Bab.11b

13.5K 1.5K 160
                                    

Di lobi bioskop, Felicia yang datang lebih dulu berdiri menatap poster film yang tertempel di dinding. Ia baru saja menerima pesan dari Reiga yang mengabarkan jika laki-laki itu sudah tiba di parkiran mall. Ia mengulum senyum, merasa jika taktiknya untuk memeras Reiga dengan uang sejumlah 10 juta membuat laki-laki itu tak berani mengingkari janji. Padahal, jika seandainya terjadi sesuatu yang membuat mereka batal menonton, ia tetap tidak akan tega memalak uang.

“Fel, kamu sudah pesan tiket?”

Suara Reiga dari belakangnya membuat Felicia tersenyum. Ia memutar tubuh dan terbelalak saat menatap seorang wanita cantik di samping om-nya. Ia mengenali wanita itu sebagai Putri Jelita.

“Hai, Felicia. Kita bertemu lagi.” Putri Jelita menyapa ramah.

Meski kebingungan, tapi Felicia tetap tersenyum menyapa. “Halo, Kakak.”

“Kalian tunggu di sini, aku beli tiket.” Reiga melesat pergi ke arah loket untuk membeli tiket. Meninggalkan Felicia yang berdiri canggung di depan Putri Jelita.

“Kamu pasti bingung kenapa aku bisa ikut?” ucap Putri Jelita. “Aku tadi datang ke kafe, dan Reiga bilang ada janji sama kamu. Sekalian dia mengajakku. Kamu nggak keberatan,’kan?”

Felicia menggeleng cepat. “Nggak, kok. Aku nggak keberatan.”

Senyum manis tersungging di mulut Putri Jelita, dan menambah kecantikan wanita itu. Penampilannya yang anggun, dengan tubuh tinggi dan rammping, membuat para laki-laki yang melewatinya memandang tak berkedip. Felicia merasa minder seketika. Jika dibandingkan dengan dirinya yang kurus dengan tinggi tak hanya 155 sentimeter, bukanlah tandingan Putri Jelita.

“Sudah lama aku nggak nonton bareng Reiga. Di Singapura pun aku jarang nonton.” Putri Jelita berucap antusias. “untunglah, malam ini aku diajak. Ah, rasanya senang sekali.”

Felicia hanya tersenyum menanggapi perkataan Putri Jelita. Ia tak mengerti harus menjawab apa, waat wanita itu menceritakan sedikit masa lalu hubungannya dengan Reiga.

“Kami dulu lumayan sering menonton. Bisa dikatakan hampir tiap Minggu. Yang aku tahu, Reiga itu suka sekali film aksi.”

Cerita Putri Jelita terputus saat Reiga datang membawa tiket dan kantong berisi minuman serta pop corn.

“Kita masuk sekarang, film sebentar lagi dimulai.” Reiga menyerahkan tiket pada Felicia. “kamu jalan di depan.”

Felicia menerima tiket dan melangkah lebih dulu. Di belakangnyam, ucapan-ucapan antusias terdengar dari Putri Jelita yang ditimpali lirih oleh Reiga.

Pengaturan tempat duduk membuat Felicia kebingungan. Ia akhirnya memilih bagian dalam dengan Reiga berada di tengah antara dirinya dan Putri Jelita. Para penonton berdatangan saat Reiga membagi minuman bersoda dan pop corn.

“Rei, kamu ingat Wina? Dia menonton bulan lalu dan melahirkan di bioskop.” Putri Jelita membuka percakapan.

“Benarkah? Bisa begitu.”

“Hahaha. Cewek itu emang aneh.”

Selama menunggu film diputar, Felicia membisu dengan mulut sibuk mengunyah pop corn. Sementara di sampingnya, Reiga sibuk bicara dengan Putri Jelita. Mereka bercakap tentang seorang wanita bernama Wina, juga acara –acara yang dihadiri pada masa lalu. Felicia yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan, mengunyah jagungnya dengan pelan.

“Aduuuh.” Ia berteriak saat seorang pemuda melewatinya dan tanpa sengaja menginjak kakinya.

“Sorry-sorry, nggak sengaja.” Pemuda itu meminta maaf bertubi-tubi dan duduk di sampingnya. “Ada yang luka nggak?”

Dear OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang