Chapter 15 : Karya Part 3

3.2K 377 10
                                    

Pesta tehnya sudah dimulai. Ada tujuh buah cankir teh, tiga buag teko serta 2 rak makanan ringan yang dipenuhi biskuit, kue serta makaron.

Walaupun semuanya tertata dengan indah dan rapih, suasa pesta teh ini tidak seindah biskuit yang sedang ku makan.

Para wanita berbisik-bisik sambil menatapku dan Countess Barret tidak mahir dalam mengotrol suasana, wanya duduk diam tersenyum paksa. Sementara itu, Reinna yang baru menginjak umur 14 tahun, memakan kue-kue dengan lahap.

Suara bisikan-bisikan terhenti dan keluarlah satu suara yang jelas.

"Ah, Nona Vianca, tumben sekali anda memakai gaun sesederhana ini? Ada apa dengan gaun pink anda?"

Pertanyaan wanita ini terdengar kasual akan tetapi niatnya tidak seperti itu.

"Aku bosan dengan gaun pink. Sekarang aku lebih nyaman dengan gaun sederhana yang berwarna netral."

"Yah, memang benar, mau memakai gaun yang mewah ataupun sederhana, jikalau pemakainya tidak anggun, maka gaun itu pun terlihat buruk."

'Begitu ya kalian. Bermain sindiran...'

Mereka tertawa kecil dengan kekalahanku ini dan muka Countess Barret memucat.

'Mari kita sindir balik'

"Akan teta-"

Tak

Ada bunyi garpu yang diletakkan sedikit keras untuk menarik perhatian

"Countess Elitra... Minggu lalu anda berkata bahwa suami anda baru membelikan gaun yang sangat mahal dari kerajaan selatan. Ditambah lagi anda berjanji untuk memakainya di pertemuan berikutnya. Aku tahu jelas bagaimana model gaun daerah selatan dan sepertinya gaun yang anda gunakan sekarang bukan model dari selatan, melainkan dari daerah timur."

Sambil tersenyum...

"Dimanakah janji anda?"

'Re-reinna?!'

Semua putra putri dari Duke Calyptus dididik berbagai macam hal sejak mereka dapat membaca dan menulis. Mulai dari politik, ekonomi, sampai budaya. Mental tangguh dan berani ditanam sejak kecil. Jalan pikir cerdik dan licik pun di asah sejak kecil.

'Dalam situasi ini, walaupun Nona Reina terlihat sangat muda seperti di umur 14 tahunnya, wawasannya cukup luas bagai orang berumur 20 tahun...'

Countess Elitra yang membeku mendengar perkataan Reinna tidak menjawab apapun. Ia hanya terdiam sambil menyeruput tehnya.

"Oh ya, omong-omong, Nona Vianca sedang berecana membangun cafe kan di Jalan Antheton! Bagaimana kemajuannya?"

'Ah, sepertinya ia sedang mengubah pembicaraannya.'

"Ah saya sudah merancangnya dan tinggal membangunnya. Tema cafeku adalah kebun."

Semua orang tercengang mendengarnya. Nona katarina pun juga ikut tercengan. Akan tetapi, Reinna menunjukkan ekspresi kagum dan tertarik.

Tema kebun merupakan hal yang asing bagi orang-orang disini yang kurang lebih berada di abad pertengahan. Sedangkan di zaman modern, tema ini bukanlah hal yang memukau. Lagi pula siapa yang akan berpikir mendekor seluruh dinding mejadi bunga-bunga dan tanaman hijau?

"Waah! Tema yang sangat unik! Kapan akan dibukanya Nona Vianca?"

"Hm, mungkin bulan depan."

"Wah, kalau begitu mari kita kunjungi cafe milik Nona Vianca saat sudah buka!"

Susananya kembali tenang dan para wanita saling bercakap-cakap saru dengan sama lainnya.

"Ah, terima kasih banyak Nona Reinna sudah membantu saya tadi."

"Uhum! Hanggil ahu Rhei haja!"
(Panggil aku Rei saja!)

Mulutnya yang penuh kue membuka tutup. Sepertinya Duke Calyptus lupa mendidik tegas putri keduanya tentang etiket seorang perempuan bangsawan.

Ia menelan kue yang terkumpul besar di mulutnya dan mulai memakan biskuit.

"Pasti kamu sedang mencari penyihir bangunan Nona Vianca!"

'Ah, penampilannya selalu membuatku tertipu! Ia anak yang berpikiran tajam!'

"Betul sekali Nona Rei, sayang butuh bebrapa penyihir bangunan yang cukup handal."

"Hm hm baiklah. Aku akan meminjamkan penyihir bangunan keluargaku dengan syarat."

Syarat! Tidak ada hal yang gratis!

"Iya? Apa syaratnya?"

"Jika cafe itu sukses, kamu harus menjual cafe itu dan aku akan membelinya dengan harga yang akan didiskusikan di kemudian hari."

'Eh? Apa??!'

"Jika tidak?"

"Hmmm, jika cafe itu gagal, maka kamu harus membayar jasa penyihir bangunanku sesuai harga jual cafemu jikalau sukses."

'Hah? Aku rugi dong! Akan tetapi aku juga tidak ada pilihan lain. Aku harus mencari penyihir bangunan.'

"Hm, baiklah. Aku setuju"

"Hhhm! Bagus."

Reinna mengeluarkan selembar kertas dan pena dari tas kecilnya.

"Kalau begitu tolong tanda tangan disini"

Di kertas itu tertulis perjanjian yang sama persis ia katakan sebelumnya.

'Apakah dia tahu hal ini akan terjadi? Memang keluarga yang menyeramkan.'

Sampai sejauh apa mereka telah memikirkan ini?

Aku membaca ulang isi kertas perjanjiannya lalu menanadatanganinya. Kertasnya tiba tiba melayang keatas di udara dan menghilang secara perlahan seperti bakar.

"Itu adalah kertas perjanjian sihir."

Tanpa menengok ke arahku ia berbicara seaakn tahu apa isi otakku.

"Perjanjian dengan kertas perjanjian sihir lebih praktis dan jelas daripada perjanjian lewat segel kerajaan. Sanksi dari pelanggarannya juga tidak kalah tegas dengan perjanjian segel kerajaan. Kamu akan dikutuk..."

'Dikutuk? Kadang anak ini menyeramkan.'

"Tetapi jangan khawatir~ Nona Vianca pasti sukses!"

"Iya..."

Lalu terlintaslah suatu pemikiran di otakku. Kenapa dia mau sekali cafeku? Kenapa dia mau membantuku diawal pertemuan?

"Maaf Nona Rei jika saya lancang, saya ingin bertanya sesuatu."

"Silahkan~"

"Kenapa Nona Rei ingin membantuku?"

Reinna yang sedang menusuk kue yang baru ingin ia makan tediam dan membeku. Lalu ia melanjutkan memotong dan mengarahkan garpunya dengan potongan kue.

"Entahlah, bisa dibilang instingku lah yang mengendalikan otakku. Instingku berkata bahwa kau adalah orang hebat yang berbeda total dari yang dirumorkan."

"Rumor? Rumor macam apa yang bermunculan?"

"Gadis porselen, si mayat putih, boneka Yvonna, dan seingat ku, anak haram."

'Hah? Apaa?!'

Mataku kebingungngan dan mukaku mengerut.

Gadis porselen? Boneka Yvonna? Dan ada juga anak haram?! Ada apa dengan Vianca yang terdahulu?

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang