“Lo kemarin ke mana?”
Pertanyaan Amber membuat Felicia mendongak. Ia melihat sahabatnya datang dengan setumpuk buku di lengan.
“Gile, banyak amat itu buku? Mau ngapaian lo?”
“Ye, ditanya malah tanya balik.” Amber meletakkan buku di atas meja dan mengenyakkan diri di samping Felicia. “Gue mau serius belajar Inggris. Biar nggak malu-maluin di kelas Pak Reiga.”
“Ckckck … niat sekali Anda, Nona,” decak Felicia bingung.
Amber tersenyum sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. “Tentu, baru kali ini gue naksir cowok. Jadi, harus PDKT baik-baik.”
Felicia melengos, ia menggumam dalam hati tentang tingkah Amber yang dia rasa sangat tak masuk akal. Baginya Reiga tak lebih dari om yang menyebalkan dan tukang perintah, terlepas dari fisiknya yang tampan.
“Eh, lo jangan sampai naksir dia, ya.” Amber berucap sambil mencolek lengan Felicia.
“Diih, ogah. Om sendiri lagian, masa naksir.” Felicia menjawab dengan suara rendah.
Amber mengernyit. “Apa? Lo ngomong Om siapa?”
“Nggak ada.” Felicia meringis. “udah sana belajar. Malah ngajak ngobrol.”
Amber bersedekap, melupakan bukunya dan menatap wajah sahabatnya dalam-dalam. “Lo udah dihubungi Rio?”
Felicia menggeleng lemah. “Belum, padahal gue sengaja banget nggak kirim pesan ke dia. Tapi, dia cuek aja.”
“Napa, sih, nggak putus aja? Gue lihat dia itu sama teman-temannya sama, menyebalkan.”
“Mau gimana, gue sayang.”
“Trus, lo mau dicuekin sampai kapan?”
“Entahlah, gue cuma ngrasa kita berdua lagi berusaha menjauh biar makin sayang.”
“Heleh, perasaan dari dulu juga udah jauh.” Amber meraih satu buku dan membuka halaman pertama.
Felicia mencolek lengan sahabatnya. “Lo tahu apa? Pacaran aja belum pernah.”
“Ini gue lagi usaha sama Pak Reiga. Dia jauh lebih berkelas dari seluruh cowok di kampus ini.” Amber lagi-lagi berucap dengan wajah menyiratkan rasa bahagia.
Apa yang dirasakan sahabatnya membuat Felicia tak dapat berkata-kata. Dan, bukan hanya Amber yang begitu. Ia tahu jika banyak cewek di kampus ini yang suka dengan Reiga. Membuatnya menduga-duga, apa kalau mereka bukan keluarga dia akan naksir laki-laki itu juga? Felicia tidak ada bayangan ke sana. Apalagi mengingat tentang sikap si om yang menurutnya selalu membuat kesal.
“Gue ada dengar selentingan, tapi nggak tahu benar apa nggak.” Amber berucap pelan.
“Apa?”
“Tentang Rio, tapi lo harus tenang dulu.”
Felicia menegakan tubuh. “Kenapa? Lo denger apaan?”
Amber menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Lalu, menatap lurus-lurus ke arah sahabatnya yang sekarang duduk tegak dengan rasa tak sabar.
“Dia lagi PDKT sama Miranda.”
“Hah, si dada palsu?” Ingatan Felicia tertuju pada anak fakultas teknik sipil yang terkenal cantik menawan dengan buah dada yang besar. Kasak-kusuk yang beredar, Miranda menggunakan silicon untuk memperbesar buah dadanya. Namun, tidak ada yang dapat membuktikan kebenaran itu.
“Palsu atau nggak, Miranda itu bidadari bagi semua cowok di sini. Dia bohay dan popular.”
“Lo juga--,” sahut Felicia tak mau kalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Om
DragosteFelicia 20 tahun, gadis ceria yang patah hati karena pacar yang mencampakkannya. Pernikahan papanya membawa jalan kedekatanya dengan Reiga Pratama, laki-laki tampan yang merupakan adik dari sang mama tiri. Hubungan aneh, lucu, menggemaskan dan terla...