[#2] 68 : pulang

145 20 8
                                    

Lama sekali ಥ‿ಥ



 






;











Satu bulan sudah Jiyu tinggal di rumah sakit, tapi kondisinya tidak juga membaik. Justru semakin memburuk. Dokter bilang penyakitnya semakin mengganas, dan harus segera di tangani dengan operasi. Jalan satu satunya yang bahkan tidak mempunyai kemungkinan besar.

Jiyu terus menolak, dia yakin hanya dengan obat-obatan yang selama ini diminumnya bisa membuat Jiyu sembuh dan kembali pada tanggung jawab nya. Tapi nyatanya, obat-obatan itu hanya memperpanjang usianya tanpa menghilangkan penyakitnya.

Hari ini, Jiyu akan kembali melakukan CT scan. Ditemani dengan Yoongi yang selalu setia hadir disisinya. Setelah selesai, Jiyu di bawa kembali ke ruangan nya. Jiyu merasa tangan, kaki, bahu serta leher nya semakin kaku untuk di gerakan. Dokter benar, penyakitnya semakin menguasai tubuh kecilnya. Tubuh yang semakin terlihat kurus serta rambut yang terus berguguran perlahan.

Sekarang dirinya hanya bisa pasrah. Memikirkan kelanjutan hidup anak-anak nya tanpa seorang ibu jika dirinya benar-benar tidak bisa di selamatkan. Bagaimana mereka bisa bertahan, bagaimana mereka menjalani rutinitasnya, apa mereka akan marah jika dirinya pergi.

Jiyu menangis pelan. Bahkan terapi otot nya tidak membuahkan hasil. Sebagian tubuhnya tetap saja terasa kaku. Terutama kaki dan tangannya. Pergerakan Jiyu terbatas dan Yoongi lah kaki tangan nya sekarang.

Yoongi yang selalu dengan sabar menggendongnya ke kamar mandi, mencuci rambut tipisnya, mengambilkan air minum bahkan rela menjadikan baju yang saat itu tengah dikenakan untuk membersihkan muntah Jiyu seperti beberapa hari lalu. Jiyu benar-benar bersyukur pada Tuhan karena sudah diberikan pria baik berhati malaikat itu padanya.

Tak berselang lama, Yoongi kembali dengan hasil CT scan milik nya dan duduk di samping brankarnya.

"Ingin minum?" Jiyu mengangguk pelan, dan Yoongi segera mengambilkan air hangat di atas meja.

"Tangan kaki ku semakin kaku, Yoon. Tidak bisa di gerakan."

Yoongi tersenyum lalu mengusap kaki kurus yang terbalut selimut itu dan menggenggam tangan nya.

"Ji, dokter bilang dia semakin serakah. Dia.. Semakin menguasai tubuh kamu. Jalan satu-satunya itu operasi, Ji. Uang tabungan kita masih ada, cukup untuk biaya operasinya. Kita operasi ya, Ji. Aku temani, kamu tidak perlu takut, ya?"

Jiyu tersenyum lembut lalu menggeleng pelan, "aku tidak mau, Yoon. Penyakit ku sudah sangat jauh, sudah susah diobati. Kalaupun melakukan operasi, kecil kemungkinan akan sembuh. Biaya operasi tidak sedikit, Yoon. Jangan, tabungan itu untuk Woojin. Woojin pernah bilang ingin kuliah di Amerika, jadi biarkan dia mewujudkan mimpinya."

"Kita bisa menabung lagi untuk itu, Woojin juga masih lama akan masuk kuliah nya. Masih ada waktu dan kesempatan, Ji. Kita operasi ya?"

Masih dengan senyuman yang sama, Jiyu tetap menggeleng pelan, "tidak mau. Aku mau pulang saja, aku rindu anak-anak. Boleh ya aku pulang?"

"Tapi Ji.."

"Please, Yoon. Biarkan aku berpisah secara langsung sama anak-anak. Selagi ada kesempatan. Aku mohon, aku mau pulang."

Melihat sorot mata takut, sedih dan penuh harap milik istrinya membuat Yoongi luluh. Jika dipikir, Jiyu benar. Memperpanjang usia Jiyu dengan mengkonsumsi obat-obatan itu hanya akan membuat Jiyu merasakan sakit yang lebih lama. Tapi dia juga tidak ingin Jiyu pergi terlalu cepat.

[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang