Athena 2 - 11.

458 36 0
                                    

Sepulang dari mengantarkan Athiya kerumah, laki-laki itu segera melajukan motornya ke rumah Sena. Ia ingin melihat kondisi Aura disana, takut terjadi apa-apa.

Tak butuh waktu lama, motor yang ia kendarai sudah sampai didepan rumah besar yang tampak gelap. Ia turun dan menyalakan senter dari ponselnya, lalu berjalan masuk ke dalam.

Saat sampai diruang tamu, ia tak melihat ada siapa-siapa di ruangan itu. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar Sena. Pintu tersebut tidak terkunci dan ia terkejut ketika melihat Aura tergeletak tidak sadarkan diri disana. Ia segera menelpon ambulance agar dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Makasih, Dav. Tadinya aku mau sendiri aja kesana, eh yaudah ada kanu. Jadinya aku gak sendiri."

David tersenyum dan mengangguk, "Iya sama-sama. Gue seneng kok bisa nemenin lo. Yaudah ya gue pulang,"

"Iya, hati-hati."

Motor vespa milik David akhirnya melaju meninggalkan halaman rumahnya. Saat Rena hendak berbalik masuk ke dalam, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya datang menghampirinya,

"Gak malu apa mba? pergi pagi pulang malem begini? emang ya, pergaulan jaman sekarang kudu waspada, takutnya kayak mba." ucap ibu-ibu tersebut, membuat Rena naik pitam.

Kedua tangannya terkepal kuat, "Ibu kalo ngomong dijaga ya. Saya gak seperti apa yang ibu bilang!"

"Ya bisa aja mba disini ngomong enggak tapi diluar sana mba malah jual diri. Kan---"

"CUKUP, BU! Saya masuk." potong Rena dengan membentak wanita tersebut. Tak peduli dengan para tetangga kepo yang keluar dari rumah masing-masing untuk menonton kejadian tersebut. Ia memilih untuk menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya.

Aura terbangun, ia kaget ketika melihat dirinya berada di kamar rumah sakit. Ia menoleh dan melihat Athala baru saja masuk ke dalam,

"Nak, Sena masih ada kan? dia masih hidup kan?" tanya Aura dengan raut wajah penuh harap, berharap kalau anaknya masih ada di dunia ini.

"Apa yang sudah tante lihat?" tanya Athala sambil mendudukan diri di kursi,

"Saya melihat buku catatan harian milik Sena, membaca isi buku tersebut." jawab Aura sambil menundukan kepalanya,

"Lalu... saat saya membuka isi HP Sena, ada satu pesan dari temannya, Seline. Pesan itu membuat saya kepikiran, apalagi pesan itu dikirim empat tahun yang lalu." lanjutnya, Athala menghembuskan nafas panjang,

"Saya berat untuk mengatakan ini ke tante. Saya minta maaf, Tan. Saya belum bisa menceritakan secara detail. Karena saya tidak mau membuat tante kepikiran lagi." ucap Athala sambil menautkan jemari tangannya. Aura mengusap air matanya yang kembali jatuh,

"Tolong beri tahu tante, dimana Sena sebenarnya?"

"Dia sudah tidak ada, sejak empat tahun yang lalu. Dia pergi untuk selamanya," jawab Athala yang membuat jantung Aura terasa sakit, seolah ia ditikam oleh belati tajam. Aura memegang dada kirinya, meremat dadanya yang tiba-tiba kesakitan, "ARGH!"

Athala segera berlari keluar memanggil dokter. Tak lama kemudian, dokter pun datang bersama suster di belakangnya. Disusul dengan Athala yang tampak panik disana,

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang