Chapter 32 : Bersinar

2K 234 5
                                    

Mendengar tragedi panjang tersebut, Vianca tidak kaget sama sekali. Sudah jelas bukan? Fisik yang sangat mirip sekali dengan marquis dibandingkan fisik Yvonna yg bentuk hidung dan matanya dapat dari entah siapa.

Walaupun cerita ini tragis bagi Vianca sendiri, Vianca yang sekarang, Vianca yang bukan lagi Vianca asli, tidak merasa dendam atau benci sekalipun. Melainkan, ia tetap merasa iba terhadap Yvonna.

***

Setelah mengeluarkan rahasia terdalam dirinya. Yvonna menunduk terus tidak berani menatap lawan bicaranya. Ia menunduk sambil melihat teh hitam di pangkuannya. Terlihatlah pantulan wajahnya sendiri yang sangat menyedihkan. Melihat keadaannya sangat menyedihkan, ia hanya menutup mata dan menyiapkan mental untuk amarah Vianca.

Berbeda dengan prasangkanya, Vianca bangun dari tempat duduknya, menghampiri Yvonna dan kembali memeluknya. Pelukan hangat ini sudah lama sekali tidak Yvonna rasakan.

"Kamu sudah melakukan segala hal yang dapat kamu lakukan. Kamu sudah bertahan dengan tangguh. Kamu hebat Yvonna. Jangan takut, aku akan disini membantumu. Aku memaafkan segala kesalahanmu."

Kata-kata yang sudah lama sekali Yvonna tidak mendengar, membuat matanya berkaca-kaca. Yvonna lalu terseyum dan mengularkan air mata lega.

"Te-terima kasih banyak atas pengampunanmu, Vianca... Terima kasih sebesar-besarnya telah menjadi adik yang besar hati untuk kakakmu yang keterlaluan ini..."

Pelukan hangat yang bertahan kurang lebih sepuluh menit yang dilanjutkan dengan melihat bulan purnama yang bersinar, akhirnya selesai. Segala bentuk kebencian, dendam, irihati, dan depresi hilang terbawa angin malam.

Sekarang Yvonna dan Vianca berada di ranjang yang sama sambil berbincang-bincang, layaknya kaka dan adik yang sedang mengadakan acara sleepover.

"Kak Yvon."

Sekarang Yvonna dan Vianca saling memanggil dengan nama kecilnya.

"Ya, Vi?"

"Apakah jadwal kakak bseok kosong?"

"Kosong kok, ada apa?"

"Apakah kakak mau berjalan bersama aku besok ke kota? Hanya sekedar makan-makan lalu melihat-lihat toko-toko."

"Tentu boleh!"

Sekarang senyuman Yvonna sangat tulus hingga wajahnya yang tesenyum membentuk bulan sabit. Tidak lama kemudian kedua kakak beradik tertidur pulas dibawah sinar bulan.

--------------------------------------------------------------

Esok hari tiba dengan cepat. Melihat Yvonna yang keluar dari kamar tidur Vianca membuat para pelayan di rumah terheran-heran, bagai langit terbalik. Mereka menatap Yvonna yang berjalan dengan wajah bahagia. Wajah yang tidak pernah mereka temukan sama sekali. Yvonna biasanya setiap pagi tidak pernah terseyum selebar ini, walaupun pada saat mood-nya baik.
Vianca dan Yvonna menyiapkan diri untuk bersiap pergi ke kota. Setalh bersiap-siap mereka berdua turun dari tangga bersamaan lalu menaiki kereta kuda bersama Elise dan seorang pelayan pribadinya Yvonna.

--------------------------------------------------------------

Sesapai di kota, aku dan Yvonna berjalan melewati beberapa blok dan masuklah ke cafe sederhana yang tidak cocok bagi wanita bangsawan yang mewah seperti kita.

Cafe ini biasa digunakan untuk para bangsawan lelaki berdiskusi mengenai bisnis dan politik sambil menikmati secangkir kopi. Oleh karena itu, kopi di cafe ini sangatlah enak, jauh lebih enak daripada cafe-cafe cantik.

"Kak Yvon harus mencicipi kopi disini! Enak banget kak!"

"Begitukah?"

Yvonna tersenyum sambil bertanya. Aku duduk dan Yvonna juga ikut duduk. Aku memesan dua cangkir kopi kepada pelayan.  Pelayannya kaget melihat pelanggannya yang berbeda dari lainnya dan sikap pelayan tersebut menjadi antusias.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang