Chapter 38 : Pengakuan

1.7K 196 11
                                    

'Oke jujur, aku tebawa suasana dengan drama sebelumnya...'

Karena semua hal sudah terlanjur terjadi, Yvonna berpura-pura untuk berada di mood baik dan terseyum setiap saat.

Yvonna juga berperan sebagai tunangan yang ceria dan baik, jadi ia berinisiatif untuk menyuapi tunangannya yang entah bangsat atau bukan dengan penuh kehangatan.

Lucunya, Ragrand juga ikut memrankan perannya dengan baik, bisa dibilang, dengan mulus. Pipinya ikut memerah setelah mendapatkan suapan dari Yvonna. Setelah menikmati es krim vanila tersebut, ia menatap Yvonna cukup lama...

Walau lama kelamaan Yvonna merasa tidak nyaman ditatap seperti itu, ia tetap tersenyum manis dengan bibir menyerupai bulan sabit.

Lalu kejadian tidak terduga datang.

"Ah, Tuan Ragrand kenapa ada berlutut?!"

Betul sekali. Ragrand Heinous ini berlutut didepan Yvonna yang terkaget-kaget.

"Yvonna Alteria. Saya ingin mengaku."

Lalu semua niat buruknya yang terdahulu, mulai dari menyelamatkannya hingga ingin menikahinya dengan tujuan tertentu, ia keluarkan dengan penuh penyesalan.

Tidak hanya itu, ia juga menceritakan masa lalunya yang sangat dibutakan oleh pencarian kasih sayang orang tuanya.

"Maafkan saya. Sungguh maafkan saya."

Wajah lelaki tersebut tertunduk ke bawah dengan pasrah.

Sejujurnya, di lubuk hati terdalam, Yvonna sungguh berharap bahwa prasangka Vianca dan dirinya hanya sebuah ilusi semata, akan tetapi dengan pengakuan orangnya sendiri di depan kedua matanya, fakta pahit sesungguhnya terkuak.

Yvonna yang kecewa, walau menyangka hal ini dapat terjadi, mengerutkan alisnya lalu mengehela nafasnya.

***

Tap

Terdapat tangan yang halus dan putih di kepala Ragrand. Tangan tersebut mengelus-elusnya. Bertapa hangat tangan tersebut. Lalu wanita ini  menunduk hingga tinggi pandangan mereka sama.

"Aku tahu Tuan Ragrand. Aku tahu."

Ragrand hanya terdiam. Tidak mengetahui apa yang ia harus katakan. Ia terkaget dengan reaksi Yvonna yang cukup dewasa dibandingkan sifat keanak-anakannya yang moody. Lalu ia teringat dengan perasaanya, perasaan yang ia sudah tetapkan. Walau keadaanya tidak baik, ia tetap merasa harus menyatakan perasaanya.

"A-ah, Nona Y-Yvonna."

Ragrand mengankat kepalnya dan melihat wajah Yvonna dengan tangannya tetap mengusap-usap kepalanya. Wajahnya tersenyum seperti bulan sabit, akan tetapi senyumannya begitu miris.

Melihat senyuman ironi tersebut, tanpa sadar air matanya turun begitu saja. Tetapi air mata tersebut tidak menghentikannya untuk menyatakan perasaannya.

"N-n-nona Yvonna. Sa-saya sungguh mencintai anda. Saya su-sungguh menyesal telah menggunakan a-anda seenak saya. Saya sungguh berterima kasih a-atas kehangatan yang anda berikan se-selama ini..."

"Sudahlah berhenti menangis dulu."

Yvonna mengusap air mata di pipi merah Ragrand. Ragrand yang tetap tidak dapat berhenti meneteskan air matanya terus belanjut.

"Ta-tapi, apakah anda memaafkan saya?"

Kembali lagi senyuman ironi yang terus menyayat hati Ragrand.

"Hm, sayangnya, saya belum bisa memaafkan anda, Tuan Ragrand. Hati saya sepertinya tidak sebesar adikku..."

Ragrand yang benar-benar pasrah kembali menunduk dengan perasaan yang lebih kacau dari sebelumnya.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang