٢٤ (Selalu Ada)

498 33 1
                                    

Zahra POV

03:30

Aku bangun lebih dulu dari mas Yudha, alhasil sekarang aku lagi pandangi wajah dia yang masih tertidur. Wajah yang setiap hari selalu aku doakan

Aku selalu berdoa untuk dia, semoga dia selalu dilindungi Allah, diberkahi dalam mencari nafkah, dimudahkan dalam segala urusan dia, menjadi Imam yang baik untuk keluarga kecil kita, dan masih banyak lagi.

Aku tau, umur kita gak terlalu beda jauh, tapi dia selalu dewasa dalam segala hal. Semenjak menikah, dia selalu bisa tenangin aku dalam kondisi apapun, sekalipun itu cuma soal lupa matiin kompor pas lagi masak air.

Alhamdulillah

"udah?"

"eh?!"

Aku kaget dengar suara mas Yudha yang tiba-tiba, berarti dia udah bangun dari tadi?.

Mas Yudha buka matanya perlahan terus natap aku yang masih dalam posisi yang sama.

"Mas kapan bangunnya?"

"dari tadi"

"terus kenapa pura-pura tidur?"

"mas kan suami yang baik, mempersilahkan istrinya untuk menikmati wajah suaminya terlebih dahulu"

Dia ketawa setelah ucapannya itu. Aku cuma mencibir karna nada bicara mas Yudha yang kelewat pede. Walaupun apa yang dia bilang emang bener sih, hehehe.

Mas Yudha mendekat lalu mencium kening aku.

"Tahajjud yuk"

Aku tersenyum lalu mengangguk.

***

Selesai Tahajjud kami biasanya sekalian tunggu waktu sholat subuh. Takut kalau tidur lagi malah kebablasan sampe pagi hehehe.

"sayang?"

"iya?"

Jawabku yang masih sibuk lipatin mukena sama sejadah.

"Sini deh, ada yang mau mas omongin"

"Kenapa?"
Aku mendekat dan duduk di dekat mas Yudha.

Kenapa ya? Raut muka dia serius banget, mau ke Jepang lagi?.

Dia raih tangan aku lalu dia taru di pangkuan dia dengan keduatangan.

"Kenapa mas?"

"kamu gak ada yang mau diceritain sesuatu ke mas?"

"loh, kan tadi mas yang bilang mau omongin sesuatu"

"iya, tapi ini tentang kamu"

"emang aku kenapa?"

Mas Yudha menghela nafas sebentar, habis itu dia tatap aku lagi.

"Mas tau, kamu lagi kepikiran soal hamil kan?"

Deg

"mas..."

"iya kan?"

Aku cuma diam dan gak berani tatap dia lagi. Akhirnya kita akan bahas tentang ini.

"Sayang, mas paham perasaan kamu. Tapi mas harap jangan kamu jadiin beban pikiran ya? Kita harus tetap berprasangka baik sama Allah"

"lagi pula ini kan baru dua bulan kita menikah, mas rasa masih terlalu dini kalau kita khawatir masalah anak. Yang penting kita selalu bertawakkal kepada Allah, kita percaya kalau Allah Sebaik-baik penentu jalan untuk hamba-hambaNya. Seperti Sebaik-baik rencana Allah mempersatukan mas sama kamu"

Hikaya AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang