Chapter 39 : Rencana B

1.6K 209 10
                                    

Jalanan yang becek dan berlubang, tanah yang tidak subur dan rumah-rumah yang rusak.

'Rumah-rumah ini bahkan tidak layak dihuni!'

Pemandangan di luar jendela kereta kudaku sangat mengenaskan. Aku tidak habis pikir bagaimana para masyarakat dapat bertahan hidup dengan kondisi seperti ini samapi sekarang...

Aku turun dari kereta kuda dan masuk menuju ke suatu cafe yang berdiri dengan kekuatan pas-pasan. Walau sudah memakai gaun sederhana ini, penapilanku sangatlah mencolok dibandingkan keadaan sekitarku. Semua orang di cafe tersebut menatapku.

"Ada yang bisa saya bantu Nona Besar?"

'Nona Besar?'

Wajahku yang menunjukkan kebingunan membuat pelayan tersbut kembali meluruskan kata-katanya.

"Ah, maafkan saya. Sudah lama sekali seorang aristokrat tinggi seperti Nona datang ke cafe kumuh ini..."

'Ah... tentu...'

Aku memberi muka simpati dan bertanya dengan pelan

"Sebenarnya apa yang terjadi pada daerah ini tuan pelayan?"

Semua orang berlirikan, termasuk pelayan tersebut. Kemudia semua orang di cafe tersebut mengangguk ke pelayan tersebut dengan muka amarah.

"Penguasa daerah ini, Duke Luthi tidak memerhatikan kondisi daerah kami. Kami membayar pajak tanpa hasil apapun. Kami sempat menentang dan melakukan demonstrasi dengan cara tidak membayar pajak. Akan tetapi hal buruk yang menyeramkan terlanda bagi keluarga mereka yang tidak membayar pajak..."

Muka pelayan tersebut menggelap dan merenung sebentar.

"Keesokan hari setelah hari pemungutan pajak, seluruh keluarga di rumah tersebut menghilang dalam satu malam."

'Menghilang? Pasti ini ulah Duke...'

"Sejak saat itu kami membayar pajak dengan teratur..."

'Duke Luthi... Koruptor tanpa hati!'

Mungkin aku terlalu idealis, akan tetapi aku bemci orang yang melanggar hak orang lain seenaknya! Jikalau kita sudah diberikan tanggungjawab, maka laksanakanlah tanggung jawab tersebut, untuk kebaikan bersama, untuk keadilan bersama...

Aku mengerutkan bibirku dan kembali menatap pelayan tersebut.

"Apakah di sini ada semacam kepala daerah?"

Pelayan tersebut melirik ke arah orang-orang di cafe lalu mereka mengangguk lagi.

"Tentu ada Nona, tolong tunggu sebentar."

Pelayan tersebut meninggalkanku lalu kembali lagi membawa seorang lelaki berumur 45 tahunan ke hadapanku.

"Ada apa seorang Nona bangsawan datang ke daerah ini?"

'Ugh, tanpa tata krama...'

Aku yang lupa memperkenalkan diri, meminta maaf lalu bersikap sopan.

"Maafkan saya yang belum memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Vianca Alteria dari keluarga Marquis Alteria di daerah Pusat. Saya datang untuk membuat perjanjian terhadap seluruh masyarakat daerah timur ini."

"Perjanjian?"

Lelaki di depanku tersebut duduk berlawanan denganku dan melipatkan tangannya.

"Iya. Sebuah perjanjian mengenai pembangunan infrastruktur daerah ini."

"Pff."

'Yah sialahkan tertawa. Seorang Nona bangsawan cilik yang umurnya tidak lebih dari 17 tahun ingin membangun perkotaan...'

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang