Chapter 5 : Vianca Alteria part 4

4.6K 483 8
                                    

Kelas embroidery telah selesai dan aku sedang mengatar Contess Barret pulang sampai di depan pintu rumahku yang bagai kastil ini. Aku melambai-lambai tanganku sampai kereta kuda yang ia tumpangi lenyap dari pandangan. 

'Hmm... rumah bagai kastil, kendaraan berupa kereta kuda dengan ukiran mirip dinding lorong... memang aneh...' 

Yang namanya rumah mewah di abadku tidak berbentuk kastil yang megah dengan perabotan yg berlebihan. Mungkin perabotan dalam rumah mewah lebih banyak daripada rumah biasa akan tetapi perabotannya tidak berlebihan hingga suntuk di mata. 

'Andai aku orang kaya, aku tidak akan membeli rumah besar, aku lebih memilih rumah kecil yang mewah dengan konsep desain minimalis.' 

Aku, dituntun Elise, kami pergi ke perpustakaan pribadi untuk meluangkan waktuku lalu secara tiba-tiba, aku bertemu kakak perempuanku bersama lelaki yang belum pernah kulihat. Lelaki itu terlihat seperti seumuran kakak. Tangan kakak yang menggandeng tangannya terlihat sangat mesra. Apakah ini pacar kakak? 

Aku mengangkat sedikit gaunku dan membungkuk.

"Selamat sore kakak-kakak." 

"Hm? Kenapa kamu masih memakai gaun usang itu? Kamu juga belum merias wajahmu... Pergi, ganti gaunmu dan riaslah wajahmu hingga bagai boneka. Adikku tidak boleh kusam seperti ini!" 

Aku menahan amarah yang bikin darah tinggi ini mengerutkan jidatku sambil tersenyum. 

'Duh perempuan ini kehabisan ide untuk menghinaku kali ya? Masih aja membicarakan gaun dan riasan wajah. Dasar manusia kurang kreatif!' 

"Kakak, aku telah berkata bahwa kakak tidak perlu khawatir. Penampilanku bukanlah urusan kakak." 

Aku menatap tajam bola mata biru langit itu. Matanya boleh cantik tapi sifatnya busuk. 

"K-kamu tidak sopan ya terhadap kakak!"

Tiba-tiba kakak mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke arah pipiku. Aku dengan refleks mengambil tangannya sambil mencekik tangannya. 

Yvonna yang kaget menghempaskan tangannya dari genggaman Vianca sambil menatap mata merah yang seram dan berbahaya. 'Sejak kapan ia bisa melawanku seperti ini?!' 

Vianca yang muak akan hal ini berjalan melewati mereka sambil mengancam, 

"Sekali lagi kakak ingin menamparku, akan aku banting kakak!" 

'B-banting?' Semua orang di lorong itu berpikir bersamaan dengan muka heran. 

Heh mungkin mereka pikir ini omong kosong tetapi merka tidak tahu saja bahwa dulu masih kecil aku sempat belajar judo dengan serius. Namun, dengan tubuh kecil dan kurus seperti ini, mungkin agak susah membanting kakak yang tinggi. 

Setelah berjalan melewatinya beberapa langkah Vianca berhenti sebentar menengok ke belakang. 

"Oh ya, aku lupa mengatakan ini, lain kali kalo mau mencibirku, cobalah untuk membuat tema yang baru. Semoga kakak bisa lebih kreatif lagi!" 

Muka Yvonna yang begitu kesal membuang mukanya dari Vianca memeluk tangan pacarnya lebih erat. Ragrand Heinous, anak pertama Duke Heinous dan juga pacar kakakku ini menoleh ke belakang melihatku melangkah cepat dan tegap dengan rambut perak yang berayun-ayun, dia tersenyum dengan mata penasaran. 

'Hmm... anak itu terlihat lebih hidup hari ini. Menarik.' 

Mood-ku yang hancur membawa diriku ke ranjang pink ini. Elise disebelahku mengganti gaunku menjadi baju tidur. Ugh baju tidurnya pun berbentuk gaun... aku kangen kaos dan celana pendek... setelah ganti baju, aku terhampar di ranjang dengan otak melayang-layang. 

'Aku ingin membangun kota idealisku, aku ingin merubah dunia dengan ide brilianku ini. Namun kenapa aku terjebak mimpi aneh ini? Apakah aku sedang koma saat ini sehingga mimpiku lama sekali?' 

Saat imajinasiku berjalan-jalan di benakku, terlintas suatu ide yang menangkap perhatianku. 

"Elise, jika kau ingin membangun suatu bangunan di negara ini, kau perlu surat izin kan?" Ucapanku yang serius sambil tiduran di ranjang dengan lengan menutupi mataku dijawab Elise dengan tenang. 

"Benar nona. Rumor juga berkata bahwa yang memegang kuasa ketanahan merupakan Sang Putra Mahkota itu sendiri." 

'Heh, Putra Mahkota?! Oh ya, ini bukan negara demokrasi ataupun liberal, melainkan dunia fantasi bersistem monarki...' 

Otakku terisi penuh dengan banyak pikiran samapai pada akhirnya aku tertidur.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang