Aku buka pintu rumah dengan buru-buru dan segera masuk ke dalam. Aku tadinya lagi pulang ke rumah Abi sama Umi dan tiba-tiba Mama Dian telfon dan bilang mas Yudha udah pulang.
Tapi yang bikin aku kaget dan panik adalah, karna mama bilang mas Yudha sakit.
Habis dikasih nasihat dari Abi sama Umi dan pesan buat hati-hati, aku langsung pulang.
"Ma, mas Yudha mana?" tanyaku ke mama setelah kasi salam.
"di atas, papa udah bawa ke kamar buat istirahat. Nih, tadi mama buatin bubur"
Aku mengangguk dan langsung jalan ke kamar.
Aku gak tau aku panik kenapa, selain karna mas Yudha sakit, aku ngerasain panik yang beda.
Mungkin karna kita udah lama gak ketemu, dan pertama kali ketemu setelah masalah itu.
Beberapa saat aku jadi gak yakin ketemu mas Yudha, aku takut dia masih diemin aku. Tapi untuk sekarang aku gak peduli, terserah kalau dia masih bersikap dingin, aku bakal terima. Yang penting aku mau rawat dia.
Perlahan aku buka pintu kamar, aku masuk terus aku tutup lagi pintunya. Beberapa detik aku diam di sana pas lihat mas Yudha yang tidur telentang di atas tempat tidur.
Aku mendekat dan duduk di samping mas Yudha tidur. Sebelum itu aku taru mangkuk buburnya di atas nakas.
Aku gak tau mas Yudha tidur beneran atau enggak. Bisa aku lihat mukanya agak pucat dan keringat dingin.
"mas?"
Aku bisa lihat dia perlahan buka mata, gerakannya lambat banget, mungkin karna keadaan dia yang lemas.
"hm?" jawab dia pelan, hampir gak kedengaran.
Aku tatap mata dia yang sayu. Habis itu aku siapin diri buat ngomong.
"mas sakit apa?" gak tau kenapa nada bicara aku pun ikut melemah.
Aku lihat mas Yudha tutup mata sebentar, habis itu dia buka lagi. Aku masih menunggu jawaban dia.
Aku kaget karna dia tiba-tiba mas Yudha raih tangan sebelah kanan aku. Setelah itu diarahin telapak tangan aku untuk pegang kening dia. Hangat, itu yang aku rasain.
Aku udah tau pasti mas Yudha demam, aku cuma gak tau harus tanya apa pas lihat dia buka mata tadi.
"mas makan ya, tadi mama bikinin bubur"
Aku makin kaget karna mas Yudha mengangguk, berarti dia mau aku suapin.
Syukurlah
Aku bantu mas Yudha untuk bangun bersender di kepala ranjang, gak lupa aku taru satu bantal di belakangnya buat jadi senderan.
Aku mulai suapin mas Yudha, di antara kita gak ada yang mau buka suara, aku pun gak tau kenapa bahkan cuma sekedar buat tanya penyebab dia sakit apa.
Kita diem-dieman sampai bubur di mangkuknya habis.
Habis mas Yudha makan, aku langsung taru lagi mangkok sama gelas yang udah kosong ke atas nampan. Aku niatnya mau ke bawah karna gak tau lagi mau ngomong apa ke mas Yudha.
"mau ke mana?"
Aku udah berdiri tapi tiba-tiba tangan mas tahan lengan aku.
"e-hm, ke bawah, mau taru ini"
Aku angkat sedikit nampannya buat nunjukin ke mas Yudha. Padahal aku cuma coba melarikan diri dari situasi yang canggung ini.
Tanpa minta persetujuan mas Yudha, aku langsung keluar dari kamar, jalan ke dapur dan taru nampan itu di tempat cucian piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikaya Azzahra
SpiritualDari hal cintaku Ku rangkaikan dalam tulisan penghijraan ini Bagaimana aku mempertahankannya Dan bagaimana aku terlepas darinya Lalu, bagaimana aku kembali menemukan dan menjalaninya Hi, aku Zahra. Selamat datang dalam pesan-pesan dan ceritaku tenta...