog

13.2K 706 16
                                    

"Selamat atas kesusesan proyek terbaru anda, Nona Imelda!" Semua orang berseru.

Malam yang indah, bar yang mewah, bersama para karyawan, serta teman dekatku, memang hal yang paling kutunggu-tunggu selama tujuh tahun yang lalu. Inilah saat-saat dimana aku dapat bercerita pahitnya masa lalu dan kesuksesan masa kini. Saat titik balik di mana aku bisa puas kepada diri sendiri.

Oh ya aku lupa memberi tahu. Aku Imelda Wright, arsitek legendaris pada abad ini yang baru saja memenangkan tiga penghargaan sekaligus dalam satu proyek. Aku mendesain sebuah perkotaan yang efisien, minimalis serta estetis. Proyekku menjadi tren rumah, toko, hingga tata kota di berbagai negara.

"Imee, nih champange! Ayo minum dan bersenang-senang! Semua ini kan untuk merayakan kesuksesanmu!" Seorang perempuan berambut pirang terang dengan pipi merah menyodorkanku segelas champange berisi cairan ungu kemerahan.

Ini Leira, Leira Wellington, temanku yang paling ceroboh sedunia. Dia sering kebablasan minum hingga mabuk berat dan akulah yang selalu mengatarnya pulang, walau aku ini orang sibuk. Ya itulah Leira dan sekarang sepertinya aku harus melakukan tugasku yang tidak baru ini sebagai baby sitter-nya Leira si bayi.

Ime menopang Leira, pamit pulang dan keluar dari bar. Di luar bar ada danau luas yang indah untuk dijadikan tempat untuk bercerita.

"Hngg, Ime ayo duduk di pinggir danau dulu... aku mau cerita sesuatu yang penting." Ucapan Leira yang sedang mabuk ini 100% tidak bisa dipercaya tetapi hari ini aku ingin menuruti perkataannya, setidaknya kali ini saja.

Aku dan Leira duduk di pinggir danau dan Leira menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ime yang kaget dengan perubahan ekspresi Leira, mulai menganggap keadaan ini darurat dan sangat penting.

'Leira tipe orang yang mabuk gembira, bukan mabuk depresi, lalu apa yang terjadi'

Leira mengangkat kepalanya dan berteriak di depan Imelda,

"MASA VIANCA MATI?? PADAHAL DIA TIDAK SALAH APA-APA!!"

"Hoi, siapa Vianca?"

"VIANCA ALTERIA, PUTRI BUNGSU YANG DIJEBAK OLEH KAKAK KANDUNGNYA SENDIRI!"

"Hooh, jadi ini tentang novel yang kamu sering baca itu ya... Apa ya judulnya? The Villainess...?"

"THE VILLAINESS DID NOTHING WRONG!!"

"Oh ya itu... Cup cup cup... Yaudahlah, Lei. Itu kan hanya novel, tidak perlu di bawa ke hati juga sampai badmood."

"T-t-tapi kan.. K-k-kasian villainess-nya meninggal di tangan kakak kandungnya sendiri... Kenapa ending-nya sad ending sih..."

"Yaudah sabar aj-"

Tiba-tiba ada dorongan. Leira yang seperti orang gila karena alkohol menguncang-nguncang pundak Imelda sampai terjatuh ke danau.

Byurr!

Imelda kaget setengah mati dan badannya tertarik ke dasar danau perlahan-lahan. Imelda yang berteriak di dalam air suaranya tak terdengar sama sekali. Ia hanya dapat melihat Leira menangis tersedu-sedu di pinggir danau. Imelda tau ini tamatnya karena ia tidak bisa berenang dan entah kenapa tubuhnya berat dan kakinya lumpuh.

'Masa aku mati tenggelam? Tidak mau! Aku belum puas menikmati kesuksesan aku! Aku belum puas membuat satu proyek legendaris! Aku ingin membuat banyak rumah, kantor, rumah sakit, dan semua hal yang bisa aku ciptakan dengan tangan dan otakku! Aku belum memulai revolusi di dalam dunia arsitektur!"

Mata Imelda semakin menghitam hingga ia tidak bisa melihat lagi. Semua hitam pekat. Badannya terasa melayang lalu ia mendengar suara yang begitu kekal dan bijaksana,

"Wahai manusia, ambisimu membunuhmu. Akan tetapi, karyamu menghidupkanmu. Oleh sebab itu, inilah kesempatanmu untuk menunjukkan karyamu tanpa ambisimu."

Seperti dipukul dengan palu besi, kepalaku sakit dan terbangun.

"Aduh! Sakit banget kepalaku. Bukannya aku udah mati? Lho apa-apaan suara ini? Lho, aku ngomong bahasa apa?!"

Diatas ranjang yang muat tiga orang dewasa dengan tirai pink, ruangan luas yang bisa digunakan sebagai ruang tamu, dinding pink dengan ukiran-ukiran emas asli, lantai karpet pink, lemari putih-pink dengan ukiran emas lagi, dan ternyata semua benda disini berwarna pink, putih dan emas!!!

'Ada apa ini?!'

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang