٣٩ (Dua Maaf)

558 34 0
                                    

2 hari setelahnya.

Whatsapp

Zahra:
Mas

Pulang kerja aku izin main ke rumah bang Alif ya?

Kalau mas gak bisa jemput, nanti aku minta tolong bang Alif aja yg anter

✔️✔️

Itu chat aku tadi siang waktu izin ke sini, ke rumah bang Alif sama kak Haura. Waktu mas Yudha read, aku kira dia bakal balas, seenggaknya bilang iya, tapi ternyata enggak. Dan khusus yang kalimat terakhir, itu cuma kode aja, berharap mas Yudha peka kalau aku minta jemput, hm.

Kalau mau dibilang, 2 hari ini memang baik-baik aja, walaupun masih belum kayak dulu. Kita masih sering diem-dieman.

Bahkan soal kehamilan aku, rasanya belum siap aja cerita, aku takut di saat kayak gini, mas Yudha malah biasa aja nanti.

Aku taru lagi hp di atas meja. Gak lama kak Haura dateng dan susul aku duduk di sofa ruang keluarga. Dia baru aja antar Aira ke kamar buat tidur siang.

"udah?" tanya kak Haura pas duduk di samping aku.

Aku ngangguk lemas.

"tapi cuma dibaca"

"hmm, gak peka banget sih Yudha"

Kak Haura yang kasih saran tadi buat kirim pesan terakhir itu ke mas Yudha, katanya kalau mas Yudha peka, pasti dia bersedia jemput aku.

"Ya udah sih kak, aku bisa pulang sendiri kok, biasanya juga dulu gitu"

"iya tapi kan beda, sekarang kamu kan udah punya suami"

Aku cuma bisa tunjukin tampang pasrah aku di depan kak Haura.

"dibanding kesel yaa, kakak sama abang kamu tuh gemes banget tau sama kalian berdua. Hobby banget marahan"

"emang kak Haura sama bang Alif gak pernah marahan?"

"ya pernah, tapi gak sampai gini juga"

"Hmm, mas Yudha selalu bilang sih, dia gak tahan marahan lama-lama sama aku. Tapi gak tau itu berlaku buat sekarang atau enggak"

"buktinya tanya aku pulang kapan aja enggak" lanjutku.

Beberapa detik kemudian aku malah denger kak Haura ketawa.

"kok ketawa sih kak? Adeknya lagi sedih" protesku, gak bersahabat banget nih kak Haura.

"Uluh-uluh bumilku lagi ngomel..." ejek kak Haura sambil elus-elus perut aku yang masih lumayan rata.

Iya sih, mungkin karna faktor kehamilan, aku jadi gampang banget baper, jadi lebih sensitif sama hal-hal kecil.

Bahkan aku sempat mikir, apa jangan-jangan waktu malam itu aku minta mas Yudha nikah lagi, sampai nangis-nangis itu karna hormon kehamilan aku?.

Ditambah karna ada kejadian waktu itu, akhirnya makin menjadi-jadi. Dan setelah tanya beberapa orang, mereka pun juga setuju.

Aku ceroboh banget T.T

Hikaya AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang