Athena 2 - 04.

554 39 1
                                    

"Masuk."

Suara bariton Athala dari dalam membuat Rena dengan cepat membuka pintu kayu didepannya. Ia tersenyum dan menaruh segelas kopi juga dua lembar roti tawar untuk atasannya itu. Ia tahu, pasti Athala belum sempat sarapan. Terlihat dari penampilannya yang masih acak-acakan, dasinya pun belum sempat Athala pakai.

"Kenapa kamu bawain saya kopi dan roti? saya tidak menyuruh!" omelnya.

"Maaf, Pak. Saya hanya ingin memastikan bapak agar tidak kenapa-napa. Saya tahu bapak belum sarapan. Oleh karena itu saya berinisiatif untuk membuatkan bapak kopi dan memanggang roti tawar sebentar." ujarnya lembut. Athala berdecih pelan, lalu mengeluarkan dasi dari tasnya. Rena maju satu langkah,

"Mau saya bantu pakaikan, Pak?" tawarnya,

Athala menggeleng, "Tidak perlu. Kamu boleh kembali."

Rena mengangguk dan membungkukan badannya sedikit. Setelah itu ia keluar dan kembali ke mejanya.

"Ren, kamu beruntung banget bisa jadi sekretaris pribadinya pak Athala. Secara kan, pak Athala itu anak sulungnya pak Gino loh! pemimpin perusahaan sebelumnya, ganteng pula. Duh, beruntung banget kamu, Ren." ujar Sifa, perempuan yang berpakaian sama dengan Rena. Hanya saja berbeda warna dan lengan kemeja Sifa sedikit disingkapkan ke atas.

"Beruntung gimana?"

"Ck! pasti kamu bisa lah perlahan-lahan deketin tuh pak Athala biar makin nyaman sama kamu."

Rena menggeleng, "Ada-ada aja, Sif. Aku gak perlu begitu, bekerja untuknya saja sudah cukup."

"Ren, ya ampun. Ya sudah lah, aku balik lagi ke tempat ya. Semangat!"

Sifa pamit dengan membawa kopi hangat yang barusan diseduhnya di dapur. Rena menghela nafas pendek, apakah ia harus membuat atasannya perlahan luluh?

Ah, jangan berharap. Athala itu atasan yang sombong tingkat dewa. Ia teringat akan pertemuan pertamanya dengan laki-laki itu, menyebalkan sekali!

Nyaman?

Apakah mungkin Athala bisa nyaman dengan dirinya yang kadang ceroboh itu? jangan harap, Rena! jangan harap!

Rena menggelengkan kepalanya, lalu membawa kopi hangat juga satu lembar roti tawar keluar dari dapur. Ia membelalakan matanya, terkejut melihat atasannya sedang berada didepan mejanya. Ia segera berlari dan menaruh kopi juga roti di atas meja, "Ma-maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu abis darimana?"

Athala melihat segelas kopi juga selembar roti tawar yang ada di meja, "Belum sarapan?"

"Maaf, Pak. Saya belum sempat sarapan. Maafkan saya."

Athala mendengus, "Hari ini tunda semua jadwal pertemuan!" perintahnya. Rena mengernyit bingung,

"Ke-kenapa, Pak?"

"Kamu gak perlu tahu. Kamu mau pulang cepat dari biasanya juga silahkan. Yang jelas, saya mau kamu tunda semua jadwal pertemuan hari ini."

Rena hanya bisa mengangguk dan Athala kembali masuk ke dalam ruangannya. Rena menghela nafas lega, akhirnya ia bisa sedikit refreshing sekarang. Pulang dari kantor nanti, ia bisa beristirahat lebih lama daripada biasanya. Rena kembali ketempat duduknya, mulai melahap satu roti yang dibawanya tadi.

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang