Chapter 24 : Pesta Part 4

2.7K 266 17
                                    

"Permisi sebentar Nona Sheila, izinkan saya mencari udara segar."

Aenon meninggalkan Sheila sendirian dengan gelas champagne di jari halusnya.

'Sepertinya ada sesuatu yg mencurigakan...'

Sheila meletakkan gelas champagne-nya yang masih tersisa setengah lalu mengikuti Aenon secara diam-diam.

'Ada apa sih dengan Putra Mahkotaku? Biasanya dia tidak melakukan hal tidak berguna seperti ini.'

Setelah mengikutinya sebentar, Sheila tertinggal dan tesesat.

'Aku tersesat! Dimana ini? Dimana dia?'

Lalu Sheila mendengar suatu percakapan panas.

"Vianca, mau kah kamu bertunangan denganku?"

"Apa kamu masih waras?"

'Bukankah itu suara Kakak dan Vianca Alteria? Kenapa kakak mengajukan pertunangan kepada anak itu?'

Sheila bersembunyi di balik semak-semak lalu mengamati drama-nya dari kejauhan.

'Ah! Putra Mahkota!'

Setelah melihat Ragrand pergi dari tempat kejadian, muncullah orang yang dicari-cari.

'Kenapa Putra Mahkotaku ada di sini?!'

Peercakapan mereka berdua jauh lebih pelan dan tenang daripada percakaan Vianca dengan Ragrand. Oleh karena itu, Sheila tidak dapat menangkap pembicaraan mereka.

'Putra Mahkota tidak pernah memerah seperti itu di depanku!'

Sheila menggertakan gigi putihnya dan raut wajahnya semakin ganas. Rasa iri dan marah munumpuk di hatinya.

'Aku ingin maju dan menghentikan ini, tetapi hal ini akan semakin buruk jika aku melakukannya... Aku harus melapor ke sang Ratu!'

Shelia memencet gelangnya dan keluarlah sebuah hologram. Lalu ia memencet satu bagian dari hologram itu dan hologram itu berganti layar menjadi layar tembus pandang, seperti kamera.

Klik

'Aku akan merekam ini sebagai bukti!'

--------------------------------------------------------------

Sore hari sudah tiba. Acara ditutup dengan Ragrand yang mengajukan pertunangan kepada Yvonna. Dengan gembira besar, Yvonna menerimanya.

Setelah acara panjang yang melelahkan, di malam hari tepat jam 9, seisi rumah sunyi senyap. Semua orang tertidur pulas kecuali penjaga rumah. Terkecuali diriku dan Elise juga.

Aku di balkon dengan selimut disekitarku, mengsketsa gazebo sambil menikmati malam hari yang tenang. Di sebelahku ada Elise yang ikut mengsketsa Gazebo.

"Elise, kalau kamu akan pensiun kerja sebagai pelayan pribadi, apa yang akan kamu lakukan?"

"Hm.. mungkin mencari suami lalu berkeluarga di perdesaan kecil. Jika hal itu tidak memungkinkan, mungkin saya akan terus melayani nona."

"Seandainya kamu akan mencari suami dan berkeluarga. Bolehkah aku merancang rumahmu di desa kecil itu?"

"Tentu saja nona! Sebuah kehormatan untuk anda dapat merancang rumah untuk hamba ini!"

"Sudahlah Elise... Tidak perlu formal didepanku."

"Baiklah nona!"

Elise tersentum mendengar perkataanku dan melanjutkan sketsanya.

Langit hitam pekat dengan taburan bintang-bintang mengingatkan rambut Aenon. Belakangan ini, entah kenapa aku sering teringat senyuman orang itu. Padahal senyuman itu bisa saja hanya senyuman sebatas formalitas. Lalu kenapa senyumannya tidak bisa lepas dari otakku?!

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang