Waktu berjalan, yang terluka sembuh, yang bahagia semakin bahagia. Itulah yang dirasakan oleh Zahra. Yudha dan segala tentangnya bukan lagi buah pikiran dari Zahra, semuanya telah pulih.
Namun, satu hal sempat mengganggu pikirannya beberapa bulan lalu. Faiz, laki-laki yang waktu itu sempat datang kembali ke rumahnya namun dengan niat yang berbeda, bukan lagi mengantar Zayn untuk kursus, melainkan ingin mengutarakan niatnya menikahi Zahra.
Waktu itu Faiz hanya berhadapan langsung dengan orangtua Zahra. Sedangkan Zahra hanya melihat dan mendengar dari kejauhan. Saat itu Zahra sudah cukup mengetahui tentang bagaimana Faiz dari cv yang dia berikan. Dan sesuai yang dia katakan pada Nurul, dia akan menerima jika ada niat baik laki-laki yang datang pada Abinya.
Tapi....
Sesuatu mengejutkan terjadi, sekarang malah sang Abi yang menolak laki-laki itu. Tentu saja Zahra dibuat heran, bukannya kemarin Abi yang mendukungnya untuk menikah?. Sekarang giliran Zahra sudah siap, yang datang malahan ditolak.
Saat Zahra menanyakan alasannya, Abinya hanya tersenyum dan mengelus kepalanya seraya berkata.
"Dia laki-laki yang baik, Abi tau itu. Tapi Semoga Allah datangkan yang lebih tepat, bersabar ya sayang"
Zahra memang sempat dibuat bingung luar biasa dengan Abinya itu. Namun lagi-lagi dia kembali memetik hikmahnya saja, mungkin memang belum jodohnya. Dia percaya sang Abi pasti punya alasan yang lebih baik, bagaimanapun seorang Ayah pasti ingin yang terbaik untuk putrinya.
Yasudahlah, toh Zahra juga tidak ingin buru-buru soal menikah. Karena di benaknya, menikah itu ibadah dan bukan soal main-main, bukan hanya tentang suka sama suka.
Mungkin ada doa yang belum dia kencangkan untuk meminta pada Allah, mungkin dia terlalu fokus dengan Ikhtiar.
Baiklah, jika sudah saatnya tiba, Allah pasti mempertemukan dengan pemilik tulang rusuk sebenarnya. Dengan hal-hal yang tak terduga pastinya, sesuai dengan ketetapan Allah. Bahkan jika sejauh apapun kita inginkan dia, namun Allah menetapkan bukan dia, sudah pasti bukan dia. Begitu pula sebaliknya, sejauh apapun kita mengurai jarak dengan dia, namun Allah menetapkan dialah orangnya, sudah pasti itu dia.
Begitulah jodoh, tidak bisa ditebak bukan?.
Dan, begitulah juga sebagai seorang hamba. Harus mempercayakan sepenuhnya kepada penciptanya. Allah lebih mengenal kita dibandingkan diri kita sendiri. Allah tau apa yang tidak kita tau. Allah tau isi hati kita, apa yang kita doakan dan apa yang kita usahakan.
Jika Ridho Allah sudah datang, memang apa lagi yang lebih indah dari pada itu?.
Sekali lagi, menjadi seorang hamba artinya berserah diri. Hidup bukan tentang mau dan tidak maunya dia. Namun hidup mengikuti aturan Allah. Sebaik-baik pembuat skenario, itulah Allah.
Jika hati kita selalu terpaut dengan kemahabaikannya Allah, pasti di dalam hati selalu tersimpan kalimat.
"Allah pasti punya rencana yang lebih baik"
***
Di siang hari yang terik di awal tahun ini. Dua orang gadis duduk berseblahan di sebuah taman. Mereka duduk tepat di bawah pohon rindang yang menghalangi sinar matahari dari mereka. Zahra dan Nurul.
Keduanya entah sedang memikirkan apa, mereka hanya saling menatap lurus ke depan. Angin yang berhembus seakan menambah ketenangan yang ada membuat mereka sesekali memejamkan mata.
"Ra?"
"Hm?"
"Kajian tadi keren ya"
Zahra tersenyum, matanya masih terpejam, begitu juga dengan Nurul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
SpiritualeDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...