Satu bulan kemudian...
.
.
.Zahra POV
Alhamdulillah
Kata yang gak henti-hentinya aku ucapkan. Karena aku seneng banget, besok aku akan lihat bang Alif mengucapkan akad di hadapan banyak orang, khususnya di hadapan ayahnya kak Haura.
Alhamdulillah, bulan lalu acara Khitbahnya berjalan lancar, dan langsung diputuskan pernikahannya satu bulan lagi, dan akhirnya besok hari yang dinanti tiba.
Waktu itu setelah bang Alif bilang mau menikahi kak Haura, besoknya Allah betul-betul mempertemukan aku dengan kak Haura di Mesjid Kampus. Saat itu juga aku sampaikan niat baik bang Alif ke kak Haura. Dan tanpa diduga kak Haura menyetujui dan bilang mau tanya orangtuanya dulu. Terus besoknya, kak Haura kasi kabar kalau orangtuanya setuju.
Habis itu aku kasi tau bang Alif soal kabar itu, dan bang Alif tanpa tunggu waktu lama langsung bilang ke Abi sama Umi. Dan betapa senangnya mereka sampai bikin aku nangis.
Akhirnya, cuma butuh waktu 2 hari untuk mempersiapkan acara Khitbah. Dan Selama itu juga aku dan Abi yang bertugas menjadi perantara. Aku selalu komunikasi dengan kak Haura, sedangkan Abi dengan Ayahnya kak Haura.
Dan diputuskanlah tanggal pernikahannya.
Maa Syaa Allah, rasanya tuh udah kayak aku yang mau nikah hahaha. Degdegannya parahhh.
Karena acara pernikahannya besok, malam ini rumah rame banget, selain karena persiapannya, rame karena keluarga pada ngumpul semua. Sana sini teriakan anak kecil, dan udah pasti yang muda-muda di sini dan belum nikah yang bertugas jagain mereka, mana mereka banyak lagi, bukan cuma satu atau dua anak kecil.
"Revaaaa jangan main deket situ nanti pot bunganya jatuh loh"
"Alia, rambutnya kakak Teo jangan ditarik yaaa, kan kasian"
"Teo pindah ke kamar aja yuk main gamenya?"
"Khanza! ayoo sini habisin dulu nasinya, jangan lari-lari nanti jatuh"
"Khenzo jagain dong adeknya jangan diajak lari-lari, nanti ketabrak orang"
"Cup cup cup, Dedek Aisya kenapa nangis? Jangan nangis yaa sayang. Bundanya lagi masak di belakang"
Gimana? Udah kayak babysiter belum? _-
Hmm agak kesel juga sih, tapi mau bagaimana lagi. Lagi pula gapapalah, kapan lagi bisa ngumpul kayak begini sama mereka. Walaupun riwehnya kebangetan.
"Zahra telaten juga ya ngurus anak-anak, udah cocok tuh Na kalau jadi Ibu"
Celetuk tante Ambar tiba-tiba sambil colek lengan Umi, kakaknya Umi.Aku yang lagi fokus gendongin baby Aisyah auto syok dong.
"Iya kak, ini kalau habis Abangnya nikah terus ada yang datang lamar juga gapapa"
Balas Umi.Ya Allah enteng banget ya ngomongnya dua Ibu-Ibu ini T.T
"Kok cuma Rara, tuh ada Kiki sama Lufi juga yang jagain anak-anak"
Ucapku sambil liat ke arah sepupuku yang memang dari tadi bantuin jagain para bocah-bocah ini."Lohh Kiki sama Lufi kan masih terlalu muda buat nikah, mereka masih awal kuliah, kamu kan bentar lagi lulus nih. Udah bisa tuh buat mikirin soal nikah"
Tambah Tante Risa, Mamanya Kiki."Iya kan tapi Rara mau cari kerja dulu"
"emang siapa yang izinin kamu kerja?"
Abi tiba-tiba datang entah dari mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
EspiritualDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...