[#2] 70 : d-1

111 18 5
                                    

hehe halo ..














;













Satu bulan telah berlalu, pergerakan Jiyu sudah sangat sedikit. Bahkan untuk menoleh saja terasa cukup sulit. Kondisi bundanya semakin memburuk, dan Woojin tau. Woojin bahkan sering menemukan suara tangis ayahnya dari dalam kamar mandi. Tangis pilu dan lelah yang bercampur menjadi satu.

Besok adalah hari ibu. Satu minggu lalu Woojin sudah bertanya pada bunda apa yang bunda nya suka dan bundanya menjawab, "bunga lily putih sangat Indah."

Disini lah Woojin sekarang, di depan toko bunga ternama. Woojin masuk dan langsung saja hidung nya disambut wangi harum yang sangat semerbak.

"Ada yang bisa di bantu?" Woojin menoleh pada seorang pegawai dengan seragam lengkapnya. Celana bahan hitam, kemeja putih serta apron khusus khas nama toko ini.

"Saya mau bunga lily putih, ada?"

"Oh, ada, kak. Mau yang seperti apa dan berapa banyak?"

"Bisa tolong di buatkan bucket?"

"Bisa, kak. Mau yang ukuran besar atau kecil?"

"Sedang saja sih, jangan terlalu besar atau kecil. Ini buat dikasih ke bunda besok."

"Oh, untuk peringatan hari ibu ya? Saran saya, kakaknya pesan saja sekarang tapi di ambil lagi besok. Agar bunganya tetap segar dan terjaga."

Woojin berpikir sejenak, benar juga. Kalau di bawa pulang, bundanya bisa lihat atau bahkan dikacaukan kedua adiknya.

"Ya sudah, saya pesan sekarang, saya ambil besok pukul 11."

"Baik, kak."

;

Woojin memarkirkan sepeda nya pada carport dan masuk kedalam rumah. Membuka sepatunya lalu meletakannya rapi pada rak sepatu disampingnya.

"Mas Woo darimana?" Woojin tersenyum bangga lalu duduk di sofa, "rahasia."

"Ih apa rahasia begitu?"

"Tau! Dasar jelek!"

Woojin tertawa pelan, mencubit pipi dua adik nya dan langsung berlari menjauh sebelum mereka murka.

"Sakit, Mas Woo!"

"Ih, nyebelin!" Soojin melempar mainan nya kearah Woojin tapi justru terkena kaki ayahnya karena Woojin berlindung dibelakangnya.

"Kenapa?"

"Ayah! Mas Woojin nakal, cubit-cubit!"

"Tau tuh, yah. Nakal sekali, tendang saja ke alaska! Huh!" Woojin hanya bisa tertawa pelan seraya melarikan diri juga dari ayahnya yang mulai menoleh. Menaiki anak tangga dengan cepat hingga membuat Yoongi menggeleng pelan. Ada saja kelakuan nya.

Woojin menghampiri bundanya yang terbaring di kamar, tengkurap di sisinya dan menatap bundanya.

"Bunda, bunda." tangan lembut bundanya yang semakin kurus itu di pegang dan dielus pelan, "Woojin sudah siapkan hadiah untuk bunda."

Dengan gerakan pelannya, jiyu tersenyum tipis, "mana?"

Suara lemah yang bahkan hampir tidak terdengar itu membuat Woojin tersenyum kecil, "ada deh. Besok Woojin berikan, khusus untuk bunda."

Woojin terduduk dan menoleh ke arah jam dinding digital, lalu menatap bundanya. "Bunda sudah makan? Minum obatnya sudah?"

Jiyu mengangguk pelan, "Woojin sudah?"

[#2] 𝗠𝗥. 𝗦𝗧𝗜𝗙𝗙 | myg.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang