"Semua ada masanya, termasuk hati yang nantinya bertemu bagiannya yang hilang."
-Detak Rasa-
Rayhan melangkahkan kakinya memasuki rumah, dia terlambat pulang karena tadi harus singgah kerumahnya lebih dahulu untuk mengambil pakaian dan kebutuhan Syira sebelum datang ke rumah Mamanya.
Rumah tampak sepi, Rayhan mengira Syira tidur sore dan Mamanya yang kini berada di dapur. Dan benar saja ketika kakinya melangkah menuju dapur, Rayhan memukan Mamanya yang kini tengah sibuk menyiapkan makan malam bersama keluarga Imran.
"Assalamualaikum, Ma," ucap Rayhan lalu mendekat ke arah Mamanya.
"Waalaikumsalam, ada operasi lagi Ray?" tanya Frida menatap Rayhan sekilas.
"Tidak Ma, tadi ke rumah dulu sebelum kesini," ucap Rayhan.
"Hannah mana, Ma?" tanya Rayhan, karena dia ingat sekali kalau Mamanya meminta bantuan Hannah untuk menyiapkan jamuan malam tersebut.
"Loh, bukannya dia udah kasih tau kamu?" tanya Mamanya menatap Rayhan heran.
"Kasih tau apa Ma? Dia telat pulang kantor?" tanya Rayhan sekaligus menebak.
"Bukan, dia pulang kantor udah dari pukul tiga tadi," ucap Mamanya.
"Lalu dimana dia sekarang Ma?" tanya Rayhan lagi.
"Katanya mau bawa Syira main ke taman sebentar, tapi ini udah hampir Magrib dia belum pulang," ucap Mamanya yang kini masih terlihat sibuk memotong bahan makanan.
"Kamu hubungi Hannah deh Ray, suruh dia pulang. Gak baik Syira masih di luar magrib-magrib gini," ucap Mamanya.
Tanpa basa basi lagi Rayhan mengeluarkan ponselnya, memencet nomor panggilan Hannah. Kemana adiknya itu membawa Syira sampai jam segini masih belum pulang?
"Assalamualaikum, Dek. Kamu dimana?" tanya Rayhan langsung ketika sambungan teleponnya langsung tersambung pada Hannah.
" Di Kafe Kinan."
"Ngapain kamu kesana bawa Syira? Ayo pulang Han, ini udah hampir Magrib. Kasian Syira," ucap Rayhan lagi, tidak menyangka jika adiknya itu membawa Syira kesana. Jarak antara rumah Mamanya dan kafe Kinan lumayan jauh memakan dua puluh menit perjalanan.
"Jemput Bang, aku gak bawa mobil."
Rayhan menghela nafas, "Kesana kamu naik apa?"
"Pesan taksi."
"Yaudah, tunggu Abang disana," Rayhan pun mematikan sambungan ponselnya dengan Hannah, lalu meletakkan tas yang berisi pakaian dirinya dan Syira di dekat tangga.
"Ma, Ray jemput Hannah sebentar," ucap Rayhan lalu meraih tangan Mamanya untuk disalami.
"Loh? dia gak bawa mobil sendiri?" tanya Frida bingung.
"Tidak, dia pesan taksi. Ray pergi dulu Ma. Assalamualaikum," ucap Rayhan lalu berbalik keluar dari ruangan dapur dan kembali keluar rumah, Masuk kedalam mobil yang sudah berada didalam garasi.
"Kenapa sih kamu bawa Syira kesana, Han," gumam Rayhan tidak terima. Karena kafe Kinan lumayan jauh dari rumah, juga keadaan kafe yang ramai tentu membuat Syira tidak nyaman. Semoga saja anaknya itu tidak rewel dengan suasana baru.
Dua puluh menit menghabiskan waktu dalam perjalanan, akhirnya Rayhan sampai di kafe Kinan. Pengunjung tampak ramai karena dia yang hampir kesusahan mencari tempat parkir. Setelah menemukan tempat parkir, Rayhanpun akhirnya melangkahkan kakinya masuk kedalam kafe itu. Ternyata pengunjung ramai pada antrian pemesanan untuk di bawa pulang, sedangkan pengunjung yang menikmati makanan di dalam kafe, tidak seramai yang dia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Rasa [END]
EspiritualSemua berawal dari 'Rasa'. Yang akan membawa diri jatuh kedalam suatu hal yang membuat nyaman, hingga lupa bahwa 'Rasa' itu seharusnya tak perlu ada. Karena 'Rasa' dapat membuat diri terbang dan jatuh dalam waktu yang bersamaan. Menunggu waktu, hi...