Chapter 26 : Countess Part 2

2.1K 235 5
                                    

Disclamer:
Maaf bila ada ketidakakuratan fakta yang terkandung dalam cerita ini.

Selamat membaca! ^^

***

Tepat jam delapan pagi aku keluar rumah dengan kereta kuda menuju kediaman Count Eliktov di bagian utara kerajaan.

Saat di perjalanan aku merenungkan diri sekaligus menyiapkan fisik dan mentalku.

'Countess Eliktov merupakan pembisnis bahan bangunan, pasti ia tahu jelas material-material bagunan. Aku harus berhati-hati dalam memilih material bangunan.'

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya sampailah diriku di kediaman Count Eliktov. Aku turun dari kereta kuda tanpa bantuan siapapun dan di depanku ada Countess Eliktov yang memperhatikanku dari ujung rambut sampai ujung kakiku. Melihat diriku yang turun tanpa bantuan seorang prajurit, ia tersenyum kecil.

Aku melangkah ke depan lalu memberi salam.

"Selamat pagi Countess Eliktov, senang bertemu dengan anda."

Dengan etika yang sempurna, aku membungkukan badanku dan mengangkat gaunku sedikit.

"Selamat pagi Nona Alteria. Silahkan masuk dan mari kita memulai bisnis ini."

Seperti yang dikatakan rumor, selain tegas, ia juga wanita bangsawan unik yang tidak suka basa basi.

Aku masuk ke dalam rumah besar Countess Eliktov. Pendapatku? Rumah ini unik dibandingkan rumah-rumah lain di era ini.

Dindingnya tidak memiliki banyak hiasan. Lantai, tentunya terbuat dari marmer putih. Plafon yang biasanya terukir secara detail, hanya diukir sederhana.

'Hmm... mungkin seleranya minimalis?'

Lalu sampailah kita di depan suatu pintu. Saat masuk ke ruangan di belakang pintu tersebut, terdapat dua kursi, meja, teb serta kertas dan pensil.

'Sepertinya Countess Eliktov sudah mempersiapkan ini...'

Lalu kami berdua duduk di kursi tersebut.

Entah kenapa aura Countess Eliktov sangat menegangkan, akan tetapi, sekarang Countess Eliktov adalah klienku. Oleh karena itu aku harus berkomunikasi dan bertukar pikiran dengannya.

"Baiklah Countess Eliktov, mari kita memulai perancangan rumah untuk anda."

Wanita berusia kurang lebih 35 tahun itu tersenyum melihat inisiasiku untum membuka pembicaraan.

"Dimana dan seluas apa tanah yang anda miliki untuk dibangun?"

Aku menanyakan banyak hal dan ia menjawabnya dengan cermat.

Luas dan besar tanah. Siapa sajakah yang tinggal. Permintaan ruangan serta detail kesehariannya. Sampailah pada bagian penting ini, pemabahasan material.

"Baiklah Countess, untuk bangunan ini saya akan menggunakan batu batan dan beton bertulang sebagai bahan utama dinding lalu-"

"Beton bertulang?"

Eh? Apakah dia tidak tahu beton bertulang? Bukankah Countess Eliktov seorang pembisnis bahan bangunan? Pasti ia tahu kan....

"Beton bertulang adalah beton yang dimasukkan tulangan baja."

"Hmm..."

Muka Countess bersinar-sinar kagum karena inspirasi sekaligus penasaran. Apakah di zaman ini belum ada beton bertulang?

"Maaf Countess, jika saya boleh tanya, pada umumnya, bangunan di kerajaan ini dibangun dari material apa?"

"Batu bata dan semen."

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang