٢٩ (Cinta Karna Allah)

483 35 6
                                    

tandai bila ada typo dll yaa~

Selamat membacaaaaa
.
.
.
.

"Terimakasih, dok"

Yudha berdiri sambil menyalami dokter tersebut yang sedang berhadapan dengannya.

"sama-sama Pak Yudha, bu Zahra dijaga kesehatannya yaa , rajin minum obat"
Jawab dokter tersebut setelah menerima uluran tanya dari Yudha dan beralih pada Zahra untuk memberikan nasihatnya tadi.

"iya dok, kami permisi"

Mereka berdua pun keluar dari ruangan itu dan meneruskan langkah menuju parkiran di mana mobil mereka berada.

Selama di perjalanan, belum ada di antara mereka yang membuka suara. Hanya ada Yudha yang sesekali menatap ke arah istrinya yang menatap sendu keluar jendela mobil. Dia paham perasaannya saat ini.

Kenapa?

Sepertinya, harapan untuk Zahra segera hamil anak mereka masih harus ditahan lagi. Allah masih belum memberikan rezeki yang satu itu pada mereka.

Nyatanya, Zahra hanya sakit biasa, mual dan pusing yang dia rasakan hanya karna faktor kelelahan dan butuh istirahat yang cukup.

Setelah melihat hasil tespek tadi, tandanya negatif. Zahra tentu saja tidak dapat menahan air matanya, dan tidak siap melihat wajah suaminya yang mungkin kecewa karna hasil dari tespek itu.

Namun karna Yudha yang paham arti tangisan itu, akan sangat jahat apa bila dia lebih menambah kesedihan yang Zahra rasakan. Dengan pelan, dan keteguhan hati yang mantap, dia buka pintu kamar mandi itu dan membawa Zahra pada pelukannya, yang dia harap bisa membantu untuk menenangkan dia.

Setelah mengambil waktu cukup panjang, Yudha membawa Zahra ke rumah sakit untuk berobat.

Dan di sinilah mereka, di jalan pulang menuju rumah. Rasanya ada yang kurang dalam perjalanan yang Zahra rasakan. Tentu saja dia ingin pulang membawa kabar gembira.

***

Saat mereka sudah tiba, Yudha pun membantu Zahra untuk turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Dapat mereka lihat Kania yang berdiri di sana menunggu kedatangan mereka. Sejenak mereka berhenti di hadapan Kania.

Kania menatap Yudha meminta penjelasan dengan isyarat matanya. Namun Yudha hanya menoleh pelan ke arah Zahra yang masih tertunduk dalam.

Kania pun mengerti, dia raih pundah Zahra dengan kedua tangannya. Hal itu membuat Zahra mendongak dan menatap Kania dengan tatapannya yang sulit diartikan.

Kania memeluk Zahra erat, mencoba menyalurkan sedikit kekuatan pada wanita yang sudah menyelamatkannya itu.

"Sabar ya Ra, dan-"

"-cepat sembuh"

Zahra tidak membalas pelukan Kania, bukan karna tidak mau, tangannya begitu lemas untuk terangkat. Akhirnya dia hanya menyenderkan kepalanya pada bahu Kania.

"Udah ya, pelukannya disambung nanti, kayak gak serumah aja"

Kini Yudha yang membuka suara, mencoba mencairkan suasana. Takut-takut istrinya akan menangis lagi.

Kania terkekeh sejenak karna lawakan Yudha sambil melepaskan pelukannya pada Zahra.

"iya, bawa Rara istirahat aja Yud"

Yudha mengangguk. Lalu kembali merangkul bahu Zahra untuk membantunya berjalan.

"ayo, yang"

***

Hikaya AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang