Udh berapa lama?
Kangen banget . . .
;
"Hallo?"
"Turun. Gua di depan."
"Iya, sebentar"
Ponsel hitam nya segera dia masuki kantong, ambil beberapa lembar uang dari dalam lemari dan bergegas turun.
"Mas Woojin mau kemana?" tanya sang adik saat melihat Woojin dengan tergesa mengambil jaket dan topi nya yang tergantung.
"Main."
Topi hitamnya tersampir di atas kepala lalu tangan nya sibuk memakai jaketnya. Tungkainya berjalan ke arah teras belakang demi menemui ayah bundanya yang memang suka sekali menghabiskan waktu berdua di sana.
"Ayah, bunda," keduanya menoleh saat mendengar panggilan anak sulungnya, "Aku main ya"
"Sama Felix?"
Dengan ragu, Woojin mengangguk.
"Ingat pesan ayah?" kembali mengangguk dan mendapat izin. Woojin berlari kecil menuju pintu utama rumahnya, mengambil sendal yang sudah di rapikan bunda nya di rak dan segera memakainya.
Gerakan tangan yang ingin menutup pintu terhenti saat mendengar teriakan ayahnya.
"Jangan pulang terlalu larut!"
"Iya!" menjawab dengan teriakan lagi dan pintu tertutup. Woojin berjalan melewati teras rumah dan carport, barulah dirinya sampai di pagar depan.
"Maaf, lama." tangan nya segera mengambil alih sepeda miliknya yang di antar Felix dan meletakannya di ujung carport.
"Ayo!"
Keduanya kini berjalan santai menuju tempat main. Tapi sebelum itu mereka harus menjemput Jansen dulu. Jadi, keduanya pergi menuju rumah Jansen.
"Em, Felix."
Pemilik nama menoleh, menatap Woojin dengan tatapan tanyanya.
"Tadi gua ketauan ngerokok."
"Bego. Kok bisa?" Woojin memasukan tangannya ke saku jaket dan mendangak menatap langit malam.
"Tadi gua ke kedai, beli sosis. Terus pas lagi nunggu, temen nya bang Alex nawarin rokok. Gua udah bilang gak mau karena dilarang ayah, tapi mereka yakinin dengan bilang kalo ayah gua gak ada, jadi gak masalah. Pas udah ngisep, ayah dateng."
"Aish bodohnya bocah satu ini" Felix mengacak rambut nya dan menatap Woojin lagi, "terus gimana?"
"Ya gak gimana-gimana. Ayah cuma nasehatin aja. Katanya rokok gak ada baiknya."
"Emang sih. Tapi kok lu masih boleh main sama gua? Ayah tau 'kan gua ngerokok?"
Woojin mengangguk yakin seraya menoleh ke kanan kiri untuk menyebrangi jalan, "iya, dia tau. Ayah bolehin karena katanya gak mau membatasi gua main sama siapa. Dia cuma minta satu syarat."
"Apa?"
Woojin menarik napas dan membuangnya perlahan, "ayah bilang kita bisa berteman secara sehat, ayah juga gak benci lu karena lu ngerokok. Ayah cuma minta disaat lu lagi main sama gua, lu gak ngerokok. Itu aja, lu bisa?"
Felix terlihat berpikir, "kalo gua, bisa aja. Tapi, kita 'kan mainnya ngumpul sama yang lain? Bukan nya sama aja?"
;
22.30
Yoongi melirik kearah jam dinding di kamarnya, meletakan ponsel di nakas dan merubah posisinya menjadi duduk di tepi kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.
Fanfiction[BAHASA] [Minim konflik || Family] Siapa yang tau jodoh, rejeki dan maut kalau bukan tuhan. Only god. Sulit memang menyatukan dua insan yang berbeda. Bukan suatu hal yang mudah juga untuk membangun sebuah rumah tangga. Merasa bosan? Hal yg wajar...