DR 28. Menemukan Alasan

1.4K 225 34
                                    

"Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik, cobalah untuk menjalankan semuanya dengan ikhlas, agar tau betapa banyaknya hikmah dari setiap langkah yang diambil."

-Detak Rasa-

"Kalian membicarakan apa?" Hannah yang berdiri menghadap Kinan dan Rayhan menatap keduanya dengan pandangan bingung.

"Duduk dulu Han, biar aku ambilkan menunya. Sebentar ya Mas, pesanannya akan saya antarkan," ucap Kinan yang langsung menghindar dari dua bersaudara tersebut.

Hannah memandang kepergian Kinan dengan bingung, sedangkan Rayhan hanya menghela nafas pasrah karena dia yakin Hannah akan melontarkan banyak pertanyaan padanya.

"Jadi, Abang serius sama Kinan?" tanya Hannah pada Rayhan yang kini telah duduk ditempat yang tadinya di duduki oleh Kinan.

"Serius apa?"

"Ngelamar Kinan," jawab Hannah tarus terang.

Rayhan terdiam, kedatangan adiknya memang tak sesuai prediksi. Sudah pasti akan terjadi kesalah pahaman jika adiknya melihat dirinya dan Kinan bertemu.

"Abang ke sini mau makan siang, bukan ngelamar anak orang," ucap Rayhan membuat Hannah memutarkan bola matanya.

"Ya iya tau, menyampaikan perasaan mungkin?" tanya Hannah ragu tapi hanya membuat Rayhan mengangkat bahu tampak tidak ingin membahas topik tersebut. Seharusnya dirinyalah yang menginterogasi Hannah, bukan sebaliknya seperti ini.

Salah satu pramusaji mendekati meja mereka berdua, mengantarkan pesanan Rayhan juga memberikan menu pada Hannah.

Tanpa melanjutkan pembicaraan, Rayhan menyantap makan siangnya karena mengingat dia yang harus segera kembali ke rumah sakit.

"Tumbenan Abang makan siang disini? Biasanya juga di kantin Rumah Sakit. Abang sengaja kesini buat ketemu Kinan kan?" Ternyata pembicaraan tersebut masih berlanjut.

"Abang mau pesan kopi, Dek. Kebetulan teman abang ada yang nitip tadi. Jadi biar Abang gak bolak balik ya Abang makan siang disini aja," ucap Rayhan.

Menyerah, akhirnya Hannah menganggukkan kepalanya, lalu memutar arah pandangannya ke sekeliling mencari Kinan. Kemana anak itu? Kenapa tiba-tiba menghilang? Tidak menemukan Kinan akhirnya Hannah kembali menatap Abangnya yang masih fokus makan siang.

"Bang, aku nginap di apartemen abang ya?"

Mendengar perkataan Hannah, Rayhan mengangkat kepalanya menatap sang adik bingung.

Tumben.

"Kenapa?"

"Ya gak papa sih, lagi capek aja kalau nyetir pulang ke rumah. Mending ke apartemen abang aja abis ini."

Rayhan masih menatap adiknya penuh selidik, menebak apa yang tengah terjadi hingga adiknya itu memutuskan untuk menginap di apartemennya, karena biasanya Hannah akan menginap jika Rayhan yang meminta ketika dia butuh Hannah untuk menjaga Syira, ataupun Hannah akan menginap jika gadis itu pulang kemalaman karena urusan pekerjaan.

"Ya udah, kamu ke rumah sakit aja atau tunggu disini, biar pulangnya barengan aja. Abangkan juga harus jemput Syira," ucap Rayhan membuat Hannah langsung gelagapan.

"Gak, Aku langsung ke apartemen abang aja," ucap Hannah lagi lalu segera mengalihkan pandangannya pada Rayhan.

Akhirnya Rayhan hanya dapat mengangguk, sepertinya dia memang harus menemui lelaki yang bernama Gibran tersebut. Keanehan sikap Hannah pasti ada hubungannya dengan Gibran ataupun Imran.

Usai makan siang, Rayhan memilih untuk kembali ke rumah sakit segera, meninggalkan adiknya itu di kafe karena Hannah yang masih ingin disana menemui Kinan.

Detak Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang