Baik yoongi maupun jiyu, tidak bisa tenang malam ini.
Jelas saja. Anak semata wayang mereka ada diluar sana, entah dimana dan dengan siapa.
Orang tua mana yang akan tenang ketika anaknya diculik?
Mereka harus pulang besok dan sekarang anaknya hilang entah kemana?
Kurang gila apa lagi yoongi? Ditambah dia tau bahwa yang menculik anaknya adalah masa lalu sang istri yang bahkan sampai detik ini jiyu masih takut dengannya.
Mereka yang tidak bisa tidur pun merasa lapar, ingin memesan makanan juga sudah terlalu larut, ingin masak sendiri juga malas. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi keluar.
Jalanan kota Seoul sangat sepi mengingat ini pukul dua dini hari. Terlampau pagi untuk menjalankan aktivitas.
Mereka pun sampai pada resto 24 jam yang menyediakan makanan bergizi, seperti daging.
Selesai memesan mereka kembali terdiam, berpikir apa woojin sudah makan? Apa anak itu baik - baik saja? Apa dia tidak takut?
Makan dengan pikiran seperti ini sangatlah tidak baik. Makanan yang dimakan bahkan terasa hambar, kalau bukan karena lapar mereka tidak akan ada disini.
Yoongi kembali menghubungi nomor orang yang menelponnya tadi malam, walaupun dia tau hasilnya nihil, tapi dia tetap mencobanya.
Selesai mengisi perutnya, mereka kembali ke mobil. Jangan dipertanyakan, itu hanya mobil yoongi yang dulu.
Saat ingin menginjak pedal gas, ponselnya berdering. Sebagai pengendara yang baik, yoongi mengangkat panggilan itu tanpa menjalankan mobilnya.
"Yeoboseyo?" Mendengar beberapa kalimat yang dilontarkan pihak kepolisian membuat yoongi membulatkan matanya.
"Kau sudah tau tempat penculiknya?" entah harus merasa senang atau apa. Yoongi benar - benar ingin bertemu woojin sekarang juga.
"Baiklah. Aku segera kesana" dengan cepat yoongi membuka lokasi yang dikirimkan dan langsung meluncur kesana.
Mobilnya menepi pada persimpangan jalan yang semakin sepi. Yoongi segera kembali menghubungi polisi, dia sudah sampai ditempat yang dijanjikan tapi tak melihat satupun mobil polisi.
Jiyu hanya diam, memikirkan woojin. Apa anaknya tidur nyenyak sekarang?
Saat matanya menatap keluar jendela, melihat sebuah lampu jalan dengan anak kecil disampingnya. Tanpa pikir panjang, jiyu keluar dan langsung berlari menghampirinya.
Langsung memeluknya erat seakan takut kehilangan, "woojin astaga—kamu darimana saja sayang?"
Iyaa, itu woojin. Anak laki - laki yang berdiri disamping lampu jalan pada pukul tiga dini hari tanpa jaket atau baju tebal lainnya.
Woojin yang awalnya tidak menangis pun tumbang. Jatuh kepelukan sang bunda yang dengan sigap menangkapnya.
Woojin tidak pingsan. Dia hanya merasa begitu lemas saat melihat bundanya menangis sambil memelukinya. Dia bertanya dalam benaknya, apa itu mimpi atau bukan.
"Woojin—ingin cerita?" suara lembut jiyu mendominasi mobil yang masih berhenti di persimpangan jalan itu. Polisi sudah datang beberapa menit lalu, tapi mereka kembali pergi karena woojin semakin menangis setelah melihat mereka.
Bocah yang ditanya hanya menggeleng dan semakin memeluk erat bunda yang memangkunya. Membuat baju yang dilapisi jaket rajut itu basah karena airmatanya.
Setelah berbincang beberapa hal pada pihak kepolisian, yoongi pun kembali. Masuk ke dalam mobil dan segera pergi kehotel.
Woojin yang masih tidak mau lepas dari jiyu harus digendong menuju kamar hotel. Matanya mulai membengkak karena terlalu banyak menangis. Tubuh kecilnya masih bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.
Fanfic[BAHASA] [Minim konflik || Family] Siapa yang tau jodoh, rejeki dan maut kalau bukan tuhan. Only god. Sulit memang menyatukan dua insan yang berbeda. Bukan suatu hal yang mudah juga untuk membangun sebuah rumah tangga. Merasa bosan? Hal yg wajar...