Chapter 42 : Memalukan

1.8K 213 6
                                    

Akhh!

Tepat sebelum bibir tersebut mendarat ke bibirku, aku dengan cepat menutup mulutnya dengan tangan kiriku.

Aku tahu dia mabuk, tetapi bukankah ini keterlaluan?! Darahku langsung naik dan mewarnai merah pada pipiku. Siapaun yang mau dicium atau bisa dibilang hampir dicium, pasti akan merasa malu seperti diriku sekarang.

Anehnya, anehnya... Aenon sepertinya berpikir bahwa bibirnya telah tiba pada sasaran tepatnya. Ia menciumi tanganku dengan penuh gairah.

'Akh, apa-apaan ini?'

Tidak berhenti di sana, tiba-tiba lidahnya juga menjulur.

Di titik itu, otakku rasanya mau pecah. Sekarang warna merah ini sudah menjalar hingga ke telingaku. Aku tidak tahu lagi sekarang aku sedang dilecehkan atau aku malah diberi kenikmataan penuh kehangatan... Aku langsung berdiri dari sofa dan melepaskan tangan di mulutnya. Aku meletakkan sup kentang yang tinggal sedikit dan mengambil selimut.

"I-ini... Maaf Aenon kamu harus tidur di sofa i-"

*burph*

Ahhh! Bunyi itu! Apakah Aenon ingin muntah? Aku berlari ke kamar mandi dan cepat-cepat mengambil baskom kosong. Saat aku kembali, Aenon hilang dari sofa tersebut, hanya tersisa selimut yang kuberikan.

'Kemana dia?'

Lalu aku menemukannya di ranjangku. Ah, sepertinya bayi besar yang nakal ini sudah tertidur di kasur ibunya!

Memang orang mabuk susah diatur. Bukan salahnya juga untuk tidak bisa tersadar saat mabuk. Oleh sebab itu, aku membiarkan Aenon tidur di bagian kanan ranjangku dan aku tidur di bagian kiri. Lagipula ranjangku yang muat tiga samapi empat orang ini cukup luas untuk dua orang.

Aku merebahkan diri lalu mengarah ke wajah tidurnya yang penuh dengan ketenangan. Berbeda dengan wajah biasanya yang dingin dan terkadang nakal, atau pun wajah mabuknya yang seperti anak anjing, wajah tidurnya tenang. Tidak seimut anak anjing tapi tidak sekeras saat ia normal.

Wajah tenang maskulinnya membawa damai bagi yang menatapnya, bulu mata lentiknya membuat semua wanita merasa iri ingin memilikinya, hidung mancungnya membuat para patung seniman menangis, bibir merah pucatnya membuat diriku ingin...

"Menciumnya-"

Akh! Aku betul-betul sudah gila sepertinya! Aku harus cepat-cepat tidur sebelum pikiranku menggila lagi!

Aku membalikkan badanku dan menutup mataku. Lalu...

Sret

Betul sekali, Aenon memelukku lagi, dengan erat, di ranjang... Ya ampun, aku tidak tahu lagi seberapa malunya diriku! Dipeluk tiga kali? Seintim ini?

"Hng, jangan tinggalkan aku sendirian Vianca. Aku tidak mau sendirian. Aku tidak mau ditinggal."

Hah, sepertinya manusia mabuk ini sudah di alam mimpi hingga mengigau...

"Haaah... kumaafkan untuk kali ini karena kamu sedang mabuk..."

Aku bergumam kepada diri sendiri dengan kecil. Tak terasa mataku tertutup dan badanku terasa hangat dalam pelukannya. Ternyata pelukkannya tidak sememalukan itu, bahkan pelukkannya membuat diriku tenang dan senang.

--------------------------------------------------------------

"Hng.."

Aenon yang masih setengah tidur mencium wangi manis dan harum.

'Wanginya seperti bunga sakura dicampur susu...'

Aenon mengedipkan lalu membuka matanya. Pandangannya masoh kabur.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang