Reiga menatap wanita di hadapannya. Setelah sekian lama mereka tak berjumpa, ia tak menyangka jika wanita ini akan menemuinya lagi. Ia mengamati, penampilan Putri Jelita tak berubah banyak dari terakhir kali mereka bertemu.
“Kamu hebat sekarang, Rei. Bisa membuka bisnis.” Putri Jelita mengaduk minuman di depannya. Wajah wanita itu tersenyum dan makin menambah kecantikannya.
“Dari dulu sampai sekarang, aku masih begini. Tidak berubah.” Reiga menjawab pelan. “Kapan kamu balik dari Singapura?”
“Beberapa bulan lalu, saat aku mendengar kamu kembali ke kota ini. Tadinya, aku memang nggak berminat kemari, karena berharap kamu datang menemuiku. Ternyata … harapan tinggal harapan, ya?”
“Putri … kita sudah seharusnya nggak bertemu,” ucap Reiga. “Kamu sudah---,”
Putri Jelita mengangkat tangan. “Stop, jangan dibahas lagi. Aku ingin mengobrol denganmu sebagai kawan lama. Nggak apa-apa, ‘kan? By the way, kafe ini konsepnya keren sekali dan minumannya juga enak.”
“Yuda yang meracik.”
“Ah, aku nggak nyangka kalau sahabatmu itu ternyata mahir membuat minuman. Apa kamu tahu kalau Doni sering menanyakan keadaanmu?”
“Doni, jadi orang sukses sekarang.”
Di meja dekat bar, Felicia dan Yuda duduk berhadapan dengan mata sesekali melirik ke arah meja Reiga. Keduanya menyimpan spekulasi tentang maksud kedatangan Putri Jelita. Felicia yang sama sekali tidak mengenal wanita itu, banyak bertanya pada laki-laki yang duduk bersamanya.
“Cantik, wanita itu,” ucap Felicia dengan kagum. “Sepertinya bukan orang sembarangan.”
Yuda mengangguk. “Iya, Putri anak pengusaha tambang yang kaya raya.”
“Mereka terlihat serasi, kenapa bisa putus?”
“Ada banyak hal yang menghambat hubungan mereka. Salah satunya keluarga Putri.” Yuda mendekatkan kepalanya dan berbisik. “Jangan bilang-bilang Reiga aku cerita ini sama kamu, ya.”
Felicia menganguk cepat, mengangkat dua jarinya. “Iya, Om. Swear, aku janji.”
“Aku dengar selentingan, keluarga Putri inginnya Reiga ikut bisnis mereka. Itu adalah salah satu syarat untuk mereka bersama, tapi Reiga menolak. Dia tidak mau hidupnya diatur-atur orang lain.”
“Lalu, mereka putus.”
“Ya, mereka putus. Nggak peduli bagaimana Putri memohon agar Reiga mau menerima syarat keluarganya agar mereka bisa tetap bersama, dia menolak.”
Felicia tercenung, sama sekali tidak mengerti dengan dunia orang dewasa. Ia menatap pada Reiga yang terlihat duduk kaku di hadapan sang mantan pacar. Ia selama ini selalu berpikir, jika ia jatuh cinta dengan seseorang maka akan menyerahkan semua yang ia punya untuk orang yang ia cintai. Namun, rupanya dalam sebuah hubungan tidak semudah itu. Buktinya, Reiga menolak kenyamanan yang ditawarkan keluarga Putri.
Menyeruput minumannya, Felicia mendesah. Entah kenapa, seperti ada setitik ketakutan jika Reiga akan berubah, saat Putri Jelita menampakkan diri. Sebelumnya, ia tak pernah punya pikiran itu namun, kehadiran wanita itu mengubah pandangannya.
“Kamu banyak berubah, Rei.”
Reiga tersenyum simpul. “Selain tatoku yang bertambah banyak, aku merasa biasa saja.”
“Iya, tato yang menjadi penyebab dari kita--,”
“Sudah, jangan membahas masa lalu.”
Putri Jelita tersenyum tipis, ia menunduk untuk menyebunyikan gurat kesedihan di wajah. Tanggapan dingin yang ia terima dari Reiga, sedikit banyak meruntuhkan rasa percaya dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Om
RomanceFelicia 20 tahun, gadis ceria yang patah hati karena pacar yang mencampakkannya. Pernikahan papanya membawa jalan kedekatanya dengan Reiga Pratama, laki-laki tampan yang merupakan adik dari sang mama tiri. Hubungan aneh, lucu, menggemaskan dan terla...