Semangat untuk yang sedang atau akan melaksanakan PTS!
Kalian bisa jadikan ini untuk selingan!
;
Minggu ini, woojin hanya bisa merajuk dikamar. Bibir tipisnya terus mengerucut lucu seraya memaki dua om-nya di dalam hati. Pasalnya, woojin dapat kabar kalau baik jimin maupun jungkook tidak bisa menepati janji mereka dengan alasan pekerjaan. Woojin bahkan sudah menduga sejak awal.
"Woojin.." jiyu membuka pintu kamar anaknya dan masuk tanpa permisi. Duduk disebelah woojin yang masih melipat tangan di depan dada dengan mata merah menahan tangis.
"Om jimin dan om jungkook tidak tau kalau mereka akan ada pekerjaan hari ini. Woojin maklumi mereka ya"
Tangan jiyu yang tengah mengusap kepala woojin ditepis kasar. Jiyu cukup terkejut karena hal itu.
"APA YANG HARUS DIMAKLUMI?! MEREKA SUDAH JANJI! SUDAH SEHARUSNYA DI TEPATI! MENGINGKARI JANJI ITU 'KAN TIDAK BAIK! WOOJIN BENCI MEREKA!!" woojin langsung berlari pergi dari rumahnya. Dirinya kacau hanya karena rasa kecewa.
Berjalan sendirian sambil sesekali mengusap air matanya, menyebrangi jalan tanpa melihat kanan-kiri, membuat dirinya hampir saja tertabrak motor. Beruntung ada yang menarik tangannya. Walaupun sikut woojin harus terluka karena jatuh diatas aspal panas.
"Kamu kalo belum bisa nyebrang sendiri, jangan pergi sendirian. Bahaya." woojin dibantu berdiri oleh pemuda yang menolongnya itu lalu diajak ke warung terdekat.
Woojin hanya diam saat pemuda itu menuangkan sedikit air ke sikut woojin, sekedar menghilangkan kotoran agar tidak infeksi. Lalu setelahnya sikut woojin ditempelkan plester demi menutup lukanya.
"Lain kali hati-hati." pemuda tadi bangkit dan pergi begitu saja. Woojin sendiri masih diam, setelah tersadar dia segera menyusul pemuda tadi.
"T-tunggu!" pemuda bertopi hitam itu berhenti saat tangannya ditahan oleh bocah yang tadi dia tolong.
"Ada apa?"
"T-terimakasih." woojin tidak berani menatapnya, entah kenapa. Tapi saat telapak tangan pemuda itu mendarat dipuncak kepalanya, woojin jadi mendangak demi menatapnya.
"Santai saja. Aku hanya teringat adikku yang seumuran denganmu."
Woojin diam. Dia tidak tau harus bersikap seperti apa. Fyi, woojin belum pernah pergi sendiri dari rumah. Kecuali kerumah dede kei atau ketaman, itupun bersama felix.
Sekarang justru woojin ingin ikut kemana pun pemuda itu pergi. Secepat itu dia percaya dengan orang asing.
"Jadi namamu woojin?"
"Iya. Kakak siapa?"
"Alex-- kamu tidak mau pulang saja? Aku takut kamu dicariin mamamu."
"Woojin sedang merajuk. Makanya lari dari rumah tadi. Sedang malas dengan bunda."
"Tapi nanti saat aku pulang, kamu juga harus pulang ya.."
Woojin mengangguk lalu menatap tangannya yang digenggam erat dan fokusnya juga teralihkan kearah luka ditangan alex.
"Kakak alex tangannya kenapa?"
"Panggil bang alex saja. Tidak biasa dipanggil kakak jadi agak aneh dengarnya-- luka ini.. Ah biasa anak jantan."
Woojin kembali mengangguk paham. Lalu tak lama sampailah mereka ditempat tujuan. Kedai sosis bakar yang cukup ramai.
"Alex! Itu siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.
Fanfiction[BAHASA] [Minim konflik || Family] Siapa yang tau jodoh, rejeki dan maut kalau bukan tuhan. Only god. Sulit memang menyatukan dua insan yang berbeda. Bukan suatu hal yang mudah juga untuk membangun sebuah rumah tangga. Merasa bosan? Hal yg wajar...