[#2] 25: adik bayi

350 33 0
                                    


;
 

Woojin keluar dari kamar mandi masih dengan tatapan kosong. Irisnya bergerak gelisah, beberapa kali menoleh kebalkon atau jendela demi meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja.

Perihal dede kei menangis tiba-tiba, woojin jelas merasa bersalah. Walaupun bundanya sudah bilang kalau kei belum mengenal woojin makanya menangis, dan papa kei bilang kei hanya mengantuk. Tapi woojin tetap merasa tidak enak. Woojin janji besok akan kerumah dede kei untuk meminta maaf.

Pagi pagi sekali woojin terbangun, langit bahkan masih gelap dan matahari masih enggan muncul ke permukaan karena belum waktunya. Tapi woojin sudah berada dibalkon kamar dengan sorot mata yang tertuju pada rumah si tetangga; dede kei.

Rasa bersalahnya masih beterbangan dipikirannya, bahkan semalaman tidurnya tidak nyenyak. Woojin menghela napas, sepertinya kei benar-benar baik-baik saja. Mungkin dia hanya berlebihan, pikirnya.

;

Tepat saat bel berdering menandakan waktu istirahat, woojin dan Felix segera menyusul jansen dan makan bersama dikantin.

"Tau tidak, semalam aku diajak kerumah sakit sama mama. Tanteku baru saja melahirkan. Aku melihat bayinya, dia terlihat menggemaskan. Masih sangat kecil, dan mama bilang aku tidak boleh gendong sebelum usianya satu tahun"-jansen

"Kenapa?"-felix

"Tidak tau, mama bilang bahaya"-jansen

"Saat weekend kemarin aku kerumah nenek. Berkumpul dengan keluarga besar, tante dan om membawa anaknya, adik sepupuku. Dan kita bermain bersama kakek dihalaman belakang. Itu sangat menyenangkan~!"-felix

Woojin hanya terdiam sambil mengaduk nasi goreng di kotak shimajiro nya.

"Woojin, kemarin kamu kemana?"-jansen

"Ah-  aku- aku dirumah saja. Hanya menemani bunda buat kue untuk tetangga baru"-woojin

;

Woojin segera menuruni anak tangga bis sekolah dengan hati-hati, bis itu baru saja berhenti dihalte khusus untuk bis sekolah yang berada tidak jauh dari komplek rumahnya.

Berjalan santai menuju rumahnya dengan seragam yang sudah berantakan. Max buat ulah lagi tadi, untung saja woojin tidak gegabah dan berakhiran hanya max yang dibawa ke kantor. Woojin tidak ingin membuat ayah dan bundanya kecewa, jika dia juga ikut dipanggil kekantor.

Saat akan melewati rumah tetangga barunya, woojin jadi harus berhenti sebentar untuk sekedar menyapa karena kebetulan kei dan papanya baru saja keluar dari rumah.

"Hai, kei! Hai, om!"

"Hai, kakak woojin! Baru pulang sekolah ya? Bagaimana sekolahnya?"

"Aman, om. Semua terkendali" woojin sempat tertawa pelan lalu berjongkok didepan sepeda yang sedang dinaiki dede kei.

"Kei, tidak apa apa 'kan? Aku khawatir semalam, takut dede kei terus menangis hingga hidungnya tersumbat dan susah tidur."

"Maaf ya, aku hanya ingin menyentuh pipi gembilmu saat itu" woojin berusaha sangat ramah supaya kei tidak takut. Ternyata berhasil, dede kei meletakan tangan mungilnya diatas tangan woojin yang ada dikepala sepeda.

"ndaa pwapa thoo , kka woOjinn ddayimana ?"

Senyum lebar jelas terpasang diwajah imutnya, "aku habis dari sekolah. Dede kei mau kemana?"

"beyii jjajan thama pwapaa"

Woojin bangkit dan menepuk pelan kepala kei, "yasudah, aku harus pulang dulu. Bye, kei~"

[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang