Chapter 43: Nasib

1.7K 225 10
                                    

Daerah timur kini sudah pulih. Kelayakan hidup seluruh warga mencukupi, infrastruktur yang memadai serta perkeonomian yang stabil. Dibanding yang dulu, bahkan sekarang banyak wisatawan berlalu-lalang ke daerah timur ini.

Sekarang seluruh warga sudah kembali ke semula. Beberapa ibu-ibu ada yang memasak, beberapa ada yang menenun kain. Beberapa bapak-bapak memahat kayu, beberapa berdiskusi. Tentunya berdiskusi tentang dunia politik dan nasib daerah ini.

"Tuan Verdi, sekarang saatnya kita membuat petisi untuk menurukan Duke Luthi! Seperti yang anda tahu, Duke tersebut tidak layak menjadi tuan tanah kita!"

"Betul kata Tuan Yudias! Tolong Tuan Verdi, sang kepala daerah. Turunkan Duke tersebut dari posisi yang tak layaknya!"

Tuan Verdi, yang dianggap sebagai kepala daerah timur ini merenung. Setelah mempertimbangkan keadaan timur yang cukup stabil, bahkan berkembang pesat.

"Baiklah."

Tuan Verdi dan beberapa perwakilan masyarakat membuat petisi, mengumumkannya di depan masyarakat daerah timur, dan kertas sepanjang tiga meter itu terisi tanda tangan dua ratus jiwa penduduk daerah timur.

Kemudian petisi tersebut dikirim langsung ke kerajaan. Peosesnya tentu lama, akan tetapi mereka bersedia menunggu demi keadilan dan kemakmuran daerahnya.

***

Satu minggu kemudian, Aenon akhirnya menyelesaikan seluruh tugas mendesaknya. Akibat kekhawatirannya beberapa bulan yang lalu, tugas yang ia lakukan kurang tereksekusi dengan efektif dan baik. Oleh karena itu, Aenon yang sudah kembali normal dengan jiwa perfeksionisnya, mengerjakannya ulang secara teliti dan efektif. Tidak hanya itu, tugas yang tidak mendesakpun ia kerjakan agar otak dan hatinya dapat berfokus ke Vianca untuk meminta maaf.

'Ah... Akhirnya seluruh tugas bulan lalu yang kacau sudah kuperbaiki. Lalu, seluruh tugas di minggu ini sudah terselesaikan dengan rapih.'

Aenon tersenyum dalam hati. Hatinya yang gembira sepeeti matahari pagi yang cerah, siap bertemu dengan Vianca. Dibanding rasa maaf, ia lebih gembira dapat bertemu Vianca lagi.

'Saatnya mengunjungi Nona Vian-'

Brak!

"Putra Mahkota! Saya mendapat petisi penurunan jabatan Duke Luthi dari masyarakat daerah Timur!"

Seorang kurir pembawa pesan bergegas dan mendobrak pintu ruang kerja Aenon, Sang Putra Mahkota.

Seketika hatinya yang subur dan terang bagai matahari langsung turun hujan petir yang deras.

"Apa? Kenapa anda masuk dengan sembarangan?"

"A-ah, maaf Putra Mahkota. Sa-saya..."

Evan, pelayan pribadi Aenon baru tiba di depan ruang kerja yang pintunya terbuka lebar. Nafasnya yang tersengal-sengal membuktikan ia berlari dan mencoba untuk memberhentikan kurir pembawa pesan tersebut. Apa daya seorang kurir pembawa pesan tentunya bergerak dengan lebih gesit dan lincah.

"Baiklah, berikan petisi tersebut."

Aenon mengambil petisi yang digulung erat dan membuka tali yang mengikatnya.

Srek

Petisi tiga meter tersebut bergulung dari meja kerja Aenon hingga lantai marbelnya. Tidak ada yang menyangka kerta gulungan sekecil itu dapat menyembunyikan kertas tiga meter.

[Kami, seluruh masyarakat daerah timur, daerah kekuasaan Duke Luthi, mengajukan petisi untuk menurukan Duke Luthi dari posisinya sebagai penguasa daerah timur ini akibat kerja yang kurang profesional dan tidak membantu masyarakat saat terlanda bencana. Berikut adalah nama warga serta tanda tangannya sebagai bukti penyetujuan atas petisi ini:]

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang