Special Part

12.7K 1.8K 284
                                    

Sabtu malam, pengunjung kafe  berdatangan. Mereka sengaja datang untuk menyaksikan pertunjukan band Andre. Setelah manggung beberapa kali, Andre dan teman-temannya makin popular. Yuda setengah becanda mengatakan jika kepopuleran Andre mampu menggeser Reiga.

“Kalau begini terus, kita bisa kaya,” decak Yuda dengan kagum. Memandang pengunjung yang memenuhi kafenya. “Apalagi kalau ada Andre. Daaan, gimana caranya Andre tetap mau manggung di sini? Syaratnya harus ada Felicia.”

Reiga yang sedang meracik minuman, melirik ke arah sahabatnya. “Kenapa bawa-bawa Felicia?”

“Loh, emang lo nggak tahu? Andre demen sama Felicia. Semua teman band-nya tahu dan tuh anak juga ngejar kagak pakai main-main. Tuh, lihat! Dia bawa boneka buat Felicia!”

Yuda mengangguk ke arah Andre dan Felicia yang sedang mengobrol di sudut kafe. Reiga menatap keduanya dengan kening berkerut. Dari tempatnya berdiri, Felicia terlihat gembira, mendekap boneka warna merah muda. Keduanya bertukar tawa dan berdiri dekat satu sama lain.

“Nah, mereka datang. Gue mau godain, ah,” celetuk Yuda senang.

Felicia dan Andre datang beriringan menuju meja barista. Keduanya menghampiri Yuda dan Reiga dan duduk berdampingan di kursi tinggi.

“Om, kopi aku tadi mana?” tanya Felicia.

Reiga meriah kopi di meja belakangnya dan menyerahkannya pada Felicia.

“Kayaknya enak,” ucap Andre saat melihat Felicia minum es kopinya.

Felicia mengangguk bersemangat.“Ehm, Om Reiga memang paling jago ngraci kopi.”

“Eh, aku mau juga satu, Kak.” Kali ini Andre berucap pada Reiga.

“Biar Yuda yang bikin. Aku lagi sibuk.” Reiga menjawab tak peduli dengan pandangan menunduk ke arah gelas di bawahnya.

“Yoss, gue yang bikin. Buat cute couple macam kalian, sudah selayaknya dapat kopi special.” Yuda mengedipkan sebelah matanya ke arah Felicia.

“Dih, Om Yuda jangan gitu. Siapa juga yang couple. Andre yang naksir banyak tahu,” elak Felicia.

“Jodoh nggak akan ke mana.”

“Jangan gitu, Om. Nggak enak sama Andre. Kita teman kok, temaan.”

“Temen apa demeeen.”

“Jadi demen aku juga mau kok, Om. Eh, Kak,” celetuk Andre menengahi perdebatan Yuda dan Felicia.

“Kaan, gue bilang apaaa!” Yuda berteriak gembira. Saat itu juga ia meringis kesakitan tatkala merasakan kakinya diinjak Reiga.

“Sorry, nggak sengaja. Lo, sih, ngalingin jalan,” sahut Reiga sekenanya.

Menggerutu marah, Yuda melangkah terpincang-pincang ke arah kasir dan sibuk di sana.  Meninggalkan Reiga yang berkutat dengan pekerjaannya.

“Makasih bonekanya. Kok kamu tahu aku suka kucing?” ucap Felicia pada Andre. Menimang boneka di tangannya.

“Kamu pernah ngomong punya kucing. Lain kali kita bawa dia jalan-jalan, ya?”

“Kamu nggak alergi kucing?”

“Nggak, dong. Aku malah suka sama kucing.”

“Wah, kamu hebat,” puji Felicia kagum.

Reiga mengamati tanpa kata, percakapan dua anak muda di hadapannya. Dari mulai musik, boneka, hingga kucing. Entah kenapa, ia merasa sebal saat memandang mimik bahagia Felicia. Terlihat jelas, kalau gadis itu suka dipuji oleh Andre.

Dear OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang