Ada yang menunggu?
;
Pagi hari ini yoongi bangun lebih awal. Karena mengingat anaknya harus tetap sekolah dirinya jadi langsung bangkit untuk membuat sarapan. Woojin sendiri masih asik berpelukan dengan guling kesayangannya. Matanya masih sembab akibat menangis cukup lama kemarin. Jadi yoongi tinggal pergi mandi saja.
Selepas mandi, yoongi pergi ke dapur. Berpikir sejenak sarapan apa yang akan dia buat. Karena ini spesial untuk anaknya, yoongi jadi membuatkannya sereal saja. Sereal itu sarapan favoritnya woojin. Lagi juga sereal itu mengandung kalsium dan protein yang cukup.
Singkatnya, yoongi malas masak.
Saat dirinya tengah memasak air untuk menyeduh susu dan kopi, woojin menangis dengan sangat kencang. Suaranya bahkan tembus ditelinga yoongi. Karena takut anaknya kenapa-kenapa yoongi segera pergi kekamar. Meloncati dua sampai tiga anak tangga sekaligus demi mencapai kamar lebih cepat.
Saat dirinya membuka pintu, terlihat woojin yang sudah terduduk di tengah kasur dengan suara tangisan yang sangat menggelegar. Cepat-cepat yoongi hampiri dan segera memeluknya demi membuatnya tenang.
"Hei, kenapa, hm?"
Masih terlalu pagi sebenarnya, tapi yoongi sudah harus mendapatkan pukulan di dadanya beberapa kali dari woojin. Anak itu kembali memeluknya erat, kembali mencengkram kaos belakangnya hingga meninggalkan ruam merah dikulit punggung yoongi.
Yoongi mengusap punggung sempit anaknya dan mengangkatnya menuju dapur. Baru ingat jika kompor masih menyala tadi. Mematikan kompor dan segera mengambil gelas. Posisi woojin masih digendongan yoongi karena anak itu menolak ditinggal, dia bahkan menolak untuk duduk di kursi makannya sendiri. Dia benar-benar tidak mau lepas dari ayahnya.
Karena pelukannya benar-benar erat, yoongi jadi tidak perlu menyangga tubuh anaknya, dua tangannya sibuk berkutik dengan peralatan makan. Setelah selesai, yoongi duduk dan memutar tubuh woojin. Woojin menolak, dia hanya ingin memeluk ayahnya, dia tidak mau sarapan.
"T-tidak mau" anak itu terus berusaha memutar tubuhnya demi bisa memeluk ayahnya. Tentu tenaga woojin kalah telak dengan ayahnya. Dengan sekali angkat woojin sudah didudukan dikursi sebelah. Jelas saja anak itu kembali menangis, dia hanya ingin didekat ayahnya.
"Min woojin, lihat ayah!" woojin yang tengah menunduk jadi sedikit mendangak demi menatap mata ayahnya. Tatapan yang dalam dan tajam itu benar-benar menusuk hingga membuat woojin menahan tangisan nya. Dua tangannya yang sempat memberontak tadi dicekal dengan satu tangan besar milik ayahnya.
"Sudah, ya" melunak. Yoongi hampir saja hilang kendali tadi jika saja tidak mengingat jiyu dirumah sakit. Tangannya yang terbebas digunakan untuk menghapus liquid anaknya yang membekas dipipi.
"Sekarang makan, habis itu mandi. Ayah akan buat bekal untuk woojin. Woojin harus sekolah. Ayah antar pakai taksi, nanti pulangnya dijemput om jungkook, oke? Woojin good boy, kan?"
;
"Ibu guru,"
"Ya, woojin."
"Saya izin ke toilet ya.."
"Iya, silahkan."
Woojin pun segera bangkit dan keluar dari kelasnya. Berjalan menyusuri koridor sekolah yang cukup sepi karena jam pelajaran tengah berlangsung. Masuk ke salah satu bilik di kamar mandi dan segera menuntaskan panggilan alamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.
Fanfic[BAHASA] [Minim konflik || Family] Siapa yang tau jodoh, rejeki dan maut kalau bukan tuhan. Only god. Sulit memang menyatukan dua insan yang berbeda. Bukan suatu hal yang mudah juga untuk membangun sebuah rumah tangga. Merasa bosan? Hal yg wajar...