DR 14. Harus Memilih

2.2K 294 33
                                    

"Ketika keraguan mengusik keyakinan, tetaplah yakin dengan keputusan yang telah di ambil."

-Detak Rasa-

Sudah beberapa minggu terlewati, Rayhan sudah kembali kerja pada jadwal dinas paginya. Mama dan Papa pun telah kembali dari luar negeri sehingga Syira bisa dititipkan pada Mama ketika dia dinas.

Walaupun orangtua mereka telah pulang, Hannah masih betah berada di rumah Rayhan, padahal adiknya itu biasanya akan tinggal bersama Mama dan Papa.

"Selama Abang masih sendiri, aku bakal sering nginap disini. Mumpung dekat dari kantor."

Itulah yang diucapkan Hannah ketika ditanya kenapa dia masih sering menginap di rumah Rayhan. Sebenarnya tidak ada masalah jika adiknya memang ingin tinggal bersamanya. Malah dia beruntung karena dengan adanya Hannah, Syira punya teman.

Seperti malam ini, Hannah masih menyempatkan waktunya untuk bermain bersama Syira. Padahal dia baru saja pulang dari rapat kantor yang di adakan selesai Magrib. Setidaknya Hannah bisa menggantikan sosok ibukan bagi Syira?

"Bang, ngelamun aja!" Hannah membuyarkan lamunan Rayhan, kemudian mengelak pura-pura memainkan mainan Syira.

"Gimana sama Kinan? Ada kemajuan?" tanya Hannah.

Rayhan teringat dengan pertemuan terakhirnya dengan Kinan sewaktu mengambil mobil dari bengkel. Kejadian tidak terduga saat Syira tiba-tiba datang menghampirinya bersama Aina-salah satu pegawainya yang sangat suka bermain dengan Syira menyerahkan Syira kembali padanya karena Aina saat itu harus kembali bekerja membuat Rayhan maupun Kinan tiba-tiba terasa canggung. Apalagi Kinan yang tiba-tiba pamit setelah menatap dirinya mengambil alih Syira dari pangkuan Aina.

Apa yang dipikirkan wanita itu?

Setelah dipikir-pikir, bukankah keadaan yang sebenarnya sesuai dengan apa yang dipikirkan wanita itu? Apakah lebih baik dia menghentikan langkah hatinya sampai disini?

Rayhan menghela nafas sambil menatap Syira di depannya.

"Abang!" panggil Hannah lagi.

"Kenapa ngelamun sih? Ada masalah sama Kinan?" tanya Hannah lagi.

"Gak ada," ucap Rayhan lalu mengembalikan fokusnya pada Syira.

"Kenapa abang kayak ngehindar gitu?" tanya Hannah menatap Rayhan yang berada didepannya.

Lagi-lagi Rayhan menghela nafasnya.

"Sepertinya Kinan tau kalau Abang punya Syira," ucap Rayhan.

Hannah menautkan alisnya.

"Kapan?"

"Waktu di bengkel, gak sengaja mereka bertemu," ucap Rayhan.

"Lalu?" tanya Hannah penasaran.

"Kinan pamit, lalu pergi. Entah apa yang dia pikirkan," lanjut Rayhan bercerita.

Hannah terdiam sesaat. Keadaan menjadi hening.

"Bang, bukankah memang itu seharusnya terjadi? Abang gak bisa menyembunyikan Syira kalau Abang punya hati sama Kinan. Bagaimanapun juga, tentu Abang harus mengenalkan siapa Syira pada Kinan, dan Kinan harus tau dengan semua yang terjadi di balik ini. Abang gak bisa bersikap kayak dekatin Kak Indri dulu, tentu sekarang keadaan sudah berbeda," ucap Hannah menatap Rayhan.

Rayhan terdiam. 

"Tidak ada yang bisa di sembunyikan Bang, bukankah seharusnya Abang juga mengenalkan Syira pada Kinan kalau Abang memang pengen Kinan jadi ibunya Syira?" ucap Hannah lagi.

"Han, sepertinya Abang memang gak bisa. Abang takut nantinya apa yang Abang inginkan, tidak mungkin untuk tercapai. Mungkin lebih baik sampai disini aja, Abang gak mau hati ini melangkah lebih jauh lagi. Jadi, udah ya, berhenti ngejodohin Abang sama Kinan. Abang yakin, Kinan pasti juga merasa tidak nyaman," ucap Rayhan.

Hannah terdiam sesaat, matanya masih menatap ke arah Rayhan yang memainkan mainan Syira di tangannya.

