"Suatu keegoisan dalam diri tak akan mampu menyelesaikan masalah, malah bisa menambah masalah."
-Detak Rasa-
"Tumben pulang ke sorean, Ray? Banyak pasien?" Frida- Mamanya Rayhan datang menyambut kedatangan anaknya yang singgah berkunjung ke rumah.
"Tidak Ma. Tadi, jam operasinya di undur, jadi baru pulang sekarang," ucap Rayhan sambil mencium punggung tangan Frida.
Frida tampak mengangguk lalu lalu mengacak rambut Rayhan sekilas ketika kepala putranya itu menyentuh punggung tangannya.
"Banyak-banyak istirahat," ucap Mamanya lalu menutup pintu masuk.
"Iya Ma, di usahain," ucap Rayhan lalu menjatuhkan badannya di kursi tamu, istirahat sejenak.
Fridapun ikut duduk berseberangan dengan Rayhan.
"Syira lagi tidur Ma?" tanya Rayhan ketika melihat rumah dalam keadaan sepi, biasanya ketika dirinya pulang, rumah ini terasa ramai karena kehebohan tawa Syira yang bermain bersama neneknya.
"Iya, baru aja. Dari tadi siang, main terus, gak mau diajak tidur," jelas Mamanya membuat Rayhan mengangguk.
"Rayhan mau mandi dulu Ma, mungkin balik ke rumah malaman aja, nungguin Syira bangun," ucap Rayhan lalu berdiri.
"Iya, makan malam disini aja. Kalau bisa suruh Hannah ke sini juga. Itu anak mentang-mentang rumah kamu lebih dekat ke kantornya jadi malas pulang ke rumah ini," ucap Mama membuat Rayhan tergelak.
"Kasian juga Ma kalau Hannah pulang-balik dari sini, lumayan jauh kalau ke kantornya," ucap Rayhan membuat Frida menganggukkan kepalanya.
"Ya udah, cepat sana mandi. Papa bentar lagi juga sampai di rumah," ucap Mama lalu ikut berdiri.
Rayhan mengangguk, lalu melangkahkan kakinya ke kamar yang sudah sangat jarang dia tempati, lebih sering untuk sekedar singgah ketika pulang kerja. Sebelum mandi, Rayhan menyempatkan dirinya untuk mengabari Hannah agar ikut makan malam di sini, karena kesibukan pekerjaan masing-masing, membuat mereka jadi jarang untuk sekedar berkumpul dengan keluarga.
Namun sayangnya, Hannah tidak dapat ikut makan malam bersama. Jadinya hanya mereka bertiga, Rayhan, Papa dan Mamanya yang berada di meja makan. Syira masih pulas dalam tidurnya, belum bangun sejak sore tadi.
"Ray, ada yang mau Papa omongin masalah Hannah," ucap Syamsul-Papa Rayhan membuka obrolan ketika telah selesai menyantap makan malam.
"Hannah kenapa, Pa?" tanya Rayhan yang mulai penasaran dengan topik yang akan dibicarakan oleh Syamsul.
"Masalah Imran juga," sambung Syamsul membuat Rayhan langsung paham kemana arah pembicaraan kali ini.
"Gimana sama Imran, Pa?" tanya Rayhan lagi.
"Gak ada masalah sama Imran, tapi masalahnya ada di Hannah. Kamu ada bicara sama adikmu masalah lamaran itu? Ini terbilang cukup lama, Hannah masih belum memberikan keputusan. Papa hanya berharap Hannah segera memutuskannya, kasian juga jika Imran lama menunggu. Lagi pula, kalau niat baik kenapa tidak di segerakan saja," ucap Syamsul membuat Rayhan terdiam menatap sang Papa.
Ucapan Hannah tempo lalu kembali terngiang oleh Rayhan, dimana Hannah yang mengatakan kalau dia tidak akan menerima lamaran Imran sebelum dirinya yang datang melamar Kinan. Jangan jadikan alasan Rayhan yang belum juga melamar Kinan sebagai dalang di balik Hannah yang masih belum memberikan keputusannya terkait lamaran Imran. Bagaimanapun juga Rayhan tidak ingin dirinya ikut terlibat dalam masalah penting ini, biarlah hidupnya dia yang memutuskan sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK RASA [END]
SpiritualCinta tak harus selalu lantang diucapkan. Kadang ia tumbuh dalam diam, terjaga dalam doa, dan diuji dalam keikhlasan. Kinan dan Rafka-dua tetangga yang saling mengenal sejak lama. Persahabatan mereka hangat, sederhana, namun menyimpan rasa yang tak...