Maafin klw ada typo2 yaa
Selamat membacaaaa~Author POV
Zahra baru saja selesai melaksanakan Sholat Subuhnya saat Yudha masuk ke dalam kamar. Seperti biasa, dia baru saja pulang dari sholat berjamaah di Mesjid yang ada di kompleks rumahnya.
Yudha berdiri di sana, memperhatikan Zahra yang masih sibuk melipat mukena dan sejadah yang barusan dia gunakan. Subuhnya beberapa hari ini dengan Zahra sangat dingin, tidak ada pembicaraan yang berarti jika keduanya sudah sama-sama selesai melaksanakan Sholat. Yudha akan langsung melakukan pekerjaan yang lain, dan Zahra yang langsung berkutat dengan buku Dzikr pagi miliknya. Lalu keduanya kembali bertemu di meja makan, dan begitu seterusnya.
Namun, untungnya, masalah ini telah berakhir, mereka sama-sama mengakhirinya semalam, masing-masing mengaku kalah karna rindu yang sudah teramat sangat.
"Mas?"
"iya?"
"Ngelamun?"
Yudha tidak merespon karena sudah jelas dia ketahuan. Dia memilih mendekat kepada Zahra yang masih berdiri di samping tempat tidur setelah meletakkan lipatan mukena dan sejadah di sana.
Perlahan mengambil posisi di belakangnya dan merapatkan tubuh dengan memeluk Zahra dari belakang. Kebiasaan yang sangat dia sukai. Dan tentu saja Zahra tidak menolaknya.
"Dzikir bareng yuk?" Ajak Zahra sambil menolehkan kepalanya sedikit ke arah kanan karna Yudha yang menyenderkan dagunya di sana.
"Aku udah"
"Kapan?"
"Di jalan pulang tadi"
"Hmm, enak ya yang hafal"
Mendengar itu Yudha semakin mengeratkan pelukannya.
"Gak spesial banget kok, cuma kebiasaan aja karna sering masih di perjalanan kalau pas mau Dzikr pagi petangnya"
Zahra hanya mengangguk paham, mungkin dia juga harus membiasakan diri menghafalnya agar tidak bergantung lagi pada buku.
"Sayang"
Seperti tersengat, Zahra bergidik karna panggilan Yudha barusan kepadanya. Terakhir dia mendengar panggilan itu beberapa hari yang lalu saat Yudha mengetahui bahwa dia baru saja menangis. Setelah itu, dia tidak pernah mendengarnya lagi.
Mungkin berlebihan memang, tapi begitulah Zahra, padahal suaminya sendiri.
"Sayang?"
"I-iya?"
"Kamu bener-bener udah maafin aku kan?"
"Ha? Kok nanya gitu?"
"Pengen tau aja"
"Beneran mas, lagian aku kan udah bilang, aku yang salah"
"Mas juga salah"
"..."
"Jadi beneran udah maafin mas kan?"
"Iyaaa, kenapa sih? Kan udah ngomongin ini semalem"
"Gapapa"
Yudha hanya menjawab itu dan kembali menyenderkan kepalanya di bahu milik Zahra.
"Habis Dzikr mas tunggu di bawah ya? Kangen kopi susu buatan kamu"
Yudha melepaskan pelukannya dari Zahra namun tangannya tidak lupa mengelus puncak kepala istrinya itu dengan lembut dan mencium keningnya.
"Iya, aku juga punya sesuatu buat mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
EspiritualDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...