Author POV
Sebenarnya ini bukan kali pertama Zahra mempertanyakan hubungan antara Yudha dan Tasya, untuk kesekian kalinya Zahra dibuat pusing dengan perasaannya sendiri. Di sisi lain, banyak hal dari Yudha yang membuat dia yakin kalau dia sudah tidak ada lagi hubungan dengan Tasya, tapi di sisi lain tetap ada yang membuat Zahra curiga dengan mereka berdua.
Kenapa Cinta serumit itu?
Pikir Zahra berulang kaliKemarin setelah Zahra pulang lebih dulu meninggalkan Yudha dan Tasya di tempat makan hanya berdua, ada rasa tidak tenang dan khawatir, khawatir Yudha kembali melihat Tasya.
Sampai hari ini pun Zahra belum mengabari Yudha, walaupun Yudha berusaha untuk menghubunginya. Entahlah, padahal dia sudah cukup tenang dengan ucapan pak Supir Taxi kemarin.
"Jangan diperpanjang apa lagi dibikin ribet, hubungan itu emang gak ada yang lancar-lancar aja,Mba"
Zahra sedikit kecewa denga sikap Yudha kemarin, padahal Zahra sudah menunjukkan kalau dia tidak nyaman dengan keberadaan Tasya, tapi Yudha malah berbeda.
"Ra?"
"Raa?"
"Zahra?!"
"eh..iya? Kenapa,Rul?"
Nurul menyadarkan Zahra dari lamunannya yang sudah dari tadi, membuat Nurul kesal padahal Zahra sendiri yang mengajaknya bertemu di kantin kampus.
"lu kenapa sih? Dari tadi melamun aja, sampai-sampai gue dianggurin"
Ucap Nurul dengan nada kesal.Zahra hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung dengan dirinya sendiri.
"eenggak, Rul. Gue gapapa"
Nurul memutar matanya malas, padahal dia sudah hafal gerak-gerik sahabatnya ini, sudah jelas dia ada masalah.
"Yudha?"
Nurul menebakZahra hanya menatap sahabatnya itu, dia sudah jelas tidak bisa berbohong dari Nurul.
"kalian kenapa lagi sih? Marahan mulu perasaan"
"gak marahan kok"
"terus?"
Zahra hanya diam. Melihat itu Nurul memegang bahu Zahra.
"Ra, jangan mempersiapkan hati kalau cuma buat disakiti"
Zahra mendongak menatap Nurul.
Kalimat seperti itu lagi -batin Zahra
Baru saja Zahra ingin menanggapi ucapan Nurul, tiba-tiba Yudha datang menghampiri mereka berdua.
"Zahra"
Zahra dan Nurul langsung saling memandang melihat kedatangan Yudha.
"Ra, gue duluan ya. Masih ada kelas"
Nurul langsung pamit pergi dari sana.Zahra hanya mengangguk lalu menatap Yudha yang masih berdiri dihadapannya.
"kenapa?"
Tanya ZahraTatapan Yudha begitu intens ke arah Zahra, dia langsung menarik Zahra pergi dari sana
"ikut aku"
Zahra hanya pasrah. Mungkin Yuhda sudah sadar dengan perubahan sikapnya.
Zahra POV
Yudha narik aku ke parkiran dan masuk ke dalam mobil dia, sampai di dalem kita cuma diem-dieman beberapa menit sampai dia yang ngomong duluan.
"kamu kenapa?"
Yudha ngomong sambil menghadap ke arah aku, sedangkan aku gak liat dia sama skali, bukannya gak mau."gapapa"
Jawan aku pelan, gak tau kenapa tiba-tiba gak mood mau ngobrol sama Yudha, apa karna aku udah tau ya dia mau bahas apa?"Ra.. "
Dia manggil sambil pegang tangan aku, tapi aku tetep gak noleh."kamu gak mungkin gapapa kalau dari kemarin gak mau ngasih kabar ke aku, aku telfon kamu gak angkat, aku chat juga kamu gak bales"
Aku tetep diem, nanti dia juga tau kenapa.
"karna Tasya?"
Nahkan? baru diomongin. Kenapa pake nanya coba kalau udah tau, hmm.
"lagi gak mood mau bahas dia"
"tuhkan karna Tasya..."
Dia diem sejenak, emang bener karna Tasya? Siapa lagi."Ra aku-..."
"kalau kamu masih sayang sama Tasya, aku gapapa"
Ucapku motong omongan dia, pokoknya aku mau ngeluarin semua biar dia tau kalau gak enak diginiin."maksud kamu?"
"kamu masih sayang kan sama Tasya?"
Akhirnya aku berani natap dia."skarang aku sayang cuma sebatas temen, udah gak lebih"
"tapi sikap kamu kemarin itu bukan sayang sebatas temen"
"sikap yang mana sih? Emang apa salahnya kalau dia mau gabung makan siang bareng? Yang salah itu kalau aku cuma makan berdua sama dia dan gak bilang sama kamu, tapi kemarin kan kamu ada di sana"
"kamu bilang apa salahnya? Jadi kamu anggap kemarin itu bukan masalah?"
Udah gak ngerti lagi jalan pikiran Yudha gimana, suasana di dalem mobil jadi emosional.
"emang apa yang harus dipermasalahin sih, Yang? Coba jelasin sama aku, biar aku gak nebak-nebak kayak gini sebenarnya kamu kenapa?"
"Kamu gak liat dia kemarin terus aja ngedeketin kamu, sedangkan aku dia cuekin? Dan malah aku yakin dia pasti seneng pas aku pamit pulang lebih dulu"
Aku mengalihkan pandangan lagi dari Yudha, dia masih pegang tangan aku dan natap aku. Aku dengar dia hela nafas kasar.
"Bukannya aku gak enak sama Tasya, tapi apa aku harus mengumbar kemesraan di depan orang lain? Walaupun Tasya mantan aku, tapi apa aku harus bersikap buruk kalau ketemu sama dia? Dan satu lagi, waktu kamu pulang pun kita cuma ngobrol biasa kok, habis makan dia langsung ke kantornya dan aku langsung pulang"
"terus kalau aku mau ketemu sama Iki kenapa kamu larang? Kalau aku harus percaya kamu gak akan ngapa-ngapain kalau ketemu sama Tasya, kenapa kamu gak bisa kayak gitu sama aku kalau aku mau ketemu sama Iki? Padahal kamu tau Iki itu sahabat aku? Kenapa!"
Aku mulai naikin nada bicara aku sama Yudha.
"itu karna aku tau Iki itu sebenarnya suka sama kamu"
"terus kamu kira aku gak tau kalau Tasya itu masih suka sama kamu juga?"
Habis itu Yudha cuma diem. Dia lepasin genggaman dia dari tangan aku, terus mengalihkan pandangan ke depan.
"ok, aku minta maaf"
"maaf atas sikap aku kemarin, maaf karna gak bisa jaga perasaan kamu"
Aku natap dia, mencari kebenaran dari mata dia.
Kenapa sesakit ini mencintai seseorang?
Apa yang salah dengan rasa cinta aku ini?
Kenapa yang lain terlihat bahagia, sedangkan aku serumit ini?
Apa ku tidak berhak mencintai seseorang? Atau karna aku sudah terlanjur mencintai sehingga begitu takutnya dengan kehilangan?
Kenapa ya Allah?
.....
Kira-kira Zahra kenapa ya Readers? :'(
Jawabannya ada di part selanjutnya ;)Ohya, klw mau puisi selengkapnya dari foto chapter ini, silahkan kunjungi "Catatan Annisa" yaa, nantikan puisinya di sana 😘
Salam Cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
SpiritualDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...