Chapter 22 : Pesta Part 2

2.6K 324 5
                                    

'Eh... Dia pergi begitu saja...'

Aku melihat cangkir teh yang masih terisi dan biskuit yang tersisa dua. Karena merasa sayang kalau dibuang, maka aku memakan biskuitnya sekaligus dua lalu menghabiskan tehnya.

'Hm... dia bukan tipe orang yang jijik dengan minum di cangkir yang sama.'

Seiring waktu berjalan, tanpa sadar aku menjadi kenal orang itu lebih dalam.

'Setelah dipikir-pikir, apa ya maksudnya sampai jumpa besok?'

Kemungkinan besar yang terlintas di otakku merupakan Putra Mahkota yang diundang ke acara kedewasaan Yvonna. Akan tetapi, mana mungkin Putra Mahkota yang sibuk itu datang ke acara seperti ini?

Lama kelamaan, aku benar-benar letih dan ingin beristirahat.

'Yasudahlah aku tidur sebentar'

--------------------------------------------------------------

"Vianca."

"Ah, iya?"

Aku menengok ke arah suara yang memanggilku.

Disana ada Aenon memengang buket bunga mawar merah. Ia berdiri di tengah taman.

Aku menghampirinya dan menatap mata ungunya. Senyuman hangatnya entah kenapa diriku semakin tertarik kepadanya.

Aenon membungkukkan badannya hingga pandangan kita setara. Kemudian ia mengulurkan tangannya ke rambut perakku, berikutnya telinga dan berhenti di pipiku.

Walau merasa malu sekali di elus seperti ini, akan tetapi aku tidak ingin rasa ini berhenti disini saja. Aku mengandai-andai jikalau aku bisa memutar terus menerus adegan ini.

Secara perlahan, Aenon mendekatkan jarak wajahnya dengan wajahku. Aku menutup mataku dan pasrah menerimanya.

Sebelum jarak diantara kita hilang terdengar suara ketukan kencang yang menggangu.

TOK TOK TOK

"Nona!"

"Ah!"

Ternyata mimpi. Tentu saja itu mimpi... Kelakuan Aenon disana sangatlah janggal. Tidak mungkin ia akan mencoba menciumku.

Memikirkan kata-kata mencium membuat pipiku tersipu merah.

'Kenapa aku bisa memimpikan hal aneh seperti itu?!'

"Pipi Nona merah! Apakah Nona benar-benar sakit?"

"Tidak Elise... Jadi apa alasan kamu datang ke kamarku?"

"Ah itu karena Nona melewatkan jam makan malam, jadi saya bawakan makan malam Nona ke kamar."

Aku tidak sadar bahwa Elise sedang memegang nampan dengan Steak tenderloin dan segelas jus jeruk.

"Terima kasih Elise."

"Dengan senang hati Nona."

Aku yang duduk di ranjang menotong steaknya kemudian mulai mengemutnya. Sambil makan, terlintaslah ide di benakku.

"Elise tolong ambilkan gaun untuk acara besok."

Elise mengangguk kemudian membawa gaun norak itu.

Aku mengambilnya dan mulai mengamatinya.

"Seperti yang sudah kuduga, gaun ini berkualitas rendah. Pita yang terikat di gaun ini hanya direkatkan dengan beberapa benang jahitan.

"Elise, tolong ambilkan dua buah gunting. Lalu ambil satu sofa dan duduklah di sebelahku."

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang