Some people live for the fortune
Some people live just for the fame
Some people live for the power, yeah
Some people live just to play the game
Suara Felicia membahana di dalam kamar mandi berdinding putih. Ia tak peduli meski suaranya sumbang, karena menurut pendengarannya bahkan lebih merdu dari Alicia Keys, sang penyanyi asli. Ia mengguyur tubuh dan rambut dengan cairan pembersih beraroma musk. Menurutnya, aroma musk itu menyegarkan beda dengan wewangian lain. Bisa jadi karena ia tak terlalu suka aroma bunga seperti cewek kebanyakan.
Teman-teman ceweknya sering komplen pada kegemarannya yang mereka anggap maskulin. Dari mulai selera pakaian yang cenderung casual, maupun sikapnya yang cuek.
"Lo mah parah, tiap hari pakai kaos hitam, abu-abu, kayak nggak ada warna lain." Suatu hari Amber, sahabatnya mencoba menasehati. "gimana mau punya cowok?"
"Gue nggak masalah, asal ada Rio."
Saat itu, Felicia tidak terlalu memusingkan perkataan Amber, karena buktinya ia sekarang punya pacar. Namanya Rio, cowok tampan dari fakultas ekonomi yang lumayan terkenal. Saat ia jadian dengan Rio, seakan mematahkan stigma jika cowok cakep harus pacaran dengan cewek modis. Karena ia yang biasa saja justru mampu memikat hati cowok yang dianggap popular. Toh semenjak ada Rosemaya, ia mulai menyukai warna pink dan bajunya juga mulai bervariasi.
Banyak yang mencibir perihal hubungannya dengan Rio yang dianggap tak serasi, tapi ia tak peduli. Lebih penting untuknya menjalani hidup dengan bahagia, daripada memusingkan omongan orang lain.
Sebagai mahasiswa semester enam, dan aktif di beberapa kegiatan kampus membuat jadwal hariannya padat. Belum lagi kerja paruh waktu di toko tas milik sang mama. Meski ada hubungan keluarga, tetap saja ia meminta gaji saat harus membantu di toko. Setelah kuliah seharian, ia perlu membersihkan diri. Aktivitas di luar dan bau matahari adalah hal yang membuatnya risih.
Perutnya keroncongan selagi mandi, ia membayangkan makanan lezat yang dihidangkan sang mama untuknya. Ia sempat mencuri lihat sebelum mandi, sepertinya Rosemaya sedang membuat rendang. Felicia terus bersenandung, merasa bahagia karena sekarang ada orang yang memperhatikannya. Setelah sang papa menduda selama hampir sepuluh tahun, ia bahagia akhirnya papanya menambatkan hati pada wanita lain.
"Apa kamu keberatan kalau papa menikah lagi?" Setahun lalu, saat sang papa mencetuskan ide pernikahan, dirinya menerima tanpa syarat.
"Orangnya seperti apa, Pa? Apa dia cantik?" Itu hal pertama yang ia tanyakan pada sang papa. Karena ia yang sudah lama tak didampingi mama, mendambakan kasih sayang orang tua yang seutuhnya.
Emir menjawab pertanyaan anak gadisnya sambil tersenyum. "Dia wanita yang baik dan lembut, papa rasa akan cocok denganmu."
Dugaan sang papa tidak salah, karena pertemuan pertama dengan calon ibu tiri langsung ada kecocokan antara Felicia dan wanita itu. Mereka akrab satu sama lain, layaknya keluarga yang sudah lama tak bertemu.
Di usia yang menginjak 45 tahun, sang papa melabuhkan hati pada wanita berumur 35 tahun bernama Rosemaya. Wanita cantik, lembut, dan baik hati. Mengaku dulu pernah patah hati ditinggal mati sang tunangan yang membuatnya enggan jatuh cinta. Pada akhirnya, dia bertemu dengan papa Felicia dan perkenalan singkat membawa mereka dalam hubungan pernikahan.
Pernikahan dilakukan secara sederhana, hanya dihadiri keluarga dan kerabat. Felicia ingat, satu-satunya keluarga dekat dari Rosemaya adalah adik laki-lakinya yang berprofesi sebagai dosen. Ia sama-samar ingat tentang laki-laki tinggi, berambut gondrong, dan mengendarai motor. Penampilan laki-laki itu sungguh tak cocok dengan profesinya sebagai pengajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Om
RomantikFelicia 20 tahun, gadis ceria yang patah hati karena pacar yang mencampakkannya. Pernikahan papanya membawa jalan kedekatanya dengan Reiga Pratama, laki-laki tampan yang merupakan adik dari sang mama tiri. Hubungan aneh, lucu, menggemaskan dan terla...