Chapter 4 : Vianca Alteria Part 3

5.2K 483 5
                                    

Di meja makan besar ini, hanya aku tertinggal sendiri bersama Elise.

"Pfff... PUAHAHAHAHAHAHAHA"

Elise sangat terkejut akan tawaku yang terbahak-bahak.

"Nona! Anda tidak boleh tertawa seperti itu! Ingat anda harus menjaga sopan santun, nona!"

"Ah tenanglah Elise, ini hanya mimpi. Lagi pula kakaku yang bahkan aku tidak tahu namanya itu, sangatlah pengecut dalam menghina orang. Dia bilang khawatir akan kehidupan pernikahanku? Heh!?Mimpi macam apa ini... haaah..."

Selama aku hidup, tidak pernah ada orang yang peduli terhadapku. Orang tuaku yang membuangku begitu tahu ibuku selingkuh, aku tidak pernah mendapat perhatian hangat dari orang seperti itu. Orang pertama yang melimpahkan kasih sayangnya tidak lain lagi teman dekatku Leira. Walau ia ceroboh dan lugu, Leira merupakan teman yang loyal dan peduli.

'Hah, aku kangen Leira...'

Elise yang bimbang melihat gerak gerik ku yang memakan puddin, bergumam,

"Mimpi? Anda juga lupa nama Nona Yvonna? Ah lupakanlah... Nona sekarang anda harus menghadiri kelas embroidery."

"Hah apaan tu?"

"Nona masa anda juga lupa kelas embroidery anda?!"

"Iya iya... antarkan aku ke kelas embroidery."

Aku menghabiskan puddingku dalam satu lahap dan keluar meja makan. Saat jalan di lorong yang panjang ini aku melihat ada balkon cantik yang menarik perhatiannya. Aku lari kesana dengan Elise yang mengejarku untuk menghentikanku. Aku buka pintu balkon itu lebar lebar dan melihat dunia luar yang begitu luas. Dunia ini sangat berbeda dengan duniaku. Bukan hanya mundur ke abad pertengahan, tapi dunia ini terlihat seperti dunia fantasi. Awan putih bergupalan, langit biru cerah, sinar matahari menyinari seluruh kontinen negara ini, bangunan-bangunan antik menyerupai kastil dan istana, berbeda sekali dengan jaman modern dengan gedung tinggi.

Pandanganku teralihkan dari dunia misterius ini dan melihat sebuah kertas sketsa di lantai balkon. Aku memungutnya dan membaca kertas tersebut. 'Hmm... bukankah ini sebuah sketsa gazebo?' Sambil berpikir-pikir bahwa gazebonya terlalu besar, Elise buka mulut,

"Ah! Itu kan gazebo untuk hadiah upacara menyambut kedewasaan Nona Yvonna!"

"Apa? Hadiah upacara menyambut kedewasaan? Gazebo ini?"
Vianca putus akal melihat ini sebagai hadiah untuk upacara penting. Gazebo ini memang cantik akan tetapi terlalu besar dan makan tempat!

"Ah sepertinya gazebonya sudah mau jadi setelah dilihat-lihat lagi... padahal baru dinbangun sekitar 3 hari yang lalu..."

"HAH 3 HARI YANG LALU? GAZEBO SEBESAR INI? GIMANA CARANYA?"
Aku syok sekaligus tidak bisa percaya perkataan tidak masuk akal Elise ini.

'Walaupun hanya gazebo, pembangunan sebesar ini memkana waktu minimal satu setengah bulan!?'

"Nona anda sebenarnya kenapa...Huft... Tentu dengan bantuan kekuatan sihir..."

"Hah sihir? Omong kosong macam apa lagi ini?"

"Nona... kekuatan sihir dapat membangun bangunan besar dengan mudah. Apakah nona tidak mengetahui itu?"

'Waaaah, bangunan sebesar itu bisa selesai dalam kurun waktu kurang dari satu bulan? Bukankah itu mukjizat?! Aku harus membangun kota dengan kekautan itu!'

"Elise aku ingin belajar kekuatan sihir untuk membangun gazebo seperti itu!"

"Iya iya nona... Sekarang anda harus mengikuti kelas embroidery yang anda tunda... Lihat, Countess Barret sudah sampai." Elise menarikku keluar balkon untuk bertemu Countess Barret.

Sesampai di ruangan berinterior mirip dengan ruang makan, hadirlah Countess Barret. Diluar ekspetasiku, ternyata dia terlihat muda, mungkin sekarang dia menginjak umur 20-an nya. Dia membungkuk sedikit sambil mengangkat sebagian dress sederhananya. Ia membuka mulutnya dan tepat sebelum ia mengeluarkan suara aku secara spontan menyulurkan tangan kecilku ini dengan semagat muda.

"Halo! Terimakasih sudah meluangkan waktu anda untuk membimbing saya!"

Tidah hanya Elise akan tetapi Countess Barret pun kaget dengan uluran tanganku. Mereka berdua tidak tahu harus diapain tanganku ini yang bergantungan di udara. Oksigen di sekitar ruangan ini seketika tegang dan canggung samapai akhirnya Countess Barret mengeluarkan tawa kecil, melepas tangannya yang memegang dressnya dan menjabat tanganku.

"Ah, Nona Alteria unik ya hari ini!"

"Ah iya ya? Hahahaha begitulah..."

Setelah itu, kelas embroidery bejalan dengam lancar.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang