Chapter 7 : Cafe part 2

4K 471 0
                                    

"Hm? Kenapa mukamu kebingungan sekali Elise?"

"N-n-nona ingin membangun cafe?"

"Betul sekali! Oleh karena itu, tolong bantu aku ya, Elise!"

Elise yang terheran-heran menganggukan kepalanya dan mulai mengeringkan rambutku. Kemudian, aku memilih baju pink di lemariku dan keluarlah aku dan elise dari kamarku.

Sambil berjalan menuju ruang makan aku kembali bertanya,

"Elise, tolong jelaskan keluargaku."

"Eh? Oh! Nona adalah anak kedua serta putri bungsu keluarga marquis Alteria. Kavalus Alteria, ayahanda nona serta kepala keluarga marquis Alteria, merupakan wakil kepala tentara kerajaan serta pembisnis tekstil terkenal di kerajaan ini. Ibu nona, Sasha Alteria, adalah seorang wanita yang terkenal akan keanggunannya serta parasnya bagai dewi yang turun ke bumi. Yvonna Alteria, kakak anda serta putri sulung keluarga Alteria merupakan perempuan yang cukup terkenal di kalangan para bangsawan serta perkumpulan kelas atas."

"Hm... Begitu ya... Oke terima kasih Elise."

Aku membuka pintu ruang makan yang besar dan megah. Di ujung meja makan terdapat sang marquis sendirian dengan kertas-kertas.

'Sepertinya aku tidak terlambat hari ini.'

Aku duduk dan kemudian mulai bertanya.

"Ayah, bolehkah aku memohon hadiah ulang tahunku tahun ini berupa tanah di Jalan Antheton?"

Sang marquis yang sedang membaca kertas-kertas kontrak terdiam sejenak lalu kembali membaca.

"Hm... Baru kali ini saya mendengar permintaan putri bungsu ku ini. Kenapa kau memohon tanah? Bukankah gaun dan perhiasan lebih berguna dan menarik?"

"Tidak ayah! Saya sangat menginginkan tanah di Jalan tersebut!"

Aku yang membujuk sang marquis memberi muka memelas akan tetapi semua orang tahu bahwa wajahku ini tidak sama sekali terlihat memelas, melainkan lebih terlihat berantusias dan semangat.

Sang marquis melirik ke arahku dan melihat sebuah pemandangan yang langka. Vianca Alteria, yang terkenal dengan boneka porselen yang hanya bisa diam menganggukan kepalanya, berubah 180 derajat. Matanya berbinar-binar, wajahnya energik serta entah kenapa rambut peraknya makin berkilau. Sang marquis mulai menatapku dengan muka penasaran campur kaget.

"Untuk apa kau meminta tanah sebagai hadiah ulang tahunmu? Apa yang akan kau lakukan terhadap tanah tersebut?"

"Itu adalah rahasia! Nanti ayah akan mengetahuinya sendiri jika tempat itu sudah buka!"

Sang marquis tertawa kecil melihat sikap putrinya yang berbeda dari biasanya. Menurutnya, perubahan ini bukanlah hal buruk.

"Baiklah, saya akan memberikan tanah di Jalan Antheton sebagai hadiah ulang tahunmu dan saya akan menunggu kabar tentang nasib tanah di jalan tersebut."

"Terima kasih banyak ayah."

Sang marquis melihat putrinya yang wajahnya serupa dengannya melontarkan cukup banyak kata-kata dengan ekspresi gembiranya membuatnya kaget dan tersenyum hangat.

"Walaupun kau berbeda, kau memang yang paling spesial"

"Hm?" Gumaman sang marquis sangatlah kecil untuk didengar Vianca.

Tak tak tak. Bunyi sepatu hak yang bergema-gema menuju ruang makan terdengar. Pintu membuka dan munculah Yvonna dan sang istri. Perjamuan makan pagi hari ini berjalan dengan tentram.

Kelas embroidery, makan siang, menghadiri pesta teh kecil di halaman rumah yang luas, makan malam, dan sekarang aku di ranjang seperti biasa bertukar pikiran dengan Elise.

"Elise, apakah kamu tahu dimana aku bisa mencari investor untuk pembangunan cafeku?"

"Umm... biasanya untuk hal seperti ini, lebih efektif jika kita mencari informan."

"Eh? Kenapa informan?"

"Di kerjaan ini seorang informan bukan hanya melayankan jasa jual informasi melainkan juga dapat menjadi perantara."

"Hm... kalau begitu besok kita berdua akan pergi ke kediaman seorang informan yang terkenal! Kamu tahu kan dimana tempatnya?"

"Ah iya nona akan tetapi, bukankah lebih baik jika nona juga membawa pengawal untuk menjaga nona? Lokasi kediaman seorang informan yang terkrnal ini cukup berbahaya dan rawan perampokan."

"Tidak perlu, aku dapat menjaga diriku dan kamu, Elise."

Elise yang khawatir mengangguk-angguk dengan patuh.

Malam berganti pagi dan seperti kemarin, di meja makan, akau dan sang marquis yang sibuk membaca kontrak-kontrak.

"Ayah hari ini aku ingin pergi keluar berdua dengan Elise."

"Untuk apa?"

"Um... untuk membeli gaun baru?"

'Huft. Sepertinya aku harus membeli baju lalu pergi ke lokasi si informan terkenal itu. Lagipula tidak ada salahnya membil baju baru yang lebih praktis dan simpel daripada baju pink megah dan berat ini.'

"Oke baiklah. Bawalah dua atau tiga pengawal dengan mu."

"Tidak perlu ayah. Saya ingin puas berbelanja dengan Elise. Tidak akan terjadi apa apa ayah."

Sang marquis yang ragu pada akhirnya setuju.

The Villainess Did a RevolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang