Felix bilang dia ingin main kerumah woojin hari ini, jadi disinilah dia sekarang. Diteras rumah woojin bersama jansen.
"Kamu yakin ini rumahnya?"
"Tidak sih. Tapi coba saja"
Mereka mengetuk pintu nya dan tak lama ada yang membukakannya.
"Hallo, tante. Apa benar ini rumah woojin?"
"Kalian teman nya woojin?"
"Iya. Saya felix, ini jansen. Tadi woojin tidak sekolah, katanya sakit. Jadi kami mau jenguk"
"Iya, tapi.. Kami hanya bawa ini, apa boleh?"
Jiyu tersenyum saat anak berkacamata itu mengangkat plastik putih dengan isi sekotak susu dan beberapa biskuit.
"Kalian harusnya tidak perlu membawa apapun. Ayo masuk, woojin ada di kamar"
Mereka pun masuk dan segera melepas sepatunya. Lalu mulai mengikuti jiyu untuk menemui woojin. Jiyu membuka pintu kamarnya, woojin tengah berbaring di kasurnya dengan mata bengkak yang masih setia menangis.
"Woojin sedang kesal dengan ayah nya. Daritadi tidak mau makan. Kalian masuk saja, tante mau bikin minuman dulu"
"Iya, tante. Makasih"
Woojin yang masih setia memeluk guling nya mulai menarik selimutnya. Dia hanya tidak ingin kedua temannya melihat wajah sembab nya.
"Woojin, aku datang nih, sama jansen, mau jenguk"
Woojin hanya diam. Sejujurnya woojin ingin sekali memeluk dua makhluk yang berdiri disamping ranjang. Tapi terlalu malu karena wajahnya pasti terlihat kacau.
"Terimakasih" dengan suara yang sangat parau woojin berusaha menjawab temannya.
Tiba tiba jiyu datang, meletakan nampan diatas nakas dan menarik selimut yang menyembunyikan woojin.
"Bunda!"
"Ada teman mu, min woojin. Hargai mereka!"
Setelah melipat rapi selimutnya dia pergi dari kamar. Membiarkan anak anak balita itu mengobrol bebas dikamarnya.
"Maaf, woojin. Gara gara kami kamu jadi dimarahi tadi. Maaf juga kalau kami mengganggu kamu"
Woojin menoleh lalu menggeleng, "tidak perlu minta maaf. Bunda memang suka begitu kalau aku tidak sopan"
"Bundanya woojin tegas ya"
"Iya, mama ku ga pernah kaya gitu"
"Itu baru bunda, belum lagi ayah. Dia lebih tegas."
"Aku belum pernah lihat ayahnya woojin, apa dia sibuk?"
"Lumayan, hari liburnya cuma minggu."
Woojin menoleh kearah nakas. Terdapat dua gelas tinggi dengan isi es jeruk dan satu mug dengan isi susu. Dia menghela napas, dia mau es.
"Sebenarnya aku malas dirumah"
"Loh kamu kan sedang sakit, jangan keluyuran dulu"
"Iya, nanti tidak sembuh sembuh loh"
"Ish, dengar dulu--- aku malas dirumah karena ayah. Semalam demam ku memburuk dan pusing juga semakin parah. Lalu ayah mengomel, katanya aku tidak boleh main sama kalian karena suka main hujanan. Tapi aku lawan"
"Woojin, itu tidak baik"
"Iya aku tau jansen. Tapi aku tidak suka ayah bilang begitu. Saat kita hujanan kan hanya kebetulan. Waktu lagi main, terus hujan. Jadi sekalian, tapi ayah bilang aku di hasut kalian untuk hujanan sampai demam begini. Aku tidak senang dan aku balik marah"
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.
Fanfic[BAHASA] [Minim konflik || Family] Siapa yang tau jodoh, rejeki dan maut kalau bukan tuhan. Only god. Sulit memang menyatukan dua insan yang berbeda. Bukan suatu hal yang mudah juga untuk membangun sebuah rumah tangga. Merasa bosan? Hal yg wajar...