"Tapi Bang, apa Abang gak kasian sama Syira? Tentu dia butuh sosok seorang ibu," ucap Hannah.

Rayhan tersenyum samar, lalu mengangkat Syira ke pangkuannya.

"Sebisa mungkin Abang akan memberikan apa yang dibutuhkan Syira," ucap Rayhan mengelus kepala Syira lalu mengecup puncak kepalanya singkat.

"Bang, kasih sayang gak bisa dibeli. Mungkin kebutuhan seperti baju, susu atau lainnya bisa dibeli, tapi kasih sayang seorang ibu itu tidak bisa di beli, Bang. Bagaimanapun juga, seorang anak pasti butuh kasih sayang ibu dan ayahnya. Kasihan Syira Bang, apalagi dia masih kecil," ucap Hannah pada Rayhan.

"Han, gak semua hal bisa didapat, gak semua hal bisa dimiliki. Jadi ini memang jalannya," ucap Rayhan lagi.

"Semua gak bakal bisa didapat kalau kitanya sendiri gak berusaha Bang," ucap Hannah lagi yang membuat Rayhan menatap adiknya itu.

"Han, sudah lah. Abang bisa memberikan perhatian itu pada Syira," ucap Rayhan lalu berdiri sambil menggendong Syira hendak masuk kedalam kamar

"Nggak, Abang gak bakal bisa. Bagaimana bisa Abang bersikap begini padahal hati Abang sendiri masih mengharapkan sosok pendamping? Bukankah hal yang sama bakal di rasain Syira, dia yang mengarapkan sosok ibu?" ucap Hannah membuat langkah Rayhan terhenti.

Hatinya mendadak ngilu. Bukan, bukannya dia melupakan Indri begitu saja, melainkan dirinya yang juga berusaha untuk mencari sosok Indri yang baru. Hatinya masih rapuh dengan kepergian, namun tetap berusaha tegar mengikhlasan semua yang telah terjadi. 

Hannah berdiri lalu mendekat ke arah Rayhan, lelaki itupun membalikkan badannya. Tampak Syira yang sudah mengantuk lalu menjatuhkan kepalanya pada bahu Rayhan. Hannah mengusap kepala Syira lembut.

"Bang, Kak Indri orang yang baik. Buktinya semua keluarga kita begitu terpuruk dengan kepergian Kak Indri, tidak ada yang menginginkan kepergian dia. Abang beruntung bisa memiliki Kak Indri," ucap Hannah lalu terdiam sesaat.

"Tapi sekarang keadaan sudah berbeda Bang, disini tidak ada Kak Indri lagi. Kalaupun dia ada saat ini, tentu dia akan sedih melihat keadaan Abang yang sekarang, dia akan sedih dengan kepergiannya yang membuat Abang malah terpuruk. Setidaknya Abang berusaha untuk mencari sosok ibu, pengganti Kak Indri buat Syira. Juga sosok pendamping, pengganti Kak Indri buat Abang. Jika wanita yang di tinggalkan suaminya bisa tegar dengan kesendiriannya menjaga buah hatinya tanpa adanya sosok pemimpin dihidup mereka, berbeda dengan seorang suami yang ditinggal sang istri. Baik Abang maupun Syira tentu butuh yang namanya kasih sayang," ucap Hannah lalu terdiam menatap Rayhan.

Mereka saling diam, Hannah yang memberikan waktu untuk Rayhan berpikir sedangkan Rayhan dengan pikiran yang berkecamuk dalam benaknya.

"Kinan wanita yang baik, buktinya Abang dengan mudah jatuh hati padanya kan? Padahal banyak dokter-dokter maupun perawat yang berusaha mendekati Abang setelah kepergian Kak Indri. Buktinya? Abang mengabaikan mereka semuakan? Hati gak bisa bohong Bang, dia tau kemana dia harus berlabuh," ucap Hannah lagi.

"Han, Abang gak bisa," ucap Rayhan lagi. 

"Hati gak bisa bohong, Bang. Abang masih mengharapkan Kinan," ucap Hannah lagi, dia masih terus berusaha untuk meyakinkan Abangnya itu.

"Han, sudah ya. Syira mau tidur," ucap Rayhan lalu berbalik arah hendak masuk kedalam kamar.

"Hannah gak bakal terima lamaran Mas Imran, sebelum Abang melamar Kinan!"

---

A/n: 

Assalamualaikum!!

Lagi baik nih, DR nemanin ngabuburit kalian. 

Lagi ngapain nih?



ig: came_sa

Detak Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang