Zahra POV
Aku tatap pantulan diri aku di cermin, hari ini aku lupa udah hari keberapa semenjak waktu itu berpisah sama Yudha di pantai.
Waktu itu dalam diri kita masing-masing memutuskan untuk saling mengikhlaskan dan bertekad menjadi lebih baik. Entahlah, rencana Allah memang gak ada yang bisa menebak, dan aku harap semoga Allah selalu mudahkan segalanya.
Sekarang, aku udah siap dengan pakaianku yang mungkin agak berbeda dari hari sebelumnya. Hilangin pikiran tentang nanti menunggu baik baru menutup aurat juga dengan baik, gak ada lagi tentang pantas dan tidak pantas. Aku rasa aku pantas memakai ini, bagaimanapun akhlakku sekarang, aku akan belajar karna aku seorang muslimah, aku wajib memakainya.
Bismillah
Aku udah buat janji sama kak Haura hari ini, kemarin dia ajakin aku ikut kajian. Aku dan kak Haura sepakat ketemuan di mesjid kampus dulu, baru berangkat sama-sama ke tempat kajiannya.
Aku dianterin sama bang Alif yang sekalian mau berangkat kerja. Waktu di rumah tadi, pada kaget liat penampilan aku yang berbeda, Umi bahkan nangis pas peluk aku, tapi yang bikin nangis lagi waktu Abi bilang.
"Allah Maha Baik, Dia kabulin Doa Abi sama Umi untuk Rara. Semoga Rara selalu dalam lindungan Allah yaa dan Istiqamah menjadi anak yang Sholehah biar bisa bawa Abi dan Umi ke surga"
Saat itu mau nangis kejer aja rasanya, aku bahagia. Saat itu juga aku baru sadar, semua nasihat mereka kadang aku cuma anggap angin lalu, gak aku simpan di kepala ataupun mau aku lakuin. Padahal itu demi kebaikan aku juga, biar Allah tambah sayang.
Aku sadar, aku gak bisa kasih apa-apa buat Abi sama Umi atas semua jasa-jasa mereka buat aku selama ini, yang aku bisa cuma berusaha jadi anak yang Sholehah untuk mereka.
Kemana aja kamu selama ini Ra?!!
Iya, itu yang ada dalam pikiran aku tadi waktu liat Abi sama Umi nangis. Ternyata ada yang bikin mereka lebih bahagia selain anaknya jadi juara kelas.
Hari ini aku pakai gamis warna coklat dan hijab warna hitam, belum sepanjang yang kayak kak Haura tapi setidaknya menutupi dada dan longgar. Seperti yang aku pernah bilang, kalau selama ini aku emang udah pake jilbab tapi ya kalian taulah jilbab yang kayak gimana, jilbab yang masih modis dan belum menutup aurat secara baik. Gamis yang aku pakai sekarangpun itu udah koleksi lama, numpuk di lemari yang jarang aku pakai, pakai cuma di acara-acara tertentu doang itupun harus dipaksa sama Umi.
Sekarang aku udah di dalam mobil sama bang Alif, bang Alif keliatan seneng banget liat perubahan aku hari ini, apa lagi pas tau ternyata aku mau pergi kajian.
"Aduuhhh udah deh bang liatin Rara kayak gitu, kita kapan berangkatnya coba kalau bang Alif cuma liatin Rara terus"
Ucapku kesal.Bang Alif ketawa pelan sebelum balas ocehan aku.
"habisnya abang seneng liat kamu, rasanya tuh hati abang hangaaaaat banget"
Jawab bang Alif sambil peluk dada dia sendiri supaya menunjukkan kalau dia beneran sama kalimatnya tadi.
"apasih bang lebay dehh, Rara kan juga udah sering kali pakai ginian"
"tapi kan itu beda, itu dipaksa sama Umi terus kamu pakainya cuma di acara tertentu doang. Sekarang kan bukan, yang ini udah jadi pilihan kamu dari hati, terus gak dipaksa sama siapapun. Iyakan?"
"iya sih"
"terus mau berangkat kajian lagi, gimana abang gak seneng coba?"
Aku senyum lebar liat reaksi bang Alif, syukurlah kalau dia suka.
"iyaiya Alhamdulillah, semua juga gak lepas dari usaha bang Alif yang selalu nasehatin Rara"
Ucapku sambil pegang tangan bang Alif sebelah kiri, terus dibalas senyum lagi dari bang Alif sambil dia usap kepala aku.
"Alhamdulillah"
.....
Kita udah sampai di depan mesjidnya.
"bang Alif buru-buru gak?"
Tanyaku sebelum turun dari mobil."gak kok, emang kenapa?"
"turun dulu yuk, aku mau kenalin sama kak Haura"
"hah? Buat apa?"
Kening aku langsung mengkerut bingung.
"loh kok buat apa? Ya kenalan gitu, kan kak Haura juga yang bantuin Rara bisa berubah kayak gini""udah deh Raaa, gak usah. Abang langsung pergi aja yaa"
"iih abang kok gitu sihh, kan cuma kenalan doang. Jangan kayak fobia gitu deh sama perempuan"
"dihh siapa juga yang fobia, ada-ada aja"
Sangkalnya jutek."makanya ayo, cuma kenalan doang kok"
Bang Alif keliatan berfikir sebentar, kenapa sih?
"ck iya iya"
Akupun tersenyum bahagia, terus nyusul bang Alif turun dari mobil.
Kita jalan berdua masuk ke pekarangan Mesjid. Ternyata kak Haura udah ada di teras tungguin aku. Aku menoleh ke sebelah lihat bang Alif yang lagi nunduk sambil jalan.
Akupun bisik-bisik ke bang Alif.
"kenapa sih bang?"
"malu tau, liat tuh mahasiswa-mahasiswa pada liatin abang"
"ya lagian jasnya dilepas dulu kek"
Aku tertawa geli liat expresi bang Alif yang malu-malu karna diliatin. Emang bener sih, bang Alif tuh kalau udah pakai jas dokternya tuh wibawa sama ketampanannya itu langsung maksimal, gak heran sih kalau banyak yang liatin dia. Hehehe
Aku lambaiin tangan pas liat kak Haura di teras.
"Assalamualaikum kak"
"waalaikumussalam"
Jawabnya sambil liat aku, habis itu liat ke arah bang Alif yang tepat di samping aku masih tunduk.Aku liat raut wajah kak Haura mendadak panik gitu habis liat bang Alif.
"kenapa kak?""ha? um enggak, mau berangkat sekarang?"
"eh bentar dulu kak, aku mau kenalin sama kakak aku nih, namanya Alif, Rara biasa panggilnya bang Alif"
Habis itu aku menoleh ke bang Alif.
"bang, kenalin ini kak Haura. Yang Rara sering ceritain itu"
Bang Alif masih aja nunduk, raut mukanya juga gak kalah panik.
Pada kenapa sih?
Bang Alif langsung menempelkan kedua telapak tangannya satu sama lain di depan dada.
"Alif"
Aku senyum terus menoleh lagi kek kak Haura. Kak Haura juga melakukan hal yang sama.
"Haura"
Semuanya jadi diam lagi, tiba-tiba canggung.
....
To be continued 💛
Dikit dulu yaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
SpiritualDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...