٣٤ (Memilukan)

408 32 2
                                    

Mama Dian:

(mengirim lokasi)

Itu alamat apartemen Kania,
Cepetan ke sini!
















Yudha dan Zahra dengan gerakannya yang cepat turun dari mobil setelah sampai di parkiran sebuah gedung apartemen. Tujuan awal mereka adalah mobil keluarga Yudha yang juga terparkir di sana.

Di dalam sana sudah ada mama Dian dan juga pak Ilham yang duduk bersandar terkulai lemas dengan beberapa luka lebam di tubuhnya.

"astagfirullah, ma pak Ilham kenapa?!"

Tanya Zahra panik setelah melihat kondisi pak Ilham yang cukup mengenaskan.

"kayaknya diserang, Ra" jawab mama Dian tidak kalah paniknya sambil mengobati beberapa luka di bagian wajah pak Ilham yang sudah cukup tua.

Mendengar jawaban dari Ibunya, emosi Yudha rasanya semakin memuncak.

"Pak Ilham dibawa ke Rumah sakit aja, ma"

"tunggu papa balik dulu"

"Papa ke mana ma?" kali ini Yudha yang bertanya

"Papa lagi cari orang yang bisa buka kamar apartemennya Kania. Cepetan kamu susul, Yud. Mama khawatir Kania kenapa-napa di dalam"

"maksud mama?"

"Tadi pak Ilham sempat bicara beberapa kata, katanya sebelum dia diserang, dia liat Kania di ikutin seseorang sampai ke dalam. Dan pas pak Ilham mau kejar, dia udah dihadang beberapa orang dan dihajar di dalam mobil. Bahkan tadi mama terima telfonnya pun suara pak Ilham hampir gak kedengaran. Papa langsung punya firasat buruk dan kita langsung susul ke sini"

Tanpa basa basi lagi, Yudha tidak membalas ucapan sang Ibu dan langsung pergi dari sana, berniat ingin mencari ayahnya dan sesegera mungkin menyelamatkan Kania.

"mas tunggu aku!" teriak Zahra saat Yudha dengan tergesa-gesa beranjak dari sana.

"ma, mama tunggu di sini, kunci pintu, jangan lupa telfon ambulans sama polisi, Rara harus ikut ke dalam"
Lanjut Zahra sebelum ikut menyusul Yudha.

Mama Dian mengangguk mengiyakan ucapan Zahra.
"kamu hati-hati, Ra"

Zahra juga membalas dengan anggukan dan keluar dari mobil lalu berlari menyusul Yudha.

Tidak bisa dibohongi bahwa detakan jantungnya kini sudah berpacu berkali-kali lipat. Tidak siap rasanya menghadapi kondisi ini. Melihat pak Ilham saja rasanya dia sudah ingin menangis.

Bagaimana dengan Kania?

***

"Pa, papa di mana?"

"..."

"Yudha ke sana"

Panggilan dia matikan dan dengan gerakan cepat dia berlari menuju tempat yang ayahnya sebutkan tadi. Dia berlari tanpa menghiraukan Zahra yang kelelahan mengimbangi langkahnya.

Sampai di sana, tepatnya di depan sebuah kamar di lantai lima, sudah ada papa Ifan, satpam, dan seorang yang berpakaian jas rapih yang dia yakini adalah orang yang bekerja di sini.

Yudha datang di waktu yang tepat. Karna sampainya di sana, bertepatan dengan pintu kamar yang sudah terbuka dengan sebuah kartu yang dipegang oleh orang berjas tersebut.

Tanpa membuang waktu, Yudha menerobos masuk, tidak menghiraukan orang-orang yang ada di sana, bahkan bapak yang baru saja ingin mendorong pintunya agar terbuka lebih lebar.

Hikaya AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